Pagi ini aula rapat sudah dipenuhi oleh para menteri dan pejabat, beberapa dari mereka sibuk mengobrol satu sama lain. Berbeda dengan Jung Jaehyun yang masih menikmati keterdiamannya.
"Yang Mulia Raja telah tiba" seru seorang pelayan kerajaan saat rombongan Raja memasuki aula rapat yang biasa dilaksanakan.
Raja dengan gagah nya berjalan melewati para menteri, meski umurnya sudah tidak muda lagi tetapi aura wibawa dan semangat nya tidak luntur. Beliau memang dikenal rendah hati dan peduli kepada rakyatnya.
Sayang sekali kebaikannya tersebut tidak didukung oleh bawahannya yang serakah ingin menikmati kekuasaan dan kekayaan dari penderitaan rakyat. Raja memang tidak buta dengan semua itu, namun dia pula tidak bisa asal menuduh tanpa bukti.
"Penyerangan dari para bandit kian meresahkan, rakyat mulai ketakutan" ujar Menteri Hwa, diangguki oleh semua menteri dan pejabat yang datang.
Raja masih tenang dalam duduknya, mendengarkan keluhan dan masukan. Dia sudah menunggu topik ini akan dibahas pada rapat hari ini.
"Banyak kabar simpang siur dirakyat bahwa para bandit tersebut. Apa yang harus kita lakukan, Yang Mulia Raja?" tanya Menteri Shin.
"Betapa mulia nya hati kalian, memikirkan keresahan rakyat. Aku cukup terharu, penyelidikan masih dilakukan. Jika waktunya tiba, aku tidak akan segan-segan menghukum mereka" ucap Raja penuh penekanan.
Menteri Yoon hanya diam, sedangkan Jaehyun hanya tersenyum tipis. Keadaan ini sebenarnya sangat membuatnya semangat, akhirnya dia bisa menghabisi para kolot serakah ini.
Mereka cukup licin bermain curang, selama ini Jaehyun sudah melakukan penyelidikan. Dukungan Ibu Suri dan Selir Yoon mempersulitnya untuk mengungkap semua, juga karena bidang penyelidikan kerajaan, inspektur jenderal, dan kantor ibukota ada dipihak mereka.
Beruntung berkat Jeno dan Minhyung dimiliter serta kepolisian berada di bawah kendali mereka sehingga titik vital kerajaan masih bisa mereka pegang. Walau dengan dipegangnya bidang penyelidikan kerajaan menyulitkan mereka.
Sedangkan Jung Jaehyun sendiri adalah penasihat khusus, yang membantu Raja membahas isu-isu serta menjawab pertanyaan Raja mengenai politik, ekonomi, dan pangan. Jaehyun memiliki posisi yang sangat berpengaruh.
Akses penyelidikan sulit untuk mereka tembus, terkecuali seperti yang biasa Jeno lakukan. Menyelidikinya sendiri dan menangkap dengan cara yang paling tidak akan mereka sukai.
Jeno terkenal cukup kejam menangkap para pejabat, dia akan benar-benar mempermalukan orang tersebut hingga ingin memberikan efek jera kepada yang lainnya.
-
"Kau sudah menunggu lama?" Jeno menolehkan kepalanya saat mendengar suara yang sangat dirindukannya. Jaemin tersenyum lebar, setelah beberapa hari ditinggal ke perbatasan oleh Jeno membuatnya kesepian.
"Tidak, kau baru selesai dari sekolah?" tanya Jeno menarik tangan Jaemin untuk duduk disisinya. Jamein menganggukkan kepalanya "Ya, sebentar lagi ujian. Jadi aku cukup sibuk disekolah".
Jeno memeluk erta tubuh Jaemin, menghirup aroma khas yang dikeluarkan oleh tubuh Jaemin. Kehadiran Jaemin benar-benar obat menghilang stress nya dari segala permasalahan yang terjadi.
Jeno terkadang masih tidak percaya bahwa saat ini mereka sudah bersama. Ia kira ini hanyalah mimpinya semata jika Jaemin mengetahui dan menerima perasaanya, namun semuanya terwujud.
Saat ini Jaemin ada disisi nya, memeluknya dan memberikan kekuatan untuk Jeno.
"Apa serumit itu kasus yang sedang kau tangani?" Jaemin mengusap lengan kekar Jeno "Yah begitulah" jawab Jeno abstrak.
Jaemin lalu menangkup wajah Jeno "Oh, lihat kantung matamu. Apa kau tidur dan makan dengan baik?".
Jeno tersenyum lebar "Hm, aku makan dan tidur dengan baik" balas Jeno tenang "Aku merindukanmu" Jaemin hanya terkekeh melihat sikap manja Jeno.
"Bagaimana jika kita berkuda?" tawar Jeno menatap mata bening Jaemin "Ayo!" Jeno menarik tangan Jaemin. Jeno memang membawa kuda kesayangannya, kuda berwarna coklat tua bernama Bongshik.
"Lama tidak bertemu, Bongshik" sapa Jaemin mengelus kepala Bongshik. Kuda tersebut yang memang sudah terbiasa dengan kehadiran Jaemin pun hanya menikmati usapan lembut Jaemin.
