13

6 5 2
                                    

Petra menyandarkan punggungnya di tembok basah itu. Merenungkan segala kejadian yang telah terjadi. Ia tidak menangis. Hanya saja- ini sungguh keterlaluan. Karma telah menghina bapaknya. Siapa yang tidak terima bapaknya dihina di depan semua orang coba? Mikir!

Setelah insiden tadi Petra langsung lari ke kamar mandi. Bergegas membersihkan tubuhnya. Ia sudah tidak peduli tatapan orang-orang sekitar.

"Segitu bencinya kah Lo sama gue, Kar?" Monolognya. Ia bercermin menatap dirinya yang malah cosplay jadi mie ayam Bu kantin.

Parahnya si karma menumpahkan tepat di atas kepala Petra. Alhasil bau sudah rambut Petra. Kalo udah gini mau gimana coba? Bakal Ribet wehh.

"KARMA ANJING!" Lalu Petra membekap mulutnya. Merasa bahwa perkataannya kelewat kasar. Lalu menepuk mulutnya keras karena mengatakan hal yang kurang pantas.

"El, Lo di dalem?" Petra terjengit kaget, ia memandangi pintu mencoba menerawang siapa yang berada di kamar mandi perempuan itu?

"Y-ya," balasnya. Lalu terdengar hembusan nafas panjang.

"Boleh buka pintunya bentar?" tanyanya dari luar.

"MAU APA LO, HAH?! SONO PERGI! NGAPAIN JUGA LO DI SINI?!" sewot Petra sambil mendelik kaget. Siapa pula ni orang. Petra merasa dalam bahaya sekarang.

"E–eh? Bu–bukan gitu— ini gue Armin, gue mau kasih shampoo sama baju ganti buat Lo." Petra ber-oh ria. Armin ini memang selalu ada saat ia membutuhkan. Ah, makin cinta deh>\\\<

Setelah pertarungan tadi Armin jelas lah langsung menyusulnya. Dan pasti tujuan Petra yang pertama adalah kamar mandi. Tentu untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu. Jadi ia tidak perlu repot-repot mencarinya.

Karena Petra telah melepas bajunya, Petra menbuka sedikit pintu kamar mandi lalu mengulurkan tangannya keluar lewat celah pintu. Armin yang melihat hanya tersenyum. Lalu menyerahkannya segera pada Petra.

"Thanks, Ar."

"Sama-sama."

Lalu terjadi keheningan. Petra juga mulai fokus membersihkan tubuhnya— lebih tepatnya rambut. Toh, kalo mau mandi sekalian, sekarang tidak ada sabun untuk membersihkannya. Nggak papa deh, minimal rambutnya bersih dulu, dah.

Suara gemercik air berhasil memecah suasana hening di antara mereka. Armin tetap setia bersandar di tembok depan pintu menunggu Petra.

Sempat ada beberapa siswa yang masuk kamar mandi dan menjerit tertahan ketika melihat idola baru di sekolah mereka masuk ke kamar mandi wanita. Traveling kan pikiran mereka 😌 Tapi Armin tetap bodo amat.

"Lo kalo mau nunggu mending di luar aja, deh!" ucap Petra mulai jengah, mendengar seruan-seruan siswa yang ditujukan kepada Armin.

"Aww, bang Armin mau ngapain ya? Ah, gue nggak bisa berpikir jernih."

"Kyaaaa>\\\\<."

Agak sinting emang.

"Nggak, gue tunggu disini aja," balas Armin.

Agaknya memakan waktu seperempat jam akhirnya usai juga Petra bersih-bersih. Sampai semutan si babang Armin nunggu Petra karena kelamaan berdiri.

"Nih pakai Hoodienya biar baju Lo nggak basah." Armin ini memang perhatian pakek banget. Petra jadi makin cinta. Uhu uhu. Ia menerimanya. Lalu ia kalung kan ke belakang untuk menyekat rambutnya agar tidak langsung mengenai bajunya.

"Makasih banget, Ar." Armin mengangguk diiringi senyuman.

"Yuk, masuk kelas. Bentar lagi istirahat selesai."

QUINTUPLETS (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang