03. Eric Vrans Aldergan

15K 1K 37
                                    

Mau nanya, dong. Kalian berasal dari daerah mana saja?

Jangan lupa vote coment dan bagikan ke teman-temannya, ya.

Terbarkan komen sebanyak-banyaknya.

Jangan jadi sider!

Ntar, pisauku melayang kemana-mana.

Happy reading

***


~Forte Village Resort, Sardinia, Italy -2019

Malam ini adalah malam di mana seorang cowok berwajah tampan, dingin, sadis, dan menakutkan itu akan melaksanakan aksinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Malam ini adalah malam di mana seorang cowok berwajah tampan, dingin, sadis, dan menakutkan itu akan melaksanakan aksinya. Eric Vrans Aldergan berjalan di tengah-tengah kerumunan halaman depan resort mewah yang sangat indah. Terlihat kolam renang yang dihiasi oleh lampu temaram nan indah. Kelihatannya sedang ada sebuah pesta tertutup. Karena resort ini hanya bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu. Resort yang dikhususkan untuk mafia.

Eric melangkah masuk ke dalam hotel resort itu. Musik berdentum deras di lantai satu resort itu. Tata ruangannya terlihat indah. Resort yang di desain ala bangunan Eropa. Memang, cowok itu berada di salah satu negara bagian dari Eropa, yaitu Italia. Tempat segudang mafia-mafia kejam untuk melaksanakan kejahatannya.

Semua orang tengah bergoyang dengan suka cita di halaman resort. Kelihatannya mereka sedang merayakan sebuah kemenangan. Cowok yang mengenakan jaket serba hitam, masker dan mencoba menyamar sebagai anggota salah satu mafia itu. Terlihat di setiap saku celana orang-orang yang tengah menari di lantai satu berisi sebuah pistol. Itu sangat berbahaya. Mereka tidaka akan segan-segan untuk menembak siapapun, hingga MATI!

Saat hendak menaiki lantai dua, seseorang anggota mafia mencurigai gerak-gerik cowok yang mengenakan baju serba hitam itu. Ya, namanya adalah Eric. Eric menghampiri orang yang mencurigainya itu. Dia menggetik jarinya, hingga pria yang mencurigainya itu terhipnotis.

Eric mendekatkan bibirnya ke telinga pria itu. "Sono uno di voi, la mafia." (Aku adalah salah satu dari kalian, mafia)

Eric tersenyum miring di balik maskernya lalu beranjak dari hadapan pria itu. Dia menaiki anak tangga yang menghubungkan lantai dua. Di sisi lain, seseorang cowok bernama Charlie Brestarn tengah mengintai ruangan ketua mafia lewat laptopnya. Dia telah memasang alat rekaman rahasia di ruangan itu. Cowok itu tengah berada di belakang resort. Dia tengah duduk di kursi santai sambil menikmati secangkir kopi dan menatap layar laptopnya.

Di sisi lain, Eric kembali melangkah masuk ke dalam satu ruangan khusus untuk ketua mafia, setelah mengetuk pintu. Dia mendapati seorang ketua mafia bertubuh bongsor tengah beradu mesra dengan dua orang wanita jalang yang menggoda si bongsor itu. Dua wanita jalang mengecup mesra si bongsor itu sebelum mereka keluar dari dalam ruangan itu, melewati Eric begitu saja. Tatapan Eric sangat tajam kepada kedua gadis jalang yang baru saja keluar itu.

Jahanam menantimu!

Ketua mafia yang bernama Alano itu bangkit lalu berjalan gontai ke arah jendela ruangannya yang terlihat besar sambil menatap malamnya dunia di luar. Eric melangkah mendekati ketua mafia itu. Dia berdiri di samping Alano

Eric menoleh menatap mafia kejam itu. Alano membalas tatapan Eric, tajam.

"congratulazioni per il nostro progetto," (Selamat atas proyek kita) ucap Alano dengan aksen Italianya.

"Thank you very much," (Terimakasih banyak) ucap Eric.

"Sarò sempre il tuo membro fedele, il membro che ucciderà tutti i tuoi avversari," (Aku akan selalu menjadi anggota setiamu, anggota yang akan membunuh semua lawanmu) lanjut Eric.

Eric mencoba memberikan pelukan selamat kepada pria bongsor itu. Tangannya merogoh sesuatu di saku celananya, sebelum memeluk Alano. Sebuah pisau tajam. Saat akan memeluk ketua mafia itu, detik itu juga.

Jleb.

Jleb.

Perlahan-lahan, Eric menusukkan pisau tajam itu dari belakang, punggung ketua mafia itu, Alano. Tanpa, dia sadari. Ternyata, perutnya juga tertusuk oleh pisau tajam akibat ketua mafia itu menusuk perut Eric terlebih dahulu saat Eric memeluknya, Alano. Eric mengigit bibir bawahnya sambil meringis kesakitan. "Shh.."

Eric melepaskan pelukannya. Dia berjalan sedikit mundur lalu menunduk -menatap nanar pisau tajam yang tertancap di perutnya. Terlihat darah segar yang menetes dari pisau itu, hingga menetes jatuh ke lantai. Eric melepaskan pisau tajam itu dari perutnya. "Shh..." Eric menusukkan pisau yang ada di tangannya itu ke perut bongsor pria misterius itu.

Jleb.

Jleb.

Percikan darah segar berceceran di mana-mana. Eric melepaskan pisau yang tertancap di perut mafia itu, Alano. Dia mengarahkan pisau itu ke arah wajah Alano. perlahan-lahan, Eric menoreh pipi mafia itu, hingga mafia itu menjerit-jerit. Eric tersenyum miring saat mendengar jeritan yang membuat batinya tenang.

Bruk.

Alano tumbang akibat dorongan Eric. Pria berumur tiga puluh delapan tahun itu benar-benar dilumuri oleh darah segar. Eric menetap Alano yang tergeletak lemah sambil menaikkan sudut bibirnya "Anda adalah seorang pendosa yang harus mati!" Bahasa dan aksen Indonesia cowok itu keluar.

"Neraka akan menantikan daging Anda." Eric menaikkan sudut bibirnya di balik maskernya sambil terkekeh miris. Dan tatapan cowok itu sangat menakutkan.

To be continued...

Ada yang kangen aku update cerita ini, nggak? Kelihatannya enggak, ya? Nggak seru, ya? Hmm.

Gatal-gatal pengen update cerita ini.

Sumpah, aku gregetan saat menulis part ini, kelanjutannya akan lebih seru. Ini adalah salah satu work kesayanganku.

Semoga kalian suka dan tidak bosan.

Aku sengaja ngambil setting di Italia. Mungkin hanya beberapa part, karena akan dilanjutkan di Indonesia. Tetap nantikan kelanjutannya, ya.

See you next part!

Spam, next!!

Eric Vrans Aldergan

Eric Vrans Aldergan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Sweet PsikopatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang