Ciuman Pertama

78 13 20
                                    

- Instrument recommendation -
~ Doopiano - Promise (Jimin BTS) ~


Ia masih menatapku, entah apa yang sedang ia lihat itu. Tangannya bergerak kearah bibir pinkku ini. Lalu tangannya menyentuh dan mengusap noda pekat akibat tetesan kopi yang tertanggal pada bibirku.

Sangat dekat sekali, lama kelamaan makin dekat hingga hidung kami bersentuhan. Kira kira bibir kami hanya berjarak 1 inchi saja. Aku yang sadar akan situasi itu seketika membeku ditempat. Apalagi ditambah detak jantungku yang mulai menggebu gebu.

Bisa kalian bayangkan, sedekat apa kami sekarang. Semilir angin malam menambah suasana yang mendebarkan ini.

Bibir lembutnya itu menyentuh secara perlahan. Dia berusaha mempertahankan kecupannya itu. Aku masih tak percaya dengan apa yang terjadi saat ini. Mataku masih menyimpan berbagai pertanyaan.

Sedangkan ia masih memejamkan matanya dengan bibir yang masih melekat pada bibirku. Akhirnya aku pun menutup mataku, berusaha merasakan sesuatu hal yang tak akan pernah terjadi.

Berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa ini nyata bukan sekedar halu belaka seperti biasanya.

Akhirnya ia melepaskan kecupannya itu yang berselang cukup lama. Ia memelukku serta menyelipkan wajahnya pada sela sela rambut panjangku itu.

Ia memelukku begitu erat sekali. Entah apa yang sedang ia lakukan, tetapi mengapa aku turut merasakan hal yang menyesakkan dada.

Dia masih dengan posisi yang sama dan aku juga yang masih memeluknya. Ia pun berbisik padaku lirih sekali.

"Tolong jangan pergi," ucapnya gemetaran.

"Pergi kemana?" jawabku.

"Berjanjilah padaku bahwa kamu tak akan pernah meninggalkanku," ucapnya lagi.

"Tentu saja," jawabku sembari mengusap surau hitamnya itu.

Dia pun melepaskan pelukannya itu dan berkata padaku.

"Bisakah kita lakukan lagi?" ucap Joon.

"Ini baru pertama kalinya bagiku," ucapnya malu malu.

Aku hanya terdiam karena permintaannya itu. Karena memang hal seperti ini adalah pertama kalinya juga bagiku. Lalu aku pun mengangguk menandakan isyarat setuju.

Tangannya bergerak menyentuh wajahku. Menyelipkan beberapa helaian rambutku kebelakang akibat ulah angin yang berhembus.

Ia mencoba mendekati bibirku ini. Aku pun refleks untuk memejamkan mataku.

Cupp... Bibir kami beradu kembali. Aku bisa merasakan bibir lembutnya lagi. Tangannya yang kekar itu perlahan menyentuh pipiku, menangkupnya agar semakin dekat.

Kali ini bibirnya tak tinggal diam, bibirnya menjelajahi bibirku ini. Aku yang semula diam kini mulai mengikuti ritme ciumannya itu.

Hawa yang cukup dingin tetapi tidak dengan suasana yang kini sedang aku rasakan. Bukan perkara apa apa, tetapi sulit untuk didefinisikan. Apalagi perihal pikiran yang bodoh seperti ini.

Hati seakan bersuara bahwa aku harus menikmatinya sebentar, tetapi logika mematahkannya begitu saja. Ia menyangkal adanya jalan percintaan irasional yang sedang dialami si pemilik tubuhnya ini, siapa lagi kalau bukan aku.

Bisa bisanya disituasi yang romantis seperti ini, kedua jalan pikirku malah beragumen dengan hebatnya dan memenuhi isi kepalaku.

Tak berselang lama, Joon pun melepas ciumannya menandakan bahwa ia mengakhirinya. Cukup singkat dibandingkan yang pertama tadi.

Hujan Yang Tak Kunjung Mereda || RM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang