10.

9 7 0
                                    

Mimpi buruk apa ia kemarin-kamarin malam. Sampai-sampai harus berada di situasi yang mengguncang mental dan jiwanya. Plis, nggak usah dramastis deh!

Tau gini ia tidak akan mengambil selembar kertas yang telah ditemukan adik manisnya itu. Tau gini lebih baik ia jadi pengangguran atau jadi pengemis bayaran saja.

Sudahlah Maimunah, semuanya sudah terlambat.

Sayup-sayup matanya menatap datar genting coklat. Merentangkan kedua tangan dan kaki sampai keluar dari batas limit si kasur. Selimut yang tidak tau sekarang letaknya dimana. Posisi tidur yang terbalik dari posisi semula. Petra ini emang rusuh kalo tidur.

Ia memaksa tubuhnya untuk beranjak. Dengan sempoyongan Petra berusaha berjalan menuju dapur, segera melakukan aktivitas paginya. Saat hendak keluar ia melewati kaca yang menampakkan dirinya seperti- Wewe gombel. Acak Adul pokoknya.

"Bjir, jelek bener gue." Petra malah asik mengaca. Melihat wajah kumelnya, memutar body yang mirip papan triplek. Lalu mendengus jengah melihat tubuhnya sendiri.

Ingin rasanya ia tidur kembali. Tanpa repot-repot harus bangun lagi. Lah, eh? Mati dong👀

Setelah sampai dapur. Ia tidak kunjung melakukan kegiatan paginya. Ia duduk termenung dimeja makan. Memikirkan hari-harinya seperti kapal pecah.

Bagaimana tidak? Setelah serangkaian peristiwa yang membuat Petra mengukuhkan niatnya untuk pindah ke dimensi sebelah yaitu ke dunia isekai. Justru Si sperma lima itu musti pindah menjadi sekelas dengannya, cuy?! Makin parah. Yang tadinya ia memperoleh julukan sebagai bocah berotak senku musti berubah menjadi cosplayer reverse harem sungguh harga dirinya jatuh sampai inti bumi.

***

Last Moment

Sepedanya ia kayuh secepat kilat sampai menyaingi motor GP-nya Rossi.

Buset!

Demi apa? Demi Bu Mega-chan jabat jadi presiden bareng Pak Owi-kun. Skip. Ya jelas demi nggak suruh nyapu gurun sahara sama nyabutin bulu keteknya lapangan lah!

Kesialan yang kerap menimpa dirinya adalah ketika hari Rabu. Entah Rabu yang dendam dengannya atau memang takdir yang telah menetapkan demikian. Atau jangan-jangan ada seseorang yang megutuk dirinya bahwa ia akan mendapatkan kesialan setiap hari Rabu?

Jadinya satu rumah bangun kesiangan, deh. Kesalahan yang umum terjadi namun bisa berefek besar bagi yang mengalami. "YA ALLAH!"

Tepat kurang 30 detik Petra berhasil sampai di depan pintu gerbang sekolah tercinta. Nafasnya naik turun kayak habis main roller coaster yang kecepatannya lebih dari 100km/detik. "Hampir saja kamu telat, Petra," ucap Bu guru yang kebetulan menjadi guru piket pagi itu. Petra tak menjawab. "Ya sudah buruan masuk. Pelajaran akan Segera di mulai."

Petra hanya mengangguk dan tersenyum. Lalu bergegas memarkirkan sepeda hitamnya. Lagi-lagi ia harus lari untuk sampai di kelas.

Begitu pukul 07.30 WIB bel berbunyi merdu (merusak dunia). Namun para guru tidak akan langsung mengisi kelas tentunya. Setiap pagi mereka memberikan kelonggaran waktu 15 menit untuk para siswa-siswi melakukan kegiatan literasi terlebih dahulu. Namun karena Petra sudah mengisinya sejak lama. Jadi, santai dulu nggak sih?

Dari kejauhan mata memandang. "Weh, ape, nih?" Nggak tau lagi. Tumben sekali pagi-pagi didepan kelasnya mendadak kek ada antrian sembako. Banyak sekali orang berkerumun. Eh tapi kok dominan cewek? Apa ada Kim Jong-un di kelasnya?

