Bisikan-bisikan para menteri dan pejabat lainnya terdengar ricuh diruangan aula rapat. Raja masih tenang dalam duduknya melihat kepanikan dan kegusaran para bawahannya. Beliau hanya tersenyum kecil melihat betapa bagusnya akting mereka.
Menteri Yoon menunduk hormat "Kepercayaan rakyat kepada istana semakin terkikis dengan adanya penyerangan sekelompok orang asing mengancam rakyat. Keamanan dan kenyamanan rakyat adalah prioritas utama istana".
"Alangkah baiknya Yang Mulia Raja harus mengambil tindakan tegas dalam permasalahan ini" lanjutnya.
Menteri Nam menunduk hormat "Tindakan mereka sudah sangat mengancam keamanan negeri kita. Hamba mohon ketegasan dan kebjiaksanaan anda, Yang Mulia Raja".
"Kami mohon Yang Mulia Raja" seru seluruh menteri dan pejabat.
Menteri Yoon kembali membuka suara "Hamba dengar bahwa markas mereka telah diketahui. Alangkah baiknya apabila Yang Mulia Putera Mahkota melakukan penangkapan" lanjutnya.
Menteri Jung hanya tersenyum tipis mendengarkan ucapan orangtua tidak tahu diri itu. Raja menatap lurus pada Menteri Yoon "Apa yang membuatmu menyarankan Putera Mahkota?" tanyanya.
Menteri Yoon membungkuk "Maafkan atas kelancangan hamba Yang Mulia. Masih banyak yang belum mempercayai kemampuan Putera Mahkota sebagai penerus tahta, sebuah kesempatan yang baik untuk mendapatkan kepercayaan di istana".
Raja tertawa pelan dengan gagahnya "Kepercayaan istana atau dirimu Menteri Yoon?" tanyanya sarkastik membuat Menteri Yoon terdiam "Aku hanya bercanda" lanjutnya.
Menteri Cha ikut membuka suara "Maafkan hamba Yang Mulia, hamba setuju dengan saran Menteri Yoon. Ini adalah sebuah kesempatan yang bagus untuk membangun kepercayaan di istana. Kami mohon Yang Mulia"
"Kami mohon Yang Mulia Raja" seru seluruh menteri dan pejabat.
Raja menegakkan punggungnya, mereka kompak sekali pikirnya "Panggil Putera Mahkota" titahnya dengan suara lantang.
Menteri Yoon hanya tersenyum tipis, rencana nya berjalan lancar. Membunuh Putera Mahkota diluar istana lebih mudah ketimbang didalam istana.
Putera Mahkota yang dipanggil segera menghadap Raja. Lee Hyunwon, Putera Mahkota berjalan dengan tegap dan gagahnya melewati bangunan-bangunan istana yang berdiri kokoh dan indah.
Seindah apapun istana, tempat ini adalah neraka. Sangat mengerikan hidup di istana. Banyak sekali musuh yang siap menusuk dari belakang dengan berbagai cara.
Bagaikan hidup dialam alam liar, dibunuh atau membunuh. Itulah aturan dan cara hidup di istana yang sebenarnya. Keindahan hanya kedok semata untuk menutupi kebusukan dan gelapnya sisi istana yang lain.
"Yang Mulia Putera Mahkota telah tiba" seru seorang pelayan melaporkan kedatangan Putera Mahkota.
Pintu aula rapat terbuka lebar menampilkan sosok Putera Mahkota yang berdiri tegap menatap lurus dan berani. Dengan langkah pelan namun pasti Putera Mahkota memasuki aula rapat.
Membungkuk hormat dihadapan Raja "Yang Mulia Raja" ucapnya tenang. Raja menganggukkan kepalanya bangga dengan peragai dan sikap Putera Mahkota.
Lalu Putera Mahkota berjalan menuju singgasana nya yang telah disiapkan oleh para pelayan. Dengan tenang dirinya duduk disebelah singgana Raja, matanya menatap lurus dan tak gentar kepada para menteri dan pejabat yang menatap remeh padanya.
"Markas para sekelompok penyerang telah ditemukan, mereka menyarankanmu untuk menangkap mereka, bagaimana menurutmu Putera Mahkota?" tanya Raja sambil menunjuk sopan kepada para menteri dan pejabat.
Putera Mahkota tersenyum tipis "Sepertinya para menteri dan pejabat sudah mulai mempercayai saya, Yang Mulia" ujarnya tenang.
Raja tertawa pelan "Mereka bilang ini demi membangun kepercayaan di istana untukmu sebagai penerus Joseon".
Putera Mahkota masih menampilkan senyumnya walau jemarinya mengepalkan kuat menahan emosinya, mereka secara terang-terangan memojokkan nya dengan memberikan tugas bunuh diri.
Jenderal Lee memang sudah memberitahunya jika kemungkinan markas tersebut adalah sebuah jebakan tapi dia tidak menyangka bahwa mereka benar-benar akan melakukannya.
Bagi orang istana apalagi keluarga kerajaan baik diluar ataupun didalam istana adalah sebuah neraka. Lee Hyunwon tahu jika dirinya sudah terlibat dalam kerajaan tidak ada tempat yang aman baginya.
Semuanya adalah bagaimana dia bertahan hidup dan selamat melewati segala rintangan yang dihadapinya. Hukum alam sangat berlaku jika dirinya terlibat dalam drama perebutan kekuasaan di istana.
"Aku senang jika kalian sudah mempercayakanku pada tugas penting ini"
Hyunwon tahu, sangat tahu betapa bencinya mereka kepadanya. Seorang anak dari selir rendah menjadi seorang Putera Mahkota begitu menghina mereka. Dengan cara apapun mereka pasti akan terus berusaha menyingkirkannya dari posisi ini.
Apalagi sekarang posisinya semakin kuat dengan sudah terpilihnya Puteri Mahkota yang diambil dari keluarga Seo, Seo Yoojung. Yang jelas-jelas berada dipihak Raja semakin membuat mereka secara brutal menyerangnya.
-
Jeno dan Minhyung mendatangi istana Putera Mahkota, mereka dengan terburu-buru datang ke istana Putera Mahkota setelah mengetahui bahwa para menteri dan pejabat menunjukkan dalam penyerangan dan penangkapan para pemberontak dihutan.
Jeno tidak habis pikir bahwa mereka benar-benar menyerangnya secara terang-terangan. Mereka tidak lagi bermain petak umpet.
"Jenderal Lee Jeno dan Letnan Besar Lee Minhyung telah tiba" seru seorang kasim melaporkan kedatangan Jeno dan Minhyung. Dengan segera Hyunwon mempersilahkan kedua orang petinggi Biro Militer itu masuk.
Jeno dan Minhyung menunduk hormat membuat Hyunwon tersenyum tipis "Duduklah" titahnya.
Jeno menatap dalam Hyunwon membuat lelaki tersebut tertawa kecil melihat kekhawatiran Jeno kepadanya. Jeno walau terkadang terlihat acuh dan tidak peduli padanya tapi ternyata Jeno memiliki sisi ini.
'Tenanglah Jenderal Lee, ini bukan akhir dari segalanya" ucapnya tenang, Jeno hanya menghela napas gusar, Minhyung pun hanya menepuk pelan pundak adiknya.
"Seharusnya yang gugup itu Putera Mahkota, bukan dirimu" sahut Minhyung menenangkan Jeno, Hyunwon hanya tertawa.
"Mereka benar-benar berniat menyingkirkanku, aku pun terkejut saat tiba-tiba Raja memanggilku ke aula rapat istana yang nyatanya mereka menyarankanku untuk memimpin penyerangan dan penangkapan para pemberontak" jelasnya.
"Bukankah sangat jelas bahwa mereka memang berniat untuk membunuhmu" jawab Jeno. Hyunwon hanya menanggukkan kepalanya.
"Pantas, ini terlalu mudah untuk menemukan markas mereka. Ternyata inilah rencana mereka sebenarnya" Minhyung tersenyum tidak percaya.
Jeno menatap Hyunwon serius "Kita harus memikirkan rencana penyerangan dan penyelamatanmu".
Hyunwon menganggukkan kepalanya "Tetapi juga kita harus berhasil dalam misi penangkapan para pemberontak itu. Jika aku gagal semakin mudah mereka untuk menyudutkan dan menyingkirkanku" jelasnya.
Benar, tugas ini sangat serba salah. Jika Hyunwon menerima tugas ini dia akan dibunuh dengan dalih misi penyerangan dan penangkapan para pemberontak. Tetapi jika dia gagal dia akan dicap sebagai Putera Mahkota dan penerus Joseon yang gagal menjaga keamanan Joseon.
Rencana yang cerdik.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 H
Mohon maaf lahir dan batin~
KAMU SEDANG MEMBACA
In Time | NOMIN [END]
FanfictionTakdir adalah sebuah misteri. Dia mempertemukan kita dengan caranya. Dan kuharap takdir juga memberikan perpisahan yang indah, Cendekiawan Na. Bertemu denganmu bukanlah sebuah penyesalan melainkan sebuah anugerah, perasaan ini sangatlah berharga. Ja...