6

15 12 4
                                    

Sesuai kesepakatan kemarin, Petra mulai melakukan pekerjaannya adalah hari ini. Selama diperjalanan Petra salalu mengatakan kepada diri sendiri bahwa semua ini akan baik-baik saja.

"Assalamualaikum." Tak ada balasan dari penghuni rumah. Lantas Petra mengulanginya sekali lagi dengan suara yang lebih keras.

Tok tok tok

"Assalamualaikum!" Yah, hasilnya masih sama tak ada balasan dari penghuni rumah.

Lantas kemana perginya para penghuni rumah itu? Apakah masih tidur atau sudah pindahan ke planet Saturnus?

"Duh, pada kemana ya?"

"Udah jam sepuluh gini masa belum pada bangun, sih. Apa gue nya aja ya yang ngetuk pintu nya kurang keras?" Petra melamun sejenak. Memikirkan bagaimana cara memanggil orang-orang rumah ini.

"Nih, rumah juga gedenya subhanallah." Heran Petra, berkacak pinggang.

"Dah lah, mending gue tunggu aja, mungkin gue nya yang terlalu kepagian." Sembari menunggu, Petra duduk di kursi yang ada di teras tersebut dan mulai membaca salah satu buku yang ia bawa.

Dari pada gabut duduk doang yekan, mending baca buku. Selain baik untuk menambah kosa kata dan pengetahuan juga menyenangkan, apa lagi baca buku matematika.

Orang yang benci emtekah. Langsung muntah begitu baca, nih, buku.

Petra pasrah, lebih baik Ia menunggu hingga ada salah satu dari mereka keluar. Ya semoga saja ada. Jika tidak, Petra sudah mikirkan apa yang harus Ia lakukan, yaitu mendobrak pintu itu hingga mereka keluar.

Dah, sangking jengkelnya bjir. Nggak ada cara lain lagi dan siapa juga yang suka nunggu?

Selang setengah jam, ternyata benar salah satu dari mereka memang belum ada yang keluar.

"Buset, dah! Udah setengah jam gue nunggu kagak ada yang nongol-nongol sampe semuten, nih, bokong gue!" Kesal Petra tak tertahankan.

Oke, Petra mulai melancarkan aksi gilanya. Dia akan mendobrak pintu itu. Nggak sopan sumpah:)

Petra mengambil sikap ancang-ancang dan... "Bismillah Allah Hua'akbar!" Bertepatan dengan itu ternyata ada salah satu dari mereka yang keluar. Lalu apa yang terjadi? Ya tentu saja orang itu terpental karena menerima hantaman dengan kekuatan saitama ala Petra.

"Anjing!!!"

"Astagfirullah." Petra langsung tersadar bahwa yang itu dorong bukan lah pintu melainkan manusia. "Aduh, maaf banget sumpah." Petra benar-benar merasa bersalah. Tapi bo ong.

"Maaf-maaf maksud Lo apa mukul gue?!" bentak Karma sambil memegang perutnya yang terasa sakit.

"Su-sumpah gu-gue minta maaf banget. Nggak sengaja sumpah," ucap Petra gagap sambil mengacungkan kedua jarinya hingga membentuk seperti huruf V.

"Halah bullshit!" bantah karma yang dari awal memang tak percaya.

Lalu Petra berbicara sejujur-jujurnya mengenai apa yang telah ia lakukan.

"Ja–jadi gini gue... gue awalnya mau manggil kalian tapi setelah gue ketuk pintu sama salam berkali-kali nggak ada yang keluar, lagian ini rumahnya gede banget. Terus gue kehabisan akal dan udah kesel juga karena nunggu terlalu lama dan akhirnya gue dobrak nih pintu. Eh, nggak taunya malah Lo yang kedorong," jelas Petra rumus persegi panjang.

"Ya lo yang tolol lah goblok! Liat ada bel di sini?!" Karma menunjukkan sebuah bel yang berada di dekat pintu itu. Petra yang tak maksud dan tak tau lantas bertanya dengan polosnnya.

"Bel buat apa?"

"Arghh! Lo nggak usah pura-pura nggak tau, deh!"

"Gu–gue nggak gue—" Hejsj, apa yang ingin dikatakan Petra ini... Kasian bener pagi-pagi malah udah dimarahin sama orang yang paling ia benci.

"Nih ya, gue jelasin sekali lagi, ini bel gunanya buat manggil orang dalem, Lo sadar kan kalo nih rumah gedenya nauzubillah. Mau Lo ketuk ber kali-kali pun orang dalem nggak bakal denger, goblok!!" tukas Karma penuh penekanan di setiap katanya.

"Ternyata dugaan gue emang bener kalo Lo itu emang orang miskin, orang nggak punya, sok pinter. Cuih, jijik gue! Cuma kayak gitu aja nggak tau."

"Bisa nggak sih, kalo bicara itu nggak usah pake kata-kata yang ujung-ujungnya ngerendahin! Lo nggak tau kan rasanya di rendahin itu gimana?" Emosi Petra.

"Ya Lo duluan yang buat masalah sampe gue emosi!" Karma membalas penuh emosi.

Sedangkan disisi lain.

"Di luar ada apa, sih? Ribut-ribut mulu kek ibu kos nagih uang kontrak aje," heran Kenny.

Karena perdebatan itu terus berlanjut lantas Kenny si anak bungsu turun menghampiri sumber suara yang mengganggu tidur nyenyaknya.

"Oi oi oi mate kudasai yoo."

Bjir wibu:V

"Buset dah, pagi-pagi kek gini udah ribut aja," heran Kenny. "Ribut sama siapa Lo? Sama Kecoa?"

"Noh, kecoanya!" Tunjuk Karma. Kenny yang dari awal memang tak menyadari keberadaan Petra langsung terlonjak kaget.

"E-eh neng Petra?" Kenny jadi merasa bersalah atas ucapannya. Dia kira tadi Karma ribut sama kecoa, eh nggak taunya sama Bidadari Surga.

"Bu-buta Lo, Karma! cantek-cantek kek Bidadari Surga kembarannya neng Hinata gini Lo bilang kecoa?!" Petra yang merasa dirinya dipuji, amarahnya kini terganti dengan malu-malu dugong.

"Lo tuh yang buta! Wanita kek Iblis jahanam gini Lo bilang Bidadari? Najis!" Nih orang kalo ngomong damegnya bukan maen ya.

"Idih sok! Dah lah masuk aja yuk neng Petra. Ngeladenin dia ngomong sampe lebaran kucing juga nggak ada habisnya." Kenny menawarkan Petra untuk masuk saja, demi perdebatan yang tidak sehat ini berhenti.

"Sial sial sial!! Kenapa harus wanita kek iblis gitu? Bikin gue emosi aja." Emosian bener si akang Karma ini. Nanti cepet tua mampus lu.

TBC

Siapa yang disini suka sama Karma?
Cung tangannya sampai nyentuh awan.

Atau lebih suka sama Kenny?
Walaupun sifatnya yang rada-rada. Dia lebih baik dari pada Karma, weh, yang mulutnya pedes kek boncabe😕

Kasian banget Petra pagi-pagi udah di bentak-bentak Karma. Doa in aja semoga Petra tetep betah menghajar:v anak-anak ini.

Oke terakasi Minna, jangan lupa absen kehadirannya ✌️😁

QUINTUPLETS (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang