Acaranya pun telah selesai. Aku segera bergegas pergi dari ruangan ini, agar namaku tak terpanggil untuk diskusi malam.
Tapi aku salah, saat aku beranjak dari kursiku ia memegang tanganku. Siapa lagi kalau bukan joon.
"Ada apa?" Tanyaku kepadanya.
"Kamu mau pergi sekarang?" jawabnya.
"Tentu saja, karena acaranya sudah selesai" ucapku.
"Disini saja denganku" pukasnya singkat.
Aku yang mendengar ucapannya hanya terdiam karena pipiku sekarang sedang memerah.
Tak berselang lama ada seseorang yang menghampiri kami dan memecah suasana canggung ini.
Pak Zung menghampiri kami serta menatap kami yang sedang berpegangan tangan itu.
Kami sontak melepas tangan satu sama lain. Dan tak terasa suasana canggung pun mulai hadir kembali diantara kami berdua yang didapati berpegangan tangan oleh pak zung.
"Wahh ada apa ini dengan kalian berdua" goda pak zung.
"Tti-tidak ada apa apa pak. Bapak salah lihat, ini tidak seperti yang bapak kira" ucapku begitu gugup.
"Maklum anak muda, saya dulu juga pernah muda ra jadi santai saja" jawab pak zung disertai senyuman.
"Saya doakan yang terbaik untuk kalian berdua." lanjut pak zung.
"Kami berdua tidak ada hubungan spesial pak. Tapi jika memang ia adalah takdir saya, tentunya saya berkenan sekali menjadikan ia sebagai tambatan hati saya" ucap namjoon.
Sepertinya ia berbakat menjadi seorang buaya internasional. Lihatlah ucapannya itu. Benar benar membuat salah tingkah bukan.
Aku seketika langsung memberikan kode supaya ia tidak meneruskan ucapannya itu. Apalagi didepan bapak zung, rasanya sangat memalukan sekali.
Tetapi itu semua tidak berhasil, ia tak menggubris bahasa tubuhku sama sekali. Aku yang mulai kesal hanya terdiam dan membiarkan ia bernarasi sesukanya.
Aku pun mulai terbiasa dengan setiap ucapannya yang membuat salah arti itu. Tak jarang juga rasa berdebar sering kali muncul saat didekatnya.
"Untung kalian berdua belum keluar dari auditorium ini" ucap pak zung.
"Jadi nanti kalian berdua akan menjadi tim dalam berdiskusi selama ajang perlombaan ini" timpal pak zung.
"Saya harap kamu bisa membimbing zahra serta semoga kalian bisa menjadi patner yang saling menguntungkan" tambah pak zung.
"Kka-kami pak?" ucapku begitu kaget.
"Iya, Nanti jangan sampai terlambat dalam acara diskusi malam" jawab pak zung.
"Baik pak, mohon kerjasamanya" ucap namjoon.
"Ya sudah kalau begitu, Saya pamit dulu" ucap pak zung.
"Iya pak" balasku.
Akhirnya pak zung meninggalkan kami berdua di auditorium ini yang begitu luas.
"Ka-kamu tidak terkejut?" ucapku kepadanya.
"Tidak, mengapa juga harus terkejut? Malahan aku sangat senang bisa satu tim denganmu" jawabnya.
"Aku?" ucapku yang masih kebingungan.
"Bukan kamu, aku senang bisa bersama dengan yang dibelakangmu" matanya mengarah kearah dinding.
"Dinding gitu? Kamu bisa ngomong sama dinding? Wah orang jenius beda yaa" ucapku dengan kagum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Yang Tak Kunjung Mereda || RM
Historical FictionKisah ini menceritakan tentang seorang gadis pintar nan cantik yang berharap bisa bertemu dengan sang idola. Hingga waktunya tiba ia bertemu dengan idolanya itu. Apakah ini pertanda baik ataupun sebaliknya? Dan bagaimana kelanjutan cerita mereka ber...