Luka Batin

76 15 16
                                    

- Instrument recomendation -
~ Rm & V 4 o'clock~

"Aku saranin puter instrumennya diakhir akhir aja, biar lebih ngefeel ceritanya."


"Zahra pulangggg! Ada yang kangen nggak?" teriakku sangat keras.

"Anak bunda udah pulang ya. Mandi dulu sana habis itu makan ini, bunda udah siapin" jawab bundaku.

"Siapp komandan" balasku penuh ceria.

"Tumben ceria banget, ada apa emangnya anak bunda ini?" tanya bundaku.

"Tidak ada bunda" menjawabnya dengan senyuman.

"Yaudah kalo gitu cepet mandi dan makan, habis itu jangan lupa siapin barang buat besok. Bawa yang perlu perlu aja ra" kata bundaku.

"Iya bun" sahutku sembari menuju ke kamarku.

Skipp mandii~~

.
.
.
.
.
.

Akupun menuju dapur untuk memakan makanan yang sudah bunda siapkan.

Saat itu juga ayah yang membuka pintu karena selesai dari kerja dan dibelakangnya ada kak erlang yang juga selesai dari kampus. Keduanya sepertinya benar benar lelah.

Aku yang berinisiatif membuatkan kopi dan teh hangat untuk ayah dan kak erlang itu tanpa disuruh.

"Ayah, kak erlang ini kopi dan tehnya. Minum ini dulu siapa tau bisa hilangin capeknya" senyumku kepada dua orang lelaki yang sangat aku sayangi.

"Iya makasih anak ayah yang paling cantik" jawab ayah.

"Iya makasih, tumben baik banget biasanya aja ngeselin minta ampun" balas kak erlang yang menyeruput tehnya.

"Emang gak boleh ya buat baik sama kakaknya sendiri?" kataku.

"Ya masa harus dinistain terus, udah jomblo dinistain lagi kan kasian. Kesannya ngenes banget kak" lanjutku sambil terpingkal pingkal.

"Mulai lagi nih" jawab kak erlang datar.

"Gini gini banyak yang antri, cuman lagi gak mau aja" jawabnya begitu enteng.

"Ngenes gitu siapa juga yang mau?" ucapku hingga aku jatuh duaghh~ karena begitu lucunya menggoda kakakku satu ini.

"Kasian banget, karma is real dek inget tuh" jawabnya sambil balik menertawaiku.

"Ribut aja teross, emang kalian gak ada capek capeknya ya" geleng ayah karena tingkah kami.

"Hehe lagian kak erlang emang udah ngenes hidupnya jadi gak salah dong zahra katain" jawabku.

"Untung masih ada ayah ya ra, liat aja nanti" batin kak erlang.

"Udah sono makan, berisik lama lama kalo ada kamu" sahut kak erlang.

"Berisik gini juga bakal ngangenin loh. Jangan kangen dengan adekmu yang cantik ini kak" godaku kala itu.

Yah kak erlang hanya menanggapinya dengan oh ria.

Aku menuju kamar dan menata beberapa barang bawaanku. Menghitung satu persatu agar tidak ada yang tertinggal.

Memastikan barang yang penting dibawa atau tidak. Dan memikirkan beberapa barang yang harus aku pakai saat dikorea nanti.

"Akhirnya selesai juga" ucapku sambil membaringkan tubuhku dikasur.

Memang berbaring dikasur adalah hal terbaik. Memanjakan sejenak tulang tulangku ini untuk siap tempur dimedan perang.

Hujan Yang Tak Kunjung Mereda || RM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang