Wanita cantik itu kini menghadapku serta menyapaku dengan senyuman, ahh tidak-tidak tepatnya ia sedang menyeringai padaku. Seperti ada maksud lain yang terselubung dalam senyum misteriusnya itu. Entahlah mungkin hanya perasaanku saja.
"Hayyy," sapanya.
Aku yang masih tak sadar ketika wanita cantik itu menyapaku, karena aku sedang terfokus padanya. Riasannya tak berlebihan tetapi ia sangat mempesona sekali malam ini. Apalagi dengan busananya yang cukup memperlihatkan belahan dadanya itu. Menambahkan kesan sexy dan terlihat sangat dewasa.
"Hha-hayy juga," balasku kaku.
"Namamu siapa?" tanya wanita cantik itu.
"Zahra," balasku singkat.
"Kenalin namaku Aletta," tangannya meraih tanganku bermaksud untuk berkenalan.
"Zahra kenalin ini Aletta dia rekan bisnisku," lanjut Joon.
"Senang bertemu denganmu Aletta," balasku sembari tersenyum pada dua insan didepanku ini.
"Aku juga senang bertemu denganmu Zahra," jawab Aletta.
Bagaimana rasanya berpacaran dengan Joon ini. Apakah dia membosankan? haha," lanjut Aletta disertai tawanya yang sedang meledek Joon.
"Kau ini apa apaan," jawab Joon dengan ekspresi malunya itu.
"Ttti-tidak kamu salah paham," jawabku spontan.
"Kukira kau berpacaran dengannya Joon," ledek Aletta.
"Tidak mungkin juga kan kamu melajang hingga amat lama dan sekarang seleramu menjadi rendahan seperti ini," lanjut Aletta sembari menampilkan smirk khasnya itu padaku.
Tak bisa kupungkiri bahwa apa yang telah dikatakan Aletta itu ada benarnya. Seharusnya lelaki sekelas Joon itu pasti memiliki selera yang cukup tinggi. Dan aku tak mempunyai standart yang dikatakan cukup untuk mampu bersanding dengan lelaki sempurna seperti Joon. Lelaki yang didambakan banyak kaum hawa diluar sana tentunya.
Mungkin kata-kata Aletta mampu menyadarkanku agar aku lebih berpikir realistis. Dan tidak perlu bersusah hati untuk mencintai seseorang seperti Joon. Namun sayang, hati tidak dapat diperintah. Jikalau bisa kuperintah sekalipun tentunya aku juga tidak ingin menaruh hati pada Joon.
"Kau ini bicara apa!" bantah Joon yang mulai naik pitam itu.
"Ehmm.. Maaf kelepasan," seringai Aletta.
Aku yang hanya diam dan tak habis pikir dengan Aletta, wanita yang cukup cantik tapi tak selaras dengan hatinya. Ia pun berniat pergi dan berpapasan denganku sembari membisikkan sesuatu yang cukup menyakiti hatiku.
"Kamu bukan siapa siapa dan kamu harus sadar itu!" tekannya padaku dan berlalu meninggalkanku.
Aku yang mendengarnya hanya bisa diam dan menarik nafas lalu membuangnya dengan kasar. Joon pun spontan menarik tanganku hingga Aletta mau tak mau harus menoleh kebelakang.
"KAMU TIDAK PUNYA HAK JUGA UNTUK MERENDAHKAN ORANG LAIN!" balas Joon dengan nada yang mulai meninggi.
"Cihh sepertinya memang benar desas desus bahwa seleramu itu rendahan ya Joon." jawab Aletta enteng.
Aku yang sudah tak dapat membendung emosiku lagi. Kini mulai tak terima atas perilakunya itu.
Plakkk~ satu tamparan lolos pada wajah mulusnya itu.
Aku tak sengaja menamparnya, karena memang apa yang ia katakan sudah melewati batas wajar. Tidak mungkin aku hanya berdiam diri saja sedangkan ia sesuka hatinya menginjak injak harga diriku seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Yang Tak Kunjung Mereda || RM
Historical FictionKisah ini menceritakan tentang seorang gadis pintar nan cantik yang berharap bisa bertemu dengan sang idola. Hingga waktunya tiba ia bertemu dengan idolanya itu. Apakah ini pertanda baik ataupun sebaliknya? Dan bagaimana kelanjutan cerita mereka ber...