Jeno berdiri terdiam menatap para prajurit yang berjaga, cukup lega melihat mereka kembali semangat mengingat Jeno tahu betapa buruk nya kekuatan militer disini.
Jeno pun menambah beberapa pasukan serta para Letnan tinggi lain nya untuk ikut andil dalam permasalahan ini. Masih banyak PR untuk Jeno menduduki posisinya saat ini, banyak hal yang harus diperbaiki akibat buruknya pengelolaan Biro Militer sebelum dirinya.
Ia pun tak menyangka jika pengaruh bandit dan orang menghilang ini sangat mengkhawatirkan. Siapakah dalang dari semua ini?
Sesaat kemudian Jeno melihat siluet seseorang yang berlari dengan cepat memasuki hutan. Jeno pun mengikuti orang itu hingga cukup dalam memasuki hutan.
Lalu tiba-tiba orang itu menghilang, Jeno berjengit dan langsung memasang posisi hati-hati. Memasang kuda-kuda dan mengeluarkan pedangnya, Jeno diam menajamkan pendengarannya.
Mata Jeno bergerak cepat, meneliti setiap disekitar nya karna pencahayaan yang sangat minim membuat nya sulit untuk melihat sekitar.
"Kita bertemu lagi"
Suara lelaki dibelakang nya, dengan cepat Jeno membalikkan tubuh nya. Jeno hanya melihat siluet lelaki itu, mata Jeno memincing tajam lalu tersenyum miring.
"Ternyata kau"
Walau Jeno hanya bertemu dengan lelaki itu dua kali dengan kondisi yang berbeda, tapi dia adalah Lee Jeno, Pemimpin Pasukan Elit yang tegas, cerdas, serta teguh pada prinsip-prinsip nya, tidak sulit untuk mengingat postur tubuh orang itu.
"Jenderal Lee, seperti nya Anda sudah tahu saya"
"Ya, kau cukup untuk ku kelabui malam itu"
"Kupikir, aku juga sudah membalasnya malam ini"
Jeno menatap datar namun tajam sosok itu "Katakan, siapa kau?" sosok itu melangkahkan kaki nya menghampiri cahaya bulan "Kita mempunyai tujuan yang sama".
Jeno mengangkat sebelah alisnya "Apa maksudmu?" lelaki itu tersenyum menyeringai "Tentang orang hilang dan para bandit. Atau bisa kusebut pemberontakan" mata Jeno terbelalak tak percaya.
-
Seorang lelaki berjalan tergesa-gesa kedalam sebuah rumah, saat sampai disebuah pintu ia mengetuk nya.
"Tuan, ini saya"
Ada sekitar 5 lelaki didalam ruangan itu, mereka sedang mengobrol sambil meminum arak putih ataupun teh.
"Laporkan!"
"Saya punya berita yang mengejutkan. Jenderal Lee terlihat dekat dengan seorang cendekiawan muda" ucapan lelaki itu terhenti membuat orang didalam terdiam menunggu kelanjutan.
Lelaki yang berada diluar terdiam sejenak "Saya tidak yakin, tapi mereka- mereka memiliki hubungan yang aneh" Menteri Yoon mengernyitkan keningnya.
Menteri Hwa mendengus kesal "Apa maksud perkataanmu?".
Orang itu mengusap gusar wajahnya "Mereka seperti memiliki hubungan yang saya tidak tahu harus menyebutnya apa, tapi apakah wajar jika dua orang lelaki saling berpelukan dan berciuman?" tanya orang itu bingung.
Semua orang terdiam akan berita tersebut.
Menteri Yoon tersenyum miring "Aku lupa jika Jenderal Lee masih sangatlah muda, tidak heran dia akan mengalami masa itu".
Menteri Shin tergelak dengan ucapan Menteri Yoon "Benar, tetapi tidak bisa dipercaya bahwa dia memilih seorang laki-laki? Seorang Jenderal Lee yang amat disanjung, berita yang sangat mengejutkan"
Menteri Nam menganggukkan kepalanya "Bidak pion kita bertambah rupanya" ucapnya lalu meneguk araknya.
-
"Siapa tuanmu?" Tanya Jeno dengan tatapan tajam dan tanpa ragu mengacungkan pedangnya. Orang itu memiringkan kepalanya tersenyum remeh "Kupikir kau sudah tahu siapa dia, Jenderal Lee".
"Jadi, apakah Menteri Jung juga sama-sama seorang penjilat?" ujar Jeno, membuat orang itu menggeram marah "Jangan kau hina Tuanku, dia tidak akan sudi bergabung dengan para orangtua serakah itu" desisnya tajam.
Jeno menatap tajam orang itu yang berdiri tegak seolah menantangnya. Jeno masih belum tahu apa motif orang didepannya ini secara gamblang menemuinya dihutan perbatasan.
"Saat kau tiba di Ibukota, datanglah ketempat Menteri Jung" ucapnya bergegas pergi "Tunggu!" seru Jeno menghentikan orang itu.
"Siapa namamu?"
"Lee Taeyong" orang itu menghilang digelapnya hutan. Jeno terdiam menatap lurus hutan yang gelap, lalu memasukkan kembali pedang nya.
"Menteri Jung dan Lee Taeyong" guman Jeno.
-
Kembalinya Jeno dari hutan langsung disambut oleh Letnan Hwang dengan wajah serius "Jenderal" panggil Letnan Hwang sambil menundukkan kepalanya.
"Ada apa?"
"Terjadi penyerangan oleh para bandit lagi didaerah penduduk" lapornya membuat Jeno mengepalkan tangannya. Jeno dan Letnan Hwang bergegas pergi dengan menunggangi kuda menembus gelapnya malam.
Keadaan kacau, beberapa warga menangis histeris dan ketakutan karena diserang tiba-tiba oleh para pemberontak. Prajurit yang melihat kedatangan komandan dan salah satu petinggi di Biro Militer menundukkan kepalanya.
"Ada dua korban jiwa, tapi sama seperti sebelumnya mereka tidak mengambil apapun" lapor prajurit tersebut, Jeno pun menganggukkan kepalanya. Masalah ini semakin besar karena sudah banyak korban jiwa yang berjatuhan.
Rakyat yang tidak bersalah ikut terkena imbasnya. Jeno tidak buta, sejak Lee Taeyong itu mengatakan pemberontakan, dia tidak salah lagi. Ini rencana para orang kolot itu. Mereka tidak suka Jeno mengusik kenyamanan dan kedamaian mereka selama ini.
Mereka yang berpikir bahwa kekuasaan mereka akan abadi nyatanya Sang Pencipta mengirimkan malaikat pencabut nyawa nya untuk memusnahkan mereka, tapi bagi orang-orang di sisi Raja, Jeno adalah malaikat penyelamat mereka.
Semua bertumpu pada pergerakan Jeno. Karena Jenderal Lee tidak mengenal kata ampun bagi mereka yang bersalah. Prinsip yang diwejangkan oleh Lee Donghae melekat kuat dalam otaknya, maka dari itu Jeno tidak tanggung-tanggung membasmi pejabat-pejabat yang curang.
Dan Jeno adalah orang yang leluasa bergerak didalam atau diluar istana, sehingga Raja mempercayakan keamanan Joseon pada Jeno.
-
Keadaan perbatasan selama beberapa hari ini terlihat tenang, Jeno mau tidak mau harus kembali ke Ibukota. Walau dalam hati Jeno semua terlihat tidak ada yang beres, terlalu tenang.
"Tetap jaga dan waspada. Kita tidak tahu penyerangan kapan terjadi, jangan lupa untuk terus melapor apapun yang menurut kalian mencurigakan" perintah Jeno sebelum meninggalkan benteng perbatasan. Letnan Hwang dan Son ditugaskan sebagai kepala penjaga benteng perbatasan.
Mereka adalah teman-teman Jeno saat masa sekolah di Sungkyunkwang dan akademi militer. Mereka saling mengenal dengan baik, maka dari itu mereka juga saling percaya satu sama lain.
Mereka memiliki tujuan yang sama, demi Joseon yang lebih baik lagi.
"Hati-hati, kupercayakan padamu" ucap Jeno menepuk pundak Letnan Hwang dan Son "Kau juga hati-hati, jangan sungkan meminta bantuan Han dan Seo walaupun kau seorang komandan kau tetap seorang manusia" balas Letnan Hwang jenaka.
Mereka semua tertawa bersama, akhirnya baik Jeno, Han dan Seo pergi meninggalkan perbatasan. Berharap keadaan segera terkendali lagi.
Aku kurang begitu ngerti jabatan mereka gimana, karena di mbah Google pun susah cari pengertian dan sebutannya, jadi yah namanya dunai oren apapun bisa terjadi kan.
Dan untuk foto kayak aksesoris sm baju khas Joseon aku belum bisa nyantumin, kerjaan ku numpuk banget jadi belum sempet, maaf yah mungkin lain kali bakal aku cantumin
KAMU SEDANG MEMBACA
In Time | NOMIN [END]
FanfictionTakdir adalah sebuah misteri. Dia mempertemukan kita dengan caranya. Dan kuharap takdir juga memberikan perpisahan yang indah, Cendekiawan Na. Bertemu denganmu bukanlah sebuah penyesalan melainkan sebuah anugerah, perasaan ini sangatlah berharga. Ja...