Sosok lelaki tinggi dengan gagah nya menaiki kuda berwarna coklat tua, dengan Gugunbok tanpa Jeonrip nya, para warga pun terkesima saat melihat Jeno dan memberi jalan sekaligus tanda tanya kenapa komandan Biro Militer terlihat begitu tergesa-gesa.
Apakah ada hal yang darurat dan membahayakan? Bukan, Jeno hanya sedang mengejar cinta pertamanya.
Pandangan Jeno fokus kedepan dan dalam otak nya ia terus memanggil nama orang yang dicintai nya. Ia tak sabar ingin segera bertemu dengan sosok itu.
Jaemin..
Jaemin..
Minhyung tersenyum lega melihat Jeno kembali tersenyum cerah "Kenapa tidak dari kemarin kau seperti ini, Jeno? Kau malah menyiksa dirimu sendiri" kekeh Minhyung menggelengkan kepala nya melihat Jeno yang sudah keluar dari gerbang Biro Militer.
"Bukankah manusia akan sadar saat mereka sudah menyesalinya. Itu adalah sifat alami manusia" sahut Donghyuck menatap Minhyung, lalu berjalan meninggalkan Biro Militer.
Para prajurit Jeno pun dibuat bingung dengan sikap pemimpin mereka. Heran melihat pemimpin mereka yang tersenyum lebar dan tergesa-gesa, bukankah kemarin pemimpin mereka mengurung diri di kantornya sendiri semenjak kedua orangtuanya berkunjung.
Prajurit Jeno memang tak mengetahui tentang masalah yang terjadi kepada pemimpin mereka. Dikarenakan saat itu adalah jadwal prajurit latihan di lapangan.
-
Jeno turun dari kuda nya dengan gagah, nafas nya terengah-engah tetapi wajahnya tersenyum lebar dengan khas garis lengkung dimatanya.
Mata nya menelurusi bukit yang dipenuhi rerumputan hijau dan beberapa pohon rindang tumbuh baik siap menerima siapapun yang ingin beristirahat atau menghalau sinar matahari.
Jeno melangkahkan kaki jenjang nya, mengitari hamparan rumput diselingi pohon-pohon besar yang rindang. Mata nya menangkap seseorang yang menyandarkan tubuhnya disalah satu pohon yang paling besar dibukit itu.
Tempat dimana Jeno dan Jaemin sering menghabiskan waktu mereka berdua. Dengan canda dan tawa, tak jarang pula pekikkan kesal sering keluar dari mulut Jaemin karna Jeno sangat suka sekali menggoda nya.
Jeno tersenyum miris mengingat kenangan mereka yang begitu manis dan bahagia sebelum kekacauan ini terjadi.
Lelaki tegap itu menatap sedih dan haru tubuh kurus Jaemin, dengan perlahan ia menghampiri seorang yang sangat ia cintai. Sosok yang membuat lelaki kepercayaan Raja ini bertekuk lutut.
Sepertinya Jaemin tak menyadari jika ada orang lain dibelakang nya terbukti Jeno yang sudah berdiri tegap dengan tatapan bahagia dan haru melihat sosok Jaemin.
Jaemin sedang memejamkan mata nya, menikmati hembusan angin yang menggelitik wajah indah nya. Jaemin hanya mengenakan Jokgui berwarna putih tulang dan Jeogori berwarna magenta serta Bokgeun yang selalu terpasang indah dikepala nya.
"Apa yang kau lakukan disini?"
Suara berat Jeno terdengar sontak membuat Jaemin kaget kepalang. Ia memutar tubuh nya dan mata nya membulat serta ekspresi terkejut terpasang sempurna diwajah nya, Jeno tersenyum kecil melihat wajah lucu Jaemin.
Jeno
Jaemin tak bergeming dalam duduk nya, ia tentu masih terkejut melihat kedatangan Jeno yang begitu tiba-tiba. Jaemin masih menyangka ini adalah mimpi bagi nya melihat sosok Jeno dihadapan nya.
Lelaki itu seperti biasa terlihat tampan dengan Gugunbok nya yang khas dan pas ditubuh Jeno. Senyuman tipis itu benar-benar membuat jantung Jaemin berdetak tak karuan.
"Jeno.." lirih Jaemin pelan sarat akan nada terkejut dan kerinduan yang begitu besar. Jeno pun mendekat dan duduk disebelah tubuh Jaemin.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Jaemin berniat berdiri namun ditahan oleh Jeno.
Jaemin melotot menatap Jeno "Lepaskan" sahut Jaemin pelan "Tetaplah disini" balas Jeno lirih.