Firasatnya mulai nggak enak, nih. Petra melebarkan langkah kakinya. Begitu di depan kelasnya, ia bertanya kepada salah satu teman kelas yang ada di sana.

"Ada apa nih, Din?"

"Oh itu, ada Kim Jong-un," balas Udin sambil menyeruput es teh.

"HAH SERIUSAN?!"

"Eh, ya nggak lah, Pet." Zaki menempeleng kepala temannya karena telah berkata ngawur.

"Itu, ada murid baru di kelas kita. Mereka sebenernya nggak baru sih cuma pindahan dari kelas sebelah." Petra hanya ber-oh ria.

"Pasti jantan yang pindah," tebak Petra tepat sasaran.

"Jelas lah! Kalo bukan, mana mungkin cewek-cewek bakal gerombolan kek lalat liat daging babi." Udin mulai berdecak jengah.

Ia merasa bahwa kepopulerannya sebagai ketua OSIS yang kerap menjadi buah bibir ciwi-ciwi bakal lenyap begitu saja. Sudah terbukti. Ia berdiri di sana saja sudah tidak ada yang nglirik. Kasian.

"Sabar ya. Karena roda kehidupan itu selalu berputar kok, Din. Lagian Lo juga ganteng, pasti masih banyak pemuja Lo disekolah ini." Petra menepuk pundak Udin memberi semangat.

Udin yang merasa dirinya disanjung pun langsung terbang ke angkasa. "Lo... emang cewek baik, Pet." Ia terharu.

Teman-temannya yang mendengarkan perbincangan mereka hanya melirik sinis ke arah Udin. Heh! Gue juga iri Kalik pengin dikatain ganteng sama cewek cantik nan pintar kayak Petra. Isi hati mereka.

Ketika bel kedua berbunyi. Dengan terpaksa ciwi-ciwi haus belaian itu harus membubarkan diri dan kembali ke kelas masing-masing.

Akhirnya kelas mereka terlihat lebih bersih dan cerah. "Yuk masuk."

Ia tidak peduli siapapun itu yang pindah. Asalkan orang itu tidak berusaha menyingkirkan dirinya sebagai murid terpintar disekolah.

Namun tetap saja ia tidak akan lepas dari hari-hari tainya. Ada saja cobaannya.

Baru saja ia menoleh kepenjuru kelas. Dan dari sekian banyaknya murid baru. Kenapa harus bocah itu? Kenapa harus bocah itu, hah!?

NANDE?!

NANDE DA YOOOOOOO???!!!

ekhem. Wibunya kumat:v

Jadi mereka beneran di pindah?

"Eh, Din. Kita salah kelas nggak, sih?" Petra menarik ujung baju Udin.

"Hah? Ya nggak lah, Pet."

"Oh iya, gue lupa, kan kita kelasnya udah dirolling. Bukannya kita nggak sekelas ya?"

"Apa-"

"Ah, ya, ini kelas 11-B, kan? Gue kan di kelas 11-A." Dengan tertawa renyah meratapi kebodohannya. Ia membalikkan badan lalu berusaha berjalan keluar kelas.

"Eh, Pet, woy!" Udin menahan lengan Petra.

"Ini kelas 11-A, oi. Emang di rolling tapi kita tetep satu kelas, pinter! Udah dua bulan kita sekelas lagi, masa Lo lupa?" Bingung Udin. Nggak biasa-biasanya nih bocah jadi ngelag.
Pasalnya tingkah Petra ini mendadak kek orang habis di hantam meteor terus jadi amnesia. Ckck.

"Hai Petra si cewek jahanam." Walaupun baru beberapa kali pertemuan. Ketahuilah, ia paham betul ini suara siapa. Memandang sekilas saja sebetulnya ia sudah paham ia siapa. Hanya saja ia menganggap ini adalah sebuah mimpi.

"Hai, El, kita jadi satu kelas."

"Sialan!"

TBC

Hidup itu terkadang emang membagongkan. Ada aja cobaan, bikin Herman aja, nggak habis ting-ting, suka diluar prediksi BMKG emang. Ah, tapi sudahlah namanya juga hidup.😌😌

Kita doakan semoga Petra bisa melalui hari-hari hujan badai angin ributnya. Aamiin:v

Terimakasih yang udah baca😌💙

QUINTUPLETS (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang