Pagi ini terlihat seorang pria yang menaiki anak tangga, siapa lagi kalau bukan Joon. Ia berniat mengajak Zahra untuk pergi ke sebuah mall. Sebelummya diantara keduanya tidak ada janji dan ini terjadi tanpa adanya rencana.
Hari ini mama Joon sedang berulang tahun, ia ingin memberikan kado untuk mamanya itu. Namun ia bingung kado apa yang agaknya layak diberikan pada mamanya di hari yang begitu spesial ini. Ia pun berniat menanyakan hal itu pada Zahra.
Kini Joon sampai di depan pintu berwarna coklat itu. Tanpa berlama-lama lagi ia segera mengetuknya perlahan namun masih cukup terdengar. Zahra yang sedang menatap layar komputernya segera beranjak dari kursi dan menuju ke depan pintu.
"Eh Joon ada apa?" ucapku terkejut lantaran melihatnya ada disini.
"Kamu sibuk hari ini?" tanya Joon spontan.
"Ee-enggak sih emangnya kenapa?" ujarku berbalik tanya.
"Ayo ikut aku sebentar ra," balas Joon.
"Mau kemana? Apa kita gak kepagian kalo jam segini?" tanyaku lagi.
"Hari ini mamaku ulang tahun dan aku baru ingat. Aku bingung mau beli kado apa untuk mamaku. Mungkin kamu bisa menemani aku sebentar untuk membeli kado," ucapnya memelas.
"Kalo gitu tunggu sebentar," ujarku dan kini aku menuju lemari untuk mengambil satu buah kemeja kotak-kotak berwarna hitam.
Sebelumnya aku sudah mandi dan kini aku cukup memakai kemeja lengan panjang. Ootd ku hari ini sangat simple sekali. Hanya menggunakan celana jeans hitam panjang dengan dipadupadankan kaos putih lengan pendek lalu kemeja sebagai outer.
"Ayo berangkat," ajakku pada Joon.
"Mamamu suka kue enggak?" tanyaku.
"Suka apalagi red velvet," ucapnya.
"Oke kalau gitu kita beli bahannya di supermarket dekat sini aja," balasku mengajaknya.
Aku dan Joon kini beranjak dari asramaku untuk pergi ke supermarket terdekat. Bahan yang dibutuhkan untuk kue ini pun terbilang mudah dan tidak sulit untuk ditemukan.
Akhirnya kami sampai di supermarket itu dengan jarak tempuh kurang lebih 5 menit dengan jalan kaki. Kami berdua memasukinya dan Joon pun membawa satu buah troli untuk mengangkut barang yang sekiranya dibutuhkan.
Aku menyusuri tiap rak barang yang disediakan di supermarket ini. Lalu mengambil beberapa bahan untuk membuat kue red velvet. Tepung terigu, telur, gula bubuk, mentega, cream cheese, perisa vanilla, satu pack buah stroberi, dan bahan lainnya kini telah beranjak ke dalam troli yang di dorong oleh Joon.
"Banyak juga ya bahannya," kata Joon.
"Iya memang lumayan banyak bahannya," ujarku yang masih sibuk menghitung barang belanjaan.
Setelah aku menghitungnya dan kurasa bahan yang dibutuhkan sudah ada maka kami berdua pergi ke kasir. Untuk negara maju seperti Korea Selatan ini, pelayanan berupa kasir itu hampir tidak ada.
Hanya sebuah mesin kasir yang nantinya kita hanya perlu menunjukkan barang tersebut pada mesin sensor maka otomatis nominalnya akan tertera pada layar. Kita dapat membayarnya melalui T-Money (kartu elektronik) atau berupa kartu kredit.
Tetapi kita bisa juga membayarnya secara tunai dengan cara menekan tombol yang tertera pada mesin, maka mesin akan membuka dan menerima uang tersebut. Bilamana uang itu memiliki kembalian maka mesin akan membuka lagi dan mengeluarkan uang sisanya.
Cukup mudah dan sangat efisien, hampir semua teknologi di Korea Selatan tergolong maju. Pekerjaan seperti ini sudah dikerjakan oleh mesin. Dan beberapa perusahaan besar telah menggunakan kecerdasan buatan dibandingkan tenaga manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Yang Tak Kunjung Mereda || RM
Historische RomaneKisah ini menceritakan tentang seorang gadis pintar nan cantik yang berharap bisa bertemu dengan sang idola. Hingga waktunya tiba ia bertemu dengan idolanya itu. Apakah ini pertanda baik ataupun sebaliknya? Dan bagaimana kelanjutan cerita mereka ber...