Cemburu

94 12 6
                                    

Aku terus memahami perkataan singkatnya itu sembari masih tetap berdansa dengannya.

"Pria yang aneh," batinku.

Disatu sisi lain terdapat Joon yang hanya fokus pada Zahra dan juga Lim yang sedang asyik berdansa. Dengan raut tatapan yang dingin disertai rasa sebal kepada dua insan itu.

Hampir dalam setiap gerakan Joon selalu salah, padahal biasanya ia cukup lihai dalam berdansa. Mungkin ia sedang cemburu pada gadis mungil itu. Apalagi pria itu yang sepertinya ingin sekali menggoda gadis yang ia sukai.

Akhirnya ia melepaskan genggaman pada pinggul Aletta dan mengakhiri secara sepihak dansa tersebut. Ia pun menuju kearah Zahra, dan berniat untuk menggantikan Lim. Seharusnya dia yang sedang berdansa dengan Zahra bukan pria itu.

Joon pun mendorong perlahan tetapi pasti hingga pria itu terlepas dengan Zahra. Dan seketika ia juga yang menggantikan posisi Lim.

"Jangan harap kau bisa berdansa dengan milikku," sembari terus memegang pinggul Zahra erat erat.

"Ada yang cemburu nih," goda Lim.

"Sudahlah pergi sana mengganggu saja," ucap Joon dengan tatapan dingin yang masih mengarah pada Lim.

"Iya iya dasar bucin," ejek Lim dan ia segera pergi dari hadapan dua orang itu.

"Suatu saat kita bertemu lagi ya cantik," lambai Lim dari kejauhan.

"Aku menarik ucapanku. Kau tak semenyebalkan adikmu itu," balasku dari jauh.

Joon pun hanya menunjukkan raut yang tidak menyenangkan disertai poutan bibir yang malah terlihat imut sekali bagiku.

"Kamu ini sedang apa?" tanyaku perlahan sembari masih berdansa dengannya.

"Tiba tiba datang lalu mengusir Lim dan meninggalkan Aletta," tambahku.

"Aku tidak suka," balasnya.

"Tidak suka apa memang?" tanyaku lagi bermaksud ingin mengodanya.

"Aku tidak suka milikku diambil orang lain," balasnya dengan ekspresi yang menggemaskan.

"Tidak etis kamu membuat humor seperti itu Joon," kekehku sekali lagi dengan maksud yang sama.

"Aku tidak sedang bercanda. Dan semoga kamu mengerti arti gerak gerikku ini tanpa aku mengatakannya," balas Joon.

"Apakah pria tampan ini sedang salah menaruh hatinya?" godaku.

"Iya, dia salah menaruh hatinya. Bisa-bisanya ia menyukai gadis yang telah dengan teganya mengambil hatinya," ujarnya yang terlihat seperti sebuah gombalan.

"Aku pikir kamu orang yang kaku. Ternyata orang sepertimu bisa juga ya membuat gombalan seperti ini," kekehku.

"Kamu mau lagi?" tanyanya dengan senyuman yang terus mengembang.

"Boleh," jawabku sembari tersenyum padanya.

"Kamu tau penulisan atom oksigen?" tanya Joon yang sudah mulai beraksi itu.

Mungkin gombalan orang yang jenius memang beda dengan gombalan orang pada umumnya, tapi cukup menarik bagiku.

"O² bukan?" balasku untuk menjawab pertanyaannya.

"Bisa kamu jelaskan lebih lanjut tentang atom oksigen padaku?" ucapnya.

"Yang artinya pada atom tersebut terdapat dua molekul yang akhirnya membentuk atom oksigen," ujarku.

"Jawaban yang tepat," ucap Joon.

"Oksigen terdiri atas dua molekul yang nantinya membentuk oksigen. Sama halnya dengan 'cinta' ia juga terdiri atas dua orang yang nantinya membentuk rasa cinta itu sendiri," ucapnya lagi.

"Lalu apa hubungannya?" tanyaku.

"Dua orang itu aku ibaratkan 'kita' yang semoga menyatu dengan rasa cinta dan direstui oleh alam semesta," ucapnya ditambah senyuman yang memperlihatkan lesungnya itu.

"Okee sepertinya aku kalah denganmu," balasku sembari memalingkan wajahku karena sepertinya pipiku terlihat sangat merah.

"Aku baru kali ini melihat gadis semanis dirimu ra," ujarnya.

"Sudah hentikan gombalannya," tegasku yang masih dengan pipi merona itu.

"Iya iya lagian sepertinya dansanya akan berakhir," ujar Joon.

"Apa kamu tidak ada ide untuk persiapan kita besok?" ujarnya lagi.

"Hah memangnya besok ada apa?" balasku dengan sedikit terkejut.

"Sepertinya kamu tidak mendengarkan dengan baik," ucap Joon dengan sedikit tatapan dinginnya yang mulai keluar.

"Ah mm-maaf hehe," balasku dengan senyum yang tiada dosa itu.

"Kita besok disuruh untuk menjelaskan budaya masing masing," jawabnya.

"Sepertinya aku ada ide menarik. Tapi kita harus ada kostumnya dulu," balasku.

"Bagaimana kalau besok pagi? Kalau sekarang kemungkinan tokonya sudah tutup," jawab Joon.

"Besok kita bertemu di aula saja terus kita berangkat bersama bagaimana?" tanyaku.

"Oke pemikiran yang bagus," jawabnya.

Saat kita sedang berbincang-bincang bermaksud merencanakan ide untuk kegiatan besok supaya lancar. Disatu sisi lain terdapat orang yang dari jauh seperti sedang mengamati kita berdua. Tetapi saat aku menoleh kearah mana pun tidak ada satu orang pun yang sedang mengendap-endap atau bersembunyi. Mungkin hanya perasaanku saja.

Cekrekk~~  bunyi dari sebuah kamera yang sedang digenggam oleh orang asing tersebut.

Feeling Zahra memang benar adanya, ada orang yang sedang mengendap-endap dan sepertinya ingin membuat kerusuhan.

Kringg~~  bunyi dering ponsel dari orang asing itu.

"Saya sudah memotretnya bu," ucap orang asing itu.

"Kerja bagus," jawab seseorang wanita yang terdengar dalam ponsel tersebut.

"Saya juga sudah memindahkannya pada memori card dan menghapusnya pada kamera saya," ujar orang asing itu.

"Baiklah, kapan kita bisa bertemu?" balas wanita itu.

"Lusa," ucap orang asing itu.

"Oke saya tunggu kehadiran anda," balas wanita itu.

.
.
.
.
.

Menurut kalian siapa ya orang asing itu dan suara wanita yang ada dipercakapan telpon tadi?

.
.
.
.
.

Jangan lupa votementnya yakk!! Biar aku semakin semangat untuk updatenya heheh >.<
Nantikan kelanjutannya terus my ☺❤

Hujan Yang Tak Kunjung Mereda || RM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang