Episode 16

328 60 1
                                    

"Kudengar bahwa Putera Mahkota diberikan tugas untuk menyerang dan menangkap para pemberontak itu" ucap Ibu Suri menatap Menteri Yoon.

"Tidak semudah itu untuk membunuh buruan kita didalam sangkar, biarkan dia lepas dan bertahan hidup diluar kandang, bukankah memburu itu lebih menyenangkan ketimbang mengurungnya" balas Menteri Yoon.

Ibu Suri hanya tersenyum miring mendengarnya "Apapun yang dia lakukan akan tetap gagal dalam misinya. Anak yang malang" ujar Ibu Suri menyesap teh nya.

"Selir Yoon, telah tiba" seru seorang pelayan diluar memberitahukan kedatangan Selir Yoon.

"Ibu Suri" salam Selir Yoon sesaat masuk kedalam kamar Ibu Suri "Ayah" saat matanya bertemu dengan sosok ayahnya.

"Aku sudah mendengar berita nya, apa ayah yakin dengan rencana itu?" tanya nya resah "Lebih mudah membunuhnya di luar istana" balasnya tenang.

"Lalu, kau tidak melupakan Jenderal Lee, bukan?" tanya nya lagi.

Ibu Suri menyahut pertanyaan Selir Yoon "Kau meragukan rencana ayahmu sendiri?" tanyanya tajam, Selir Yoon menggeleng pelan "Kita tahu bukan kemampuan Jenderal Lee, juga bawahannya?".

Menteri Yoon terdiam sesaat "Kau tenanglah saja, serahkan semuanya pada ayahmu" Selir Yoon menatap ayahnya lalu tertunduk diam.

-

Istana cukup sibuk mempersiapkan serangan dan penangkapan untuk kelompok pemberontak yang berada ditengah hutan. Beberapa prajurit berlalu lalang di lapangan latihan.

Jeno dengan tenang menatap prajurit-prajurit itu, otaknya terus berpikir bagaimana mengatasi permasalahan Putera Mahkota yang dijadikan tumbal dalam pemberontakan ini.

Menteri Yoon begitu sombong dan arogan meminta Putera Mahkota turun tangan alih-alih untuk membuktikan kelayakan Putera Mahkota sebagai penerus kepemimpinan Joseon.

"Kau akan bertambah tua jika berkerut terus, Jenderal Lee" lamunan Jeno buyar mendengar ucapan Putera Mahkota yang datang tiba-tiba ke markas Biro Militer.

Dengan sopan Jeno membungkukkan tubuhnya "Yang Mulia Putera Mahkota" Lee Hyunwon tersenyum tipis, matanya memandang lurus lapangan yang berisikan beberapa prajurit yang sedang berlatih pedang.

"Tak pernah terpikirkan olehku jika aku bisa masuk kedalam istana yang menjadi impian semua orang" ujar Putera Mahkota, Jeno terdiam mendengarnya.

"Tempat yang dianggap indah ternyata banyak menyimpan begitu banyak sisi kelam" lanjutnya melayang pada sosok ibunya.

Lee Jeonju, seorang wanita cantik dan lugu memiliki impian menjadi seorang putri di istana. Sayang akibat keserakahan Ibu Suri yang akan menyingkirkan siapapun yang dapat mengacaukan posisinya.

Permaisuri dan Lee Jeonju merupakan korban keserakahan dan kesombongan Ibu Suri. Bahkan Raja tak habis pikir jika dia mempunyai ibu yang begitu liciknya.

Anak mana yang tidak sedih dan marah melihat kelakuan ibunya, kemana ibunya yang begitu lembut dan penyayang. Istana benar-benar membawa pengaruh buruk.

Persaingan untuk menjadi yang paling berkuasa, semua orang berlomba-lomba menggunakan berbagai cara untuk mencapai posisi yang paling tertinggi, menguasai istana.

"Ayah pernah berkata bahwa istana tidaklah seindah itu, banyak kebohongan untuk menutupi wajah asli mereka, orang-orang istana" Jeno tersenyum tipis mengingatnya.

Dulu dia begitu antusias setiap mendengar cerita mengenai istana, menganggumi orang-orang yang bekerja di dalam istana. Jeno hanya seorang anak kecil yang polos begitu tertampar setelah beranjak remaja dan melihat sendiri kebenaran ucapan ayahnya.

"Setelah mengetahui itu, aku selalu menatap sinis orang-orang yang bekerja di istana. Bahkan aku pernah bertengkar dengan salah satu pejabat istana hanya karena tatapan benciku mengganggunya" Jeno tertawa kecil, Putera Mahkota hanya menatap tak percaya pada Jeno.

"Itu sangat konyol"

"Aku benar-benar urakan sebelum ayahku mengirimku ke Sungkyunkwan agar aku lebih bisa menatap emosiku dan aku malah semakin terjerumus pada sumber kebencianku"

"Takdir terkadang konyol dan manusia tidak bisa menebaknya. Hari ini kau bisa menjadi orang tersial tapi besok kau bisa menjadi orang yang paling beruntung"

"Lalu, apa Anda termasuk orang yang tersial atau beruntung, Yang Mulia?"

Putera Mahkota terdiam, memikirkan pertanyaan Jeno. Sederhana namun dalam.

"Kupikir, aku akan menganggapnya aku orang yang beruntung" jawab Putera Mahkota, Jeno menatap bingung.

Putera Mahkota menghela napas "Aku begitu mengharapkan sosok seorang ayah, dan saat ini aku mendapatkannya. Terlepas Raja hanya menggunakanku atau apapu itu, aku hanya senang bisa membantunya".

Jeno terdiam, tidak percaya dengan ucapan Putera Mahkota tapi satu hal yang dia tahu "Raja sangat menyayangi Anda, Yang Mulia" penyataan Jeno membuat Lee Hyunwon tersenyum tipis.

"Aku tahu"






Maaf singkat banget tapi aku pengen upload karena udah lama banget gak upload. Aku beneran lagi sibuk kerjaanku lagi numpuk banget jadi dianggurin banget ini cerita. Maaf yah kalo agak rancu2 gitu, beneran ngebut ini nulisnya. Happy reading guys~

In Time | NOMIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang