"Kau serius membiarkannya ting—" Acacia berusaha menghindari tatapan Kenanga yang memandangnya lamat-lamat. Dia memilih menggandeng Nean walau tangan sudah banjir keringat dingin.
"Tentu saja iya," sela Acacia cepat, sedangkan Nean hanya mengulas senyum pura-pura tak paham apa yang kedua gadis itu bicarakan.
"Hm, benarkah?" Ayolah persingkat waktu! Acacia malas memperpanjang kebohongan yang terjadi. Gadis itu ketar-ketir sebab hampir tak pernah mencoba mengelabui Kenanga sejak kecil. Jadi ini yang pertama kali.
Acacia memanggil nama Kenanga lirih dengan wajah manisnya yang mengiba. Apa boleh buat, jurus terakhir adalah membujuk kakak sepupu menggunakan wajah melas.
"Cukup, aku biarkan kalian sampai dia menemukan tempat tinggal yang
layak, jangan lupa." Acacia bersikeras begitu, Kenanga memalingkan wajah."Y-ya, Kak?" Mata Acacia yang bagai permata mulia berwarna kuning langsung berkilau, menandakan bahagia atas keputusan Kenanga. Dia spontan memeluk sepupu sambil mengatakan terima kasih beberapa kali.
Kenzo mengajak kedua gadis dan Nean untuk segera masuk, dia khawatir bila angin malam akan membuat mereka sakit-sakitan. Acacia mengetahui bahwa pacar Kenanga sering bolak-balik ke rumah untuk bertemu, Riana pun tak masalah dan menyuruh Kenzo menganggapnya seperti rumah sendiri.
Diingat-ingat rumah bak istana ini hanya memiliki tiga kamar yang semuanya sudah ditempati. Namun, sepertinya ada satu kamar lagi kalau melihat Kenanga yang tenang-tenang saja. Nean dibuat berdecak kagum desain milik rumah baru Kenanga sejak dua tahun yang lalu.
Segala sesuatu yang simetris mampu menciptakan kesan rapi dan seimbang, seperti rumah mewah simetris yang satu ini. Sisi kanan dan kiri gambar rumah mewah ini dihias dengan tangga putih untuk menuju halaman belakang rumah. Selain itu, di area masuk pada rumah mewah ini juga terdapat sebuah taman mini yang tanamannya pun disusun secara simetris.
Di sisi lain, teras utamanya berada di lantai dua yang terdapat sebuah kursi teras. Warna cat dinding eksterior pada rumah mewah ini didominasi oleh warna putih dengan tambahan aksen biru pada bingkai jendela dan daun pintu sehingga membuat rumah mewah ini tampak sangat menawan. Di sekitar pula banyak pepohonan yang segar.
Setidaknya itulah yang Kenanga deskripsikan.
Hah. Rumah Kenanga memang jauh lebih baik ketimbang rumah Carissa-Gandhi yang pernah ditempati Acacia. Meski sekadar menumpang, gadis itu tak mau kembali ke rumah orang tua adopsi yang persis neraka untuknya.
Perlahan, satu per satu sekelabat kejadian masa lalu seketika mengasak dan memporak-porandakan hati Acacia yang awalnya damai. Dia menggertakkan gigi, bersumpah tak akan lagi menginjakkan kaki di rumah penuh penderitaan itu.
"Yup, Ini akan jadi kamarmu, wahai Pemuda Tampan."
Telunjuk Kenanga menunjuk ke arah kamar bercorak merah gelap, Acacia melongok, penasaran wujud kamar yang sebentar lagi ditempati Nean seperti apa. Acacia menyorot sendu, warna monokrom selalu setia menemani.
"Tak apa-apa, Nona." Derana. Nean yang seolah sangat mengarifi kondisi Acacia yang kekurangan ikut murung, menghiburnya dengan mengelus pelan punggung ringkih gadis berparas ayu itu.
"Mengapa Pemuda Tampan ini memanggilmu Nona? Apa itu panggilan kesayangan kalian?" goda Kenanga menaik-turunkan alis, tertawa. Dia curiga kalau Acacia dan teman lelakinya itu bukanlah menjalin pertemanan biasa.
"Itu tak seperti yang kau pikirkan, Kak," elak Acacia sambil berlalu menuju kamarnya yang berada di lantai dua meninggalkan keduanya.
***
Dia menjulurkan tangan ke langit yang menumpahkan rintikan air manifestasi kesedihan, Acacia merasakan dingin pada telapak tangannya yang basah. Di kelas XII jurusan bahasa sedang gaduh karena guru mata pelajaran sejarah sedang izin mengurus anaknya yang baru lahir, terjadilah jamkos yang begitu diidam-idamkan oleh semua murid di sana termasuk dirinya.
"Yeah, akhirnya aku terbebas, ahaha!" Enia berteriak bersukacita, terlepas dari serangan kantuk di tengah pelajaran. Genara memukul ringan pipi saudarinya yang terlihat norak.
"Bersikap sewajarnya, bisa, kan?" Enia memberenggut tak suka. Genara membenahi kacamatanya yang melorot ke bawah hidung.
"Jangan sok mengaturku, Nar!" Acacia terkekeh. Dia mengedarkan kepala menatap matahari yang bersinar terik, padahal di luar ... bumi Pertiwi belum menyudahi tangisannya. Hujan panas yang rumornya bisa membuat seseorang demam.
Genara dan Enia lanjut mengobrol tentang dunia Agarta. Bersumber dari cerita saudara kembar yang terpaksa Acacia dengar. Di jaman dulu, banyak orang yang percaya dengan teori bahwa bumi itu berongga dan di bagian tengahnya ada lubang besar. Di dalam lubang itu ada daerah tersembunyi yang belum pernah dikunjungi oleh manusia.
Tentu cerita itu hanya legenda, belum ada yang membuktikannya. Namun, seperti halnya semua legenda, setiap kisah legenda pasti ada dasarnya. Begitupun Agarta. Sebenarnya hampir semua agama mempunyai teori tentang dunia yang terkenal sebagai dunia bawah tanah itu. Namun, tentu saja hal ini sangat tergantung dari interpretasi masing-masing orang.
Acacia telanjur penasaran tentang topik yang dibahas. Gadis itu menyinggung apa yang dimaksud dunia Agarta yang akhirnya dijawab oleh saudara kembar tak identik ini. Menurut legenda yang diceritakan dari mulut ke mulut, Agartha—tempat istimewa di mana para penghuninya sempurna, memiliki ilmu pengetahuan yang sangat tinggi, dan kekayaan alam yang jumlahnya tak terhingga. Plato pernah menulis tentang Agartha, beliau mengatakan, “Ada sebuah tempat di dalam bumi bisa dicapai melalui terowongan sempit rahasia yang menghubungkan ke empat sudut (mata angin) Bumi.”
Seorang okultis asal Perancis bernama Alexandre Saint-Yves d’Alveydre—orang yang pertama kali membawa legenda ini kepada khalayak Eropa. Beliau percaya bahwa tempat ini berada di Tibet.
Secara ilmiah, kisah kota bawah tanah sedikit tidak berlogika. Namun, beberapa ilmuwan mengetengahkan teori mereka tentang hal ini. Edmund Halley—ilmuwan pertama yang memperkenalkan teori ‘Hollowed Earth’ saat menemukan perubahan dalam penelitiannya, kemudian belum ada seorang pun yang pernah melihat inti bumi yang katanya sangat panas dan berisi cairan berapi.
"Jadi, kemungkinan Bumi ini memang berongga masih sedikit terbuka," simpul Enia bangga. Yang paling masuk akal—kemungkinan bahwa Bumi memang tidak berongga, tetapi memiliki lubang-lubang besar yang cukup dalam di mana makhluk hidup bisa tinggal.
Acacia meringis melihat beberapa buku legenda lainnya dikeluarkan dari dalam ransel Genara dan Enia. Secintanyakah terhadap legenda kuno? "Apa? Kalian menyuruhku membaca buku setebal itu?"
*****
Jumlah kata story': 948Jangan lupa apresiasi dengan tekan tombol bintang di pojok bawah, aku doain buat yg siders supaya dpt hidayah❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Akromatopsia; Acacia's World (TAMAT)
Mistério / Suspense[TERSEDIA VERSI CETAK DI PENERBIT DIANDRA] "Segala jenis nafsu jahat itu terkadang bisa membunuh diri sendiri secara perlahan." Satu hal yang menggambarkan hidup seorang Acacia Calosa yang mengalami kelainan nadir: monokrom. Kata orang, hidupnya ya...