"Lepaskan tanganku, Lee Jeno" ucap Jaemin dingin begitu mencubit hati Jeno. Ia benar-benar menyesal tidak memperjuangkan cintanya dan Jaemin saat dihadapan Ayahnya.
"Maafkan aku" lirih Jeno menatap wajah pucat Jaemin "Tidak ada yang perlu dimaafkan. Kita tidak ada urusan apapun lagi".
Jeno menundukkan kepalanya "Aku tahu, aku memang pengecut. Seharusnya aku mengikuti apa kata hatiku saat kau memutuskan untuk melepaskanku. Seharusnya aku memperjuangkan mu"
"Aku mencintaimu, Na Jaemin"
Jaemin terdiam mendengarkan ucapan Jeno, matanya memerah menahan tangis. Melihat sosok Jeno kembali benar-benar meruntuhkan pertahanan Jaemin. Setengah mati dia menahan segala emosi dalam hatinya.
Jeno berdiri memposisikan dirinya dihadapan Jaemin, mengelus lembut pipi kurus Jaemin yang pucat "Kau bahkan sampai sakit karena kejadian kemarin. Maafkan aku".
Air mata lolos jatuh ke pipi Jaemin, Jeno pun meringis sakit melihat keadaan Jaemin yang sama kacau dengannya "Aku mencintaimu, Na Jaemin" lirih Jeno menahan tangisnya.
"Jeno, kita tidak—"
"Kita akan berjuang bersama Jaemin. Aku akan memperjuangkanmu, memperjuangkan perasaan kita" ucap Jeno meyakinkan, Jaemin menggelengkan kepalanya "Tidak Jeno, Ayahmu—"
"Ayah akan mengerti. Kita akan bicara baik-baik dengannya, orangtuaku akan mengerti dan menerima kita" Jaemin menangis terisak, seberat inikah perjuangan kisah mereka.
Jaemin hanya manusia biasa, ia punya hati dan perasaan. Itu adalah anugerah yang diberikan Sang Penciptan untuk makhluk sempurna ciptaan-Nya. Perasaan yang menyatukan dua manusia.
Perasaannya dan Jeno sama seperti halnya orang lain yang merasakan kasih dan sayang. Apa yang salah dengan perasaan mereka? Jika perasaan ini salah, lalu mengapa takdir memberikan rasa ini pada mereka berdua.
Jika memang takdir mempertemukan dan mempersatukan mereka dengan cara seperti ini, Jaemin menyerah. Jaemin akan mengikuti takdirnya.
Dan hal yang harus Jaemin dan Jeno lakukan adalah mempejuangkannya.
"Jeno, aku juga mencintaimu" ucap Jaemin dalam isak tangisnya, Jeno tersenyum haru mengusap airmata Jaemin.
Jeno menganggukkan kepalanya "Ya, aku tahu. Aku juga sangat mencintaimu, Jaemin" Jeno mengecup lembut bibir pucat Jaemin.
-
"Ibu Suri, mereka semakin tinggi hati melihat Putera Mahkota semakin kuat posisinya. Kita harus segara bertindak" Selir Yoon kesal hati melihat Putera Mahkota Kim memojokkan posisi anaknya Yoon Jongmin.
Ibu Suri terdiam matanya menerawang "Benar, kita biarkan dulu dia menikmati posisinya" Selir Yoon "Benar Ibu Suri, biarkan dia terlena sehingga tidak menyadari apapun yang terjadi disekitarnya".
Ibu Suri tersenyum miring "Dinasti ku tidak akan berhenti walau Raja anak tidak tahu diri itu berani menentangku. Menteri Yoon sudah memiliki rencana, kau tenang saja" Selir Yoon tersenyum lebar mendengar ucapan Ibu Suri.
Jujur gatau kok bisa pas gitu, baju Hanbok yang dipakai Jaemin pas dibukit itu sama baju Jaemin yang di cover. Aku bikin cerita ini udah lama dari karakternya bukan NOMIN. Kebetulan sekali.
Dan, kita nyantai dulu aja. Nikmati momen NOMIN ini sebelum badai kembali menghadang
KAMU SEDANG MEMBACA
In Time | NOMIN [END]
FanfictionTakdir adalah sebuah misteri. Dia mempertemukan kita dengan caranya. Dan kuharap takdir juga memberikan perpisahan yang indah, Cendekiawan Na. Bertemu denganmu bukanlah sebuah penyesalan melainkan sebuah anugerah, perasaan ini sangatlah berharga. Ja...