Jangan lupa vote coment dan bagikan ke teman-temannya, ya.
Terbarkan komen sebanyak-banyaknya.
Jangan jadi sider!
Ntar, pisauku melayang kemana-mana.
Happy reading
***
Eric bergerak gelisah dalam tidurnya. Matanya masih terpejam erat. Mulutnya terus meracau memanggil kata 'ibu'. Peluh dingin mengalir deras di sekujur kening cowok itu. Cowok itu terlihat resah. Tangan kanannya tengah menggenggam sesuatu erat. Seperti tangan seseorang. Ya, cowok itu menggenggam erat tangan seorang gadis yang juga pingsan di sampingnya.Mimpi buruk itu kembali lagi. Mimpi yang mengusik alam bawah sadarnya, hingga dia harus ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat.
Di alam bawah sadar. Seorang wanita paruh baya mengelus sayang rambut anak laki-laki itu.
"Kamu bukan pembunuh, hanya saja kamu berbeda, sayang."
Wanita paruh baya itu tersenyum lalu membalikkan badannya dan melangkah pergi.
"Ibu, jangan pergi."
"Ibu, aku takut sendirian."
Anak laki-laki berumur tujuh tahun itu menatap nanar punggung seorang wanita paruh baya yang mengenakan baju serba putih. Wanita itu terus berjalan, hingga dia benar-benar hilanh ditelan oleh kegelapan.
"Ibu, mau kemana?"
Anak laki-laki itu menangis tersedu-sedu dengan deraian air mata yang terus membasahi pipinya.
"Kenapa ibu pergi meninggalkanku sendirian?"
Deg.
Sontak Eric tersentak. Matanya terbelalak. Tubuhnya bergetar hebat. Nafasnya tersengal-sengal. Keringat dingin telah membasahi sekujur tubuhnya.
Eric menghela nafas panjang. Dia merasakan sebuah genggam di tangannya. Sangat erat. Seakan-akan tidak ingin saling melepaskan. Cowok itu menoleh ke samping. Dia mendapati seorang gadis yang memiliki raut wajah rupawan. Cantik, kulit putih bersih, mata sedikit belok, hidung mancung, rahang bagus, bibir tidak terlalu tipis, dan rambut pirangnya yang menawan.
Eric hanya menatap dingin gadis yang tergeletak lemah di sampingnya itu. Dia tidak mengenal gadis itu. Yang dia tahu, dia dikejar oleh anggota mafia dan dia meloncat dari atas tebing ke bawah laut.
Eric mencoba melepaskan genggamannya. Saat hendak melepaskan genggaman itu. Gadis itu malah semakin mengeratkan genggaman itu. Sepertinya, gadis itu masih hidup.
Eric terus berusaha melepaskan genggaman tangannya, akhirnya terlepas. Mata cowok itu masih menatap lekat gadis yang berbaring di sampingnya dengan mata yang terpejam erat. Terlihat pelipis gadis itu yang terluka. Cowok itu tidak mengetahui kenapa dia bisa bersama gadis itu. Dan, bagaimana dia bisa terhempas ke tepi bersama gadis itu.
"Kamu mau mencoba untuk bunuh diri, ya?" tanya Eric kepada gadis yang tengah pingsan itu.
"Mau aku bantu? Aku bisa membunuhmu dan membuatmu menjerit keenakan." Eric merogoh pisau kecil dan tajam di saku celananya yang terlihat basah.
Eric menjulurkan tangannya ke arah rambut gadis itu. Dia menyelipkan rambut gadis itu di balik telinga. Tangannya mengecek pelipis gadis itu yang terluka. Kelihatannya sudah tidak mengeluarkan darah segar lagi. Hanya bekas luka yang belum kering.
Eric tersenyum miring lalu mencoba untuk membuat torehan pada wajah gadis itu. Sial! Saat hendak menoreh wajah cantik gadis itu. Tiba-tiba saja hatinya bertolak belakang. Dia mengurungkan niatnya untuk menggores wajah cantik gadis itu.
"Kamu cantik, kenapa jantungku berdetak tidak karuan. Apakah aku-"
"Nathan," gumam gadis itu membuat Eric menghentikan ucapannya dan menjauhkan tangannya dari wajah gadis itu.
"Nathan," ulang gadis itu parau, tubuhnya bergetar hebat.
Eric menghela nafas kasar lalu terduduk dan melemparkan pisau tajam yang tengah dipegangnya itu ke sembarang arah. Cowok itu mencoba untuk bangkit. Saat berdiri, tiba-tiba saja tubuh cowok itu tumbang. "Arkh." Dia tergeletak. Dia lupa kalau perutnya terluka dan itu masih terasa sangat sakit.
Eric menggigit bibir bawahnya lalu mencoba untuk bangkit lagi. Tangan kanannya memegang perutnya yang terasa nyeri. Cowok itu berjalan tertatih-tatih. Dia meninggalkan seorang gadis yang ikut pingsan dengannya tadi. Sekarang langkah kaki Eric menuju ke salah satu hotel mewah yang ada di Positano. Tapi, dia harus menjual beberapa red diamond yang sempat diambilnya dari seorang ketua mafia.
Eric menaiki anak tangga yang menghubungkan antara pantai dan jalanan