29. 5 Hari

4.1K 242 19
                                        


Typo tandain!


Hari ke lima~

Langit terlihat gelap. Hanya ada lampu jalanan dan gedung-gedung yang memancarkan cahaya dari dalam. Eric tengah mengendarai mobil sport berwarna hitam dengan kecepatan tinggi. Mobilnya membelah jalanan yang lumayan sepi. Keningnya dipenuhi dengan peluh dingin. Tubuhnya bergetar hebat. Tatapannya sangat tajam ke depan.

Ia mengambil earphone, saat ponselnya berdering. Ternyata Charlie yang meneleponnya. Sesekali Eric melirik ke belakang, beberpa mobil polisi terus mengejarnya tanpa henti.

"Bangsat! Bisa-bisanya polisi bajingan itu datang!" umpat Eric kesal. Ia mengeraskan rahangnya, beberpa kali ia memukul-mukul stir mobilnya.

"Ini semua gara-gara saudara tiri Lo, Argas!" balas telepon seberang. "Dia tau kalau Lo balik ke Indonesia."

"Gue ga pernah kasih tau keluarga gue, shit!" umpat Eric.

"Gisella. Wanita gila itu!" ucap telepon sebelah, berat.

"Anjing! Gisella sialan!" umpat Eric lalu ponselnya putus begitu saja.

Eric melempar earphone-nya ke sembarang arah lalu menancapkan gasnya secepat mungkin. Gedung-gedung menghilang dalam sekejap. Mata laki-laki itu melirik ke belakang. Detik itu juga, sebuah pistol menembus kaca belakang mobilnya. Untung saja dia berhasil menghindar.

Sekarang, posisi Eric berada di jalan yang begitu sepi. Hanya ada pohon pinus yang menjulang tinggi. Tanjakan di depan tidak membuat mobilnya melambat. Dari belakang, polisi terus menembaki mobilnya.

Eric melirik ke arah ponselnya yang berdering sedari tadi. Ternyata istrinya, Ailen. Ia berusaha untuk melupakan ponsel itu, tidak ingin membuat wanita yang ia cintai khawatir.

Beberapa notifikasi masuk dari ponselnya. Eric membaca jelas sebuah pesan singkat yang dikirim Ailen.

Ailen: Tolong!

Seketika mata Eric membulat. Pandangannya kembali lurus ke depan. Sontak, ia terkejut saat mobil polisi menghadangnya dari depan. Kebetulan di depannya lagi jurang. Tanpa berpikir panjang, Eric menancapkan gasnya secepat mungkin lalu menabrak mobil polisi itu. Akhirnya, kedua mobil itu terjatuh ke jurang dan meledak.

"Ailen.... sayang, m-maaf-"

____Batas Hidup____

Di rumah, Ailen mengunci pintu kamarnya dengan sangat rapat. Ia terlihat ngos-ngosan. Dadanya naik turun. Peluhnya bercucuran deras. Ia menyadarkan tubuhnya di pintu. Sesekali dentuman keras terdengar di pintu, hingga memberi sedikit hantaman pada punggungnya.

Terlihat tangan Ailen memegang sebuah pisau yang bercucuran darah segar. Ia tertunduk, matanya menatap nanar tangannya. Tangannya bergetar hebat, hingga pisau itu terjatuh ke atas lantai.

Raut wajah Ailen terlihat ketakutan. Dia terlihat lusuh dengan rambut acak-acakan. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya lalu menangis sejadi-jadinya. "Ayah... aku minta maaf...."

"Aku anak terkutuk! Anak pembawa sial! Pembunuh!" ujar Ailen.

Ailen menjauhkan tangannya dari wajahnya kasar. Dia berjalan ke arah nakas lalu membuka laci nakas. Dia mengambil notebook pemberian malaikat maut. Saat ia membukanya, sebuah angka lima muncul begitu saja. Dengan sebuah kalimat di bawahnya.

'lima hari lagi, setelah itu kamu akan bahagia.'

Ailen mendengus kesal, saat dia mengingat Eric. Orang yang ia sayang. Dengan geram, ia merobek halaman buku itu lalu membuatnya menjadi bulatan dan melemparkannya ke sembarang arah. "Ga! Aku ga tau bagaimana Eric hidup tanpaku. Dia pasti tidak baik-baik saja!"

'Eric sudah mati.'

"Ga!" Ailen merobek halaman buku itu lagi. Hingga habis, saat tulisan 'Eric Sudah Mati' muncul terus menerus.

BRAK!

Sontak Ailen terkejut, saat terdengar benturan keras dari pintu kamarnya. Ia menoleh, sontak ia terkejut saat seseorang pria berbaju hitam, masker hitam, dan topi hitam itu mendekat ke arahnya.

Ailen mengambil balik kayu yang tersandar di dinding dekatnya lalu melemparkannya ke arah pria misterius itu. Pria itu meringis kesakitan, detik itu juga Ailen berlari keluar dari kamar. Dia berlari menuruni anak tangga yang menghubungkan lantai bawah.

Brak!

Bruk!

Tiba-tiba saja, Ailen merasakan hantaman keras dari punggungnya. Ternyata balok kayu, hingga ia terjatuh dari tangga atas ke bawah. Pandangannya terlihat buram. Yang ia lihat pria misterius itu mendekat ke arahnya lalu mencengkeram erat kakinya. Pria misterius itu langsung menyeret Ailen seperti bangkai keluar, entah kemana.

"ERIC! BUKA PINTUNYA! INI GUE GISELLA!"

____Batas Hidup____

Alurnya agak aneh. Hanya org" tertentu yg bisa paham.

Maaf, baru up:)

Sibuk nugas soalnya sama UTS;)

Sekalinya up, pendek ya:)

Spam next!

See you next part!!

Sabtu, 20 November 2021



My Sweet PsikopatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang