11

8 7 0
                                    

"Sugoi bener Lo jadi orang. Nggak nangka gue..." Lika—teman satu kelas yang paling dekat dengannya kini berdecak kagum.

"Sugoi Mbah mu! Makan ati gue tiap hari." Petra menepuk keningnya merasa pusing. Sambil berkacak pinggang keliatan banget kek orang susah. Emang susah sih sebenernya.

"Sekali main langsung dapet lima cowok. Temen gue ini pokoknya emang paling jos gandos mar kotos-kotos." Lika masih dengan rasa kagumnya tanpa menggagas perkataan Petra yang mulai kepanasan.

Ia menatap ke depan dengan wajah terbinar-binar. "Tutor dong puh-sepuh." Lika menyatukan kedua telapak tangannya membentuk sungkem.

"Gue tonjok Lo ya lama-lama?!"

Semuanya sama saja. Apanya yang puh-sepuh? Dikira suhu aja ni orang. Kesel Petra jadinya.

"Muehehe, abisnya gue pengin." Lika menyenggol bahu Petra sampai membuat Petra nyaris terjungkal ke depan.

"Ambil, Lik, Gue ikhlas." Lika langsung geleng-geleng tak jelas sambil tersenyum kek orang sinting. Sepertinya Lika sedang membayangkan jika berada diposisi Petra.

Petra mendengus geli melihat teman akrabnya ini.

Ditengah hiruk-pikuk anak-anak pada rajin menabung ke kantin, samar-samar Petra mendengar seseorang dari kejauhan memanggilnya. Ia clingukan kesana-kemari. Karena terlalu ricuh dan padat orang ia tak bisa mendengarnya dengan jelas.

Barulah ia paham siapa yang memanggil dirinya saat Kenny malambaikan telapak tangan ke arahnya. Petra membalasnya.

Lalu dengan bahasa isyarat lagi. Kenny mengkode Petra untuk bergabung bersamanya. Namun Petra menolak dengan menyilangkan kedua tangannya.

"Kenapa musti disia-siain? Udah kesana aja." Lika membisiki ke ujung kuping Petra kayak iblis yang menyuruhnya kejalan kesesatan. Ia terjengit kaget.

"Banyak loh orang yang iri sama posisi Lo saat ini. Termasuk gue hehe."

"Dasar!" Petra men-jitak kepala Lika.

"Udah sana, tuh, mereka nunggu Lo." Lika mendorong tubuh Petra agar ia berjalan.

"Da~" Ia melambaikan tangan lalu pergi dari hadapan Petra.

Mau tidak mau, Petra alhasil berjalan menuju tempat si kembar lima berada. Untung lah walaupun mereka ini ganteng dan famous, saat ini tidak begitu menjadi pusat perhatian orang-orang yang haus akan belaian.

Begitu sampai ia duduk bersebelahan dengan Kenny. Hanya Kenny yang benar-benar memperlakukannya bak ratu. Petra begitu terharu. Hiks hiks srot!

"Gue gabung." Tak ada yang merespon. Semuanya sibuk dengan gawainya masing-masing. Apa lagi Karma yang enggan sekali menatapnya.

"Gue sempet kaget kemarin, ternyata murid barunya kalian." Petra merosotkan kedua bahunya.

Agaknya sudah satu satu Minggu lebih berlalu Petra satu kelas dengan mereka. Dan selama itu juga ketika di sekolah ia agak menjauh dari si kembar nggak identik. Yah, untuk menghindari serangan dari heaters tentunya yang iri bin dengki bin hasad karena bisa sedekat itu dengan mereka.

"Muehehe, mau gimana lagi. Semua ini perintah ayah," jawab Kenny.

"Gue juga tadi dapat pesan dari pak Grisha kalo kalian disekolah sekarang jadi tanggung jawab gue. Jadi... Mohon kerjasamanya, ya?" ucap Petra sambil tersenyum simpul. Hmm, agak geli sih sebenarnya tapi begitulah yang diucapkan om-om duda kepadanya.

Erwin berdecak muak. Armin dan Kenny mengacungkan kedua jempolnya.

"Lo udah kayak orang tua kita aja ya jadinya." Armin tertawa kecil. Petra tersipu malu.

QUINTUPLETS (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang