Lorong kampus ramai dengan mahasiswa hilir mudik, berganti kelas atau telah selesai dengan jadwal nya dan memilih pulang atau ada kegiatan kampus.
Begitu juga dengan Jaemin yang telah selesai dengan kelasnya, tas hitam yang menggantung dipundak sebelah kanannya dan jemari yang bergerak lincah memainkan gawainya.
"Nana!"
Jaemin membalikkan tubuhnya saat seseorang memanggilnya, terlihat Donghyuck berlari kecil menghampiri Jaemin.
"Kelasmu sudah selesai?" Jaemin mengangguk pelan "Kenapa?".
"Kita kekantin, aku sudah sangat lapar sejak dikelas. Ayo!" Dounghyuck menarik lengan Jaemin.
Donghyuck memang satu jurusan dengan Jaemin tapi ada beberapa jadwal atau mata kuliah yang mereka ambil berbeda maka dari itu terkadang Jaemin satu kelas dengan Donghyuck.
Mereka sudah berteman lama, sejak Junior High School hingga sekarang mereka di perguruan tinggi. Tak heran orang-orang akan berkata 'dimana ada Donghyuck, disitu ada Jaemin'.
Kantin fakultas Jaemin dan Donghyuck terlihat ramai, sepertinya kebanyakan dari mahasiswa sudah selesai dengan kelas mereka.
"Kau mau makan apa?" tanya Donghyuck sambil melihat menu kantin hari ini.
Mata Jaemin menilisk menu kantin "Aku pilih set A saja dan—"
"Ice americano?" potong Donghyuck, Jaemin tersenyum lebar "You know me so well~".
"Aku akan mencari tempat duduk" pamit Jaemin, Donghyuck hanya mengangguk.
Setelah melihat sekitar kantin, matanya menemukan tempat kosong dekat jendelah besar menghadap ke taman kampus yang rindang. Jaemin tersenyum tipis dan segera duduk dibangku tersebut.
Perhatiannya kini teralihkan kembali pada gawainya, jemari lincahnya terus bergerak bebas dilayar smartphone.
Tak lama Donghyuck kembali dengan nampan yang sudah terisi penuh makanan, akhirnya mereka makan dengan tenang dengan sesekali mengobrol dan bercanda.
"Akhir-akhir ini aku sering bermimpi aneh" ucap Jaemin tiba-tiba, Donghyuck mengernyit bingung.
"Mimpi?"
"Ya, beberapa malam ini, aku sering mimpi aneh" Donghyuck terdiam, mendengarkan kembali ucapan Jaemin.
"Ada seorang lelaki memakai baju era Joseon, rahangnya yang tegas, hidungnya yang bangir, dan matanya kecil namun tajam dengan mole di tulang pipi kanannya"
"Beberapa kali dia selalu muncul, setiap malam mimpi itu terus berlanjut seperti sebuah cerita yang berakhir tragis"
"Bahkan, kau ada dan aku ada disitu, Hyuck. Sama seperti sekarang, dimimpi itu kita juga berteman baik" ucap Jaemin lirih menatap Donghyuck.
"Itu hanya mimpi, Na" ujar Donghyuck santai, Jaemin menggeleng pelan.
"Mimpi itu terlalu nyata, Hyuck. Sakit, sesak, tangisan semua perasaan mimpi itu terasa sangat nyata. Seakan-akan aku memang pernah merasakannya" ucap Jaemin pelan.
Donghyuck terdiam sebentar lalu menghela napas "Itu hanya mimpi, dan mimpi adalah bunga tidur, jangan terlalu kau pikirkan, Na" ucap Donghyuck menenangkan Jaemin.
Benar, mungkin itu hanya mimpi tapi kenapa terasa begitu nyata. Mungkin Jaemin hanya sedang kelelahan hingga ia bermimpi aneh.
-
Malam berikutnya mimpi itu kembali terjadi, seperti sebuah cerita mimpi itu melanjutkan ceritanya. Jaemin kembali terbangun dengan perasaan gelisah dan keringat membasahi keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Time | NOMIN [END]
FanfictionTakdir adalah sebuah misteri. Dia mempertemukan kita dengan caranya. Dan kuharap takdir juga memberikan perpisahan yang indah, Cendekiawan Na. Bertemu denganmu bukanlah sebuah penyesalan melainkan sebuah anugerah, perasaan ini sangatlah berharga. Ja...