Jeno terlebih dahulu menaiki kuda lalu mengulurkan tangannya, Jaemin pun menyambut dengan senang hati uluran tangan Jeno. Setelah dibantu Jaemin pun berhasil duduk diatas kuda dengan Jeno dibelakangnya.
Dengan pelan Jeno memacu kudanya, melewati hutan dengan pohon-pohon yang tinggi. Menikmati waktu berdua mereka, ditemani hembusan angin musim semi yang mulai menghangat akibat mendekati awal musim panas. Jaemin tak hentinya tersenyum.
Mereka berdua tersihir dengan keindahan alam serta kehadiran masing-masing. Berharap waktu berhenti agar mereka tetap bersama. Jeno yang begitu sibuk di Biro Militer membuat Jaemin kesepian.
Belum lagi bahaya yang terus mengintai Jeno kemanapun dia berada membuat hati Jaemin was-was, walaupun Jeno selalu mengatakan bahwa dia akan baik-baik saja. Jeno bisa menjaga diri terlebih ada banyak prajurit dan teman-temannya yang siap membantu Jeno jika kesulitan.
Namun, tetap Jaemin merasa khawatir. Terlebih rumor yang beredar di masyarakat bahwa ada sekelompok bandit yang menyerang warga, Jeno pasti sedang menyelidiki kasus tersebut.
Donghyuck juga hanya bisa mengatakan untuk percaya pada Jeno akan baik-baik saja "Hei, kau melupakan siapa dia. Dia adalah Jenderal Besar Lee Jeno Si Tombak Kerajaan yang terkenal, berhentilah khawatir dan fokus pada ujianmu" seru Donghyuck melihat Jaemin yang gusar.
Jungwoo juga yang tahu kekhawatiran adiknya hanya mengelus lembut kepala Jaemin dengan sayang dan mengatakan bahwa Jeno akan baik-baik saja, dia bisa menjaga dirinya.
Beruntung Jaemin dikelilingi orang-orang baik, Donghyuck, Jungwoo hyung dan juga ayah ibunya yang sudah mengetahui perihal orientasinya. Berbicara tentang ayah dan ibunya, Jaemin memang mengatakan tentang orientasinya.
Kedua orangtuanya memang terkejut dan kecewa, namun mau bagaimana lagi mereka sangat menyayangi Jaemin. Tak ingin membuat anak bungsu mereka sedih, maka kedua orangtua Jaemin menerima keputusan putra bungsu mereka.
"Aku memberitau tahu orangtuaku tentangmu, Jeno" kalimat Jaemin membuat Jeno terdiam "Aku lupa mengenai orangtuamu, apakah mereka marah?" tanya Jeno.
Jaemin menggelengkan kepalanya "Tidak, tapi mungkin mereka kecewa. Itu wajar, mereka hanya bisa mendukung keputusan yang kuambil. Jungwoo hyung pun sama saja, malah mereka ingin bertemu denganmu".
Tidak bisa dipungkiri nama Jeno begitu terkenal di rakyat Ibukota Joseon, memenangkan peperangan serta menumpas para pejabat yang korupsi begitu melekat pada Jeno, maka saat Jaemin berkata bahwa kekasih hatinya sekarang adalah Jeno disambut baik oleh keluarganya.
Bahkan mereka ingin bertemu dengan Jenderal Besar Lee Jeno.
"Mungkin, nanti aku bisa berkunjung kerumahmu. Meminta izin dan restu mereka" balas Jeno.
"Apalagi Jungwoo hyung, dia sangat mengagumimu. Dia sangat kagum saat kau berani memberi hukuman kepada para pejabat, kau tahu kan Jungwoo hyung juga seorang pejabat daerah" Jeno menganggukkan kepalanya.
"Ya, aku pernah bertemu dengannya. Dia sangat ceria untuk ukuran pejabat daerah yang terlalu kaku dan serius. Aku menyukai sikapnya" Jaemin tergelak karena ucapan Jeno.
Jungwoo bukanlah tipe orang yang serius, lelah menurutnya jika terlalu serius dan kaku. Pembawaannya yang ceria dan mudah bergaul tidak heran jika dia dikenal baik oleh orang-orang atau rekan kerjanya.
-
Diruangan Jeno berkumpul para letnan Biro Militer membahas petunjuk baru mengenai tempat persembunyian latihan para pemberontak.
"Salah satu mata-mata kita menemukan markas pemberontak. Gua tersebut digunakan untuk melatih mereka" jelas Letnan Seo.
"Jarak antara Ibukota dan gua tersebut cukup jauh bahkan masuk kedalam hutan, mereka benar-benar menemukan tempat yang bagus" tambah Letnan Han.
"Teruskan pengintaian dan kita harus tahu bagaimana lingkungan di gua tersebut, aku yakin mereka menyimpan beberapa jebakan dan jalan pelarian" titah Jeno, diangguki oleh Letnan Han dan Seo.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Time | NOMIN [END]
FanfictionTakdir adalah sebuah misteri. Dia mempertemukan kita dengan caranya. Dan kuharap takdir juga memberikan perpisahan yang indah, Cendekiawan Na. Bertemu denganmu bukanlah sebuah penyesalan melainkan sebuah anugerah, perasaan ini sangatlah berharga. Ja...