Episode 3

775 119 6
                                    

Jaemin dan Jeno semakin hari semakin dekat. Sesekali mereka bertemu di bukit atau berjalan-jalan di Ibukota sekedar melepas penat.

Terkadang juga Jaemin datang ke tempat latihan Biro Militer untuk bertemu Jeno seperti saat ini, Jeno sedang berlatih dengan Minhyung dan beberapa prajurit.

Jaemin duduk disamping lapangan, mata nya tak berhenti mengikuti pergerakan Jeno yang begitu lihai menguasai pedang. Jaemin benar-benar kagum dengan keahlian Jeno.

Berpostur tubuh tegap, lincah, kuat dan cerdas. Siapapun yang mendapatkan Jeno pasti sangat beruntung, Jeno adalah lelaki yang baik, hangat, tegas, dan benar-benar membuat iri Jaemin.

Jaemin kembali fokus melihat Jeno yang masih latihan. Lelaki sipit itu sekarang dikepung oleh 6 orang prajurit, sesaat prajurit menyerang nya secara bersamaan Jeno hanya menyeringai.

Dengan cepat Jeno menundukkan tubuh nya menganyunkan pedang kayu itu kedepan membuat 3 prajurit mundur karena sudah terkena pedang kayu Jeno dan ia memutar tubuh nya lalu kembali menganyunkan pedang itu mengenai 3 prajurit.

6 orang prajurit langsung kalah dengan cepat oleh Jeno, Minhyung yang diujung sana hanya tersenyum tipis melihat nya. Ia memang tahu betul keahlian adiknya.

Minhyung memang sudah sangat dekat dengan Jeno sedari kecil, Minhyung dan Jeno adalah anak tunggal.

Jeno sebenarnya merasa kesepian menjadi anak tunggal namun semua itu sirna dengan kedatangan Minhyung.

Bahkan ia mendeklarasikan bahwa Minhyung adalah kakaknya didepan para orangtua Jeno dan Minhyung.

Mereka semua tertawa melihat betapa lucu nya Jeno dan Minhyung sedang bermain, Jeno benar-benar lengket dengan Minhyung.

Minhyung pun senang diperlakukan seperti itu oleh Jeno, dirinya benar-benar merasa senang bisa memiliki adik walaupun itu bukan adik kandung. Mereka hanya bahagia dengan keberadaan masing-masing.

Bahkan saat Ayah Minhyung meninggal Jeno selalu berada disamping Minhyung, memberi kesabaran kepada bahwa masih ada dirinya yang akan menjaga dan melindungi nya. Ibu Minhyung pun mempercayakan Minhyung kepada Keluarga Lee.

Setelah kematian suaminya, Ibu Minhyung memutuskan menjadi seorang biksu di Kuil. Keluarga Lee pun dengan senang hati menerima Minhyung, mereka sudah menganggap Minhyung seperti anak mereka sendiri.

"Semakin hari kau semakin hebat saja, Jenderal Lee"

Jeno hanya melirik Jaemin lalu melanjutkan acara meminum nya. Saat ini Jeno telah selesai berlatih, dirinya berjalan kepojok lapangan dan mengambil air minum yang sudah disiapkan Jaemin.

"Aku rasa biasa saja, masih sama seperti kemarin-kemarin" balas Jeno, ia mendudukan tubuh nya disebelah Jaemin yang duduk dibawah pohon rindang.

Jaemin mendengus kesal melihat nada sombong Jeno.

"Cih, sombong sekali" sindir Jaemin, Jeno hanya tersenyum lebar. Lalu mata nya terpenjam menikmati angin musim semi yang sejuk. Jaemin menolehkan kepala nya kepada Jeno.

Jaemin terdiam menatap wajah Jeno yang begitu damai, memejamkan mata nya dengan senyuman tipis terpantri diwajah nya.

Rahang tegas dan hidung yang mancung. Benar-benar ciptaan paling indah menurut Jaemin.

Tak lama mata itu terbuka memperlihat kan iris hitam kelam namun tegas. Mata mereka bertemu, awalnya Jeno dan Jaemin sama-sama terkejut tetapi mereka akhirnya saling diam.

Dua anak manusia itu saling menatap ditemani hembusan angin yang lembut, tak ada satupun dari mereka yang ingin memutuskan tatapan itu. Mereka saling menikmati tatapan yang bahkan mereka tidak mengerti.

In Time | NOMIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang