"JANGAN BERTINDAK BODOH JOON!!" sarkas pd-nim.
"Kamu tau kan resiko untuk kedepannya!" sarkasnya lagi.
"Seolhaan apa kamu ada saran untuk mengatasi masalah ini?" tanya pd-nim pada Seolhaan si manager baru bts.
"Kita adakan saja konferensi pers," ucap Seolhaan enteng.
"Apa maksudmu hah!" bentak Joon tak terima.
"Jika aku mengadakan konferensi pers sama artinya aku mengakui hal itu!" ucap Joon dengan nada yang mulai meninggi.
"Lantas siapa yang berada di foto itu jika bukan kau!" ujar Seolhaan dengan tatapan sinisnya.
"Sekali ini saja gunakan otakmu dengan benar!" sindir Seolhaan.
"Apa tidak ada jalan keluar lain pd-nim?" pinta Joon.
"Aku sudah memperingatkanmu untuk berhati-hati. Banyak paparazzi maupun media lain mengintaimu setiap harinya," kata pd-nim dengan nada yang merendah dan nampak pasrah.
"Tapi ini bukan perbuatan paparazzi," ucap Joon membela diri.
"Lalu siapa?" tanya pd-nim.
"Ini perbuatan Aletta, dia yang menyebarkan rumor ini" sahut lelaki jangkung salah satu staff di agensi tersebut.
"Aku dan pacarku tadi sedang berkencan. Lalu kami mendapati Aletta dari kejauhan yang sedang mengarahkan kameranya kepada Joon," tambahnya.
"Aku mengaku salah, tapi ini sepenuhnya bukan salahku pak" ucap Joon berniat membela diri.
"Urus masalah ini dan selesaikan dengan segera," ujar pd-nim pada Seolhaan lalu ia meninggalkan ruangan.
Seolhaan hanya membuang nafas kasar dan pergi meninggalkan ruangan ini sembari membawa bukti berkas foto yang ia genggam. Lalu ia masuk ke dalam ruangan pribadinya dan duduk di kursi kerja. Ia melirik ke arah bingkai foto usang yang berdiri kokoh di sudut meja kerjanya.
Terdapat foto seorang wanita muda dengan gadis kecil berumur sekitar 5 tahun. Lantas Seolhaan meraih foto itu dan mengusap debu yang menempel pada kaca foto tersebut. Raut wajahnya datar dan nampak malas ketika foto itu berada pada genggamannya.
"Mama bodoh ya," celetuk Seolhaan.
"Kenapa mama masih mencintai pria baj*ngan itu?" tanyanya pada bingkai foto mamanya.
"Apakah mama secinta itu dengannya hingga merelakan nyawa mama?" tanyanya lagi.
Meskipun Seolhaan berkata kasar pada foto mamanya, namun tak dapat dipungkiri bahwa ia merindukan sosok mamanya itu. Sosok perempuan yang selalu menemani hari-harinya. Dan juga keluarga kecil yang dimiliki oleh Seolhaan dulu. Semuanya berakhir semenjak perempuan jal*ng itu merusak rumah tangga kedua orang-tuanya.
Seolhaan pun mengingat kepingan memori yang begitu menyakitkan. Masa dimana ia tak ingin mengingat memori itu. Namun memori itu berbekas hingga kini.
Waktu itu terjadi seusai dia pulang dari sekolah. Seperti biasanya Seolhaan akan berteriak memanggil mamanya bila ia baru datang. Itu rutinitas yang selalu Seolhaan lakukan setiap saat. Namun sepertinya itu adalah hari terakhir untuk bertemu mamanya.
Seolhaan terus meneriaki nama mamanya namun tak ada balasan. Dia memutuskan untuk berlari menuju kamar dan mencari mamanya disana. Alangkah terkejutnya ia mendapati mamanya tergantung lunglai di atas atap kamar.
Ia kaget, bingung, takut, sedih, semuanya bercampur menjadi satu. Apalagi di usianya yang terbilang masih muda dan baru menginjak bangku sekolah dasar. Seolhaan terus meneriaki mamanya dengan suara yang kencang dan menangis sejadi-jadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Yang Tak Kunjung Mereda || RM
Historical FictionKisah ini menceritakan tentang seorang gadis pintar nan cantik yang berharap bisa bertemu dengan sang idola. Hingga waktunya tiba ia bertemu dengan idolanya itu. Apakah ini pertanda baik ataupun sebaliknya? Dan bagaimana kelanjutan cerita mereka ber...