Suryakanta

50 6 6
                                    

Pagi ini langit mulai menerang seiring munculnya sang mentari. Lebih tepatnya sekarang pukul 05.30 di Seoul. Tiada aktivitas yang terlihat begitu kentara. Hanya beberapa orang saja sedang berlalu lalang.

Suara khas kota yang memang kerap kali bising pun kini terdengar sunyi. Sesekali terdengar kicauan burung yang berpatroli di udara. Hembusan angin meniup dedaunan hingga berterbangan bersama para burung.

Kali ini terlihat seorang gadis yang membuka kaca jendela kamarnya. Sinar sang fajar menerpa wajah rupawan gadis itu. Ia memandangi sekitar dan menikmati angin sepoi-sepoi yang kini mulai memasuki penjuru ruangannya.

Ia memakai dress putih pendek sepaha dan rambut panjangnya terurai ke belakang, siapa lagi kalau bukan aku. Sorot legamku menatap ke arah langit sembari tanganku memegang cangkir berisi kopi hangat.

Pagi ini memang aku ada janji dengan Joon untuk pergi ke pantai bersama. Detak jam terdengar dan kini telah menunjukkan pukul 06.00 KST (Korea Standart Time). Kami telah sepakat untuk bertemu di depan gedung besar ini dan berangkat bersama menuju ke pantai.

Pantai ini cukup familiar sekali karena dulunya merupakan lokasi syuting drama bertajuk goblin. Aku mempersiapkan beberapa barang bawaan yang sekiranya dibutuhkan. Dan tak lupa sebuah kamera yang segera aku masukkan ke dalam tas kecil berwarna coklat.

Aku berpamitan dengan Bella, teman sekamarku itu. Aku menuruni anak tangga dengan terburu-buru. Lalu aku pun bergegas menuju ke arah depan gedung ini. Disana terlihat Namjoon tengah menungguku sembari melihat arloji yang sedang ia kenakan.

Aku pun menghampiri Namjoon dengan nafas yang masih terengah-engah lantaran berlarian di tangga tadi. Joon pun memberikan satu botol air mineral kepadaku dan menyuruhku untuk duduk sejenak.

Aku pun duduk di bangku taman dan meraih botol air yang diberikan olehnya. Jari jemariku yang mungil berusaha membuka tutup botol air mineral itu. Akhirnya tutup botol itu terbuka dan aku segera meneguk air yang ada di dalamnya. Air tersebut kini telah melewati tiap penjuru mulutku dan rasanya sangat segar sekali.

"Terimakasih," ujarku pada Joon.

"Iya sama-sama," balasnya sembari tersenyum ramah.

"Mari kita berangkat," ajak Joon.

"Ayooo!!~" sahutku dengan penuh semangat.

Kita berdua pergi ke jalan besar di depan sana untuk menunggu taxi yang sudah kita pesan sebelumnya. Kami terlebih dahulu menuju Stasiun Gapyeong dengan menggunakan jalur Subway Metro (kereta bawah tanah). Jalur ini merupakan transportasi utama di Korea Selatan.

Tiket Subway Metro ini disebut dengan T-Money yaitu seperti kartu elektronik dengan kisaran harga 4 ribu won atau apabila dirupiahkan sekitar Rp. 52.000,- . Tiket ini pun dapat di isi ulang dan dapat digunakan berulang kali.

Setelah Joon menempelkan T-Money di pintu masuk, portal kecil yang terdapat di depan pintu itu membuka secara otomatis. Lalu kita menuju line 7 jurusan Jamsil dengan waktu tempuh sekitar 15 menit.

Usai turun dari Stasiun Gapyeong, kami menuju pintu keluar untuk naik bus di terminal DongSeoul. Joon pun pergi ke arah loket untuk membeli dua tiket bus. Satu tiketnya di hargai sebesar 15 ribu won atau apabila dirupiahkan sekitar Rp. 180.000,- .

Dia membeli tiket dengan jurusan Jumunjin. Bus jurusan Jumunjin ini dikenal dengan nama Donghae Express Bus dan berwarna biru. Perjalanan ini cukup memakan waktu karena jarak tempuhnya sangat jauh. Kurang lebih 4 jam untuk dapat sampai ke pantai Jumunjin.

Untungnya kami sudah membeli beberapa camilan dan minuman sebelum naik ke bus. Kami berdua bercengkrama sembari menikmati pemandangan alam yang disuguhkan dari bilik kaca bus ini. Suasana tradisional masih begitu terasa sekali ketika melewati beberapa desa yang telah dilalui tadi.

Hujan Yang Tak Kunjung Mereda || RM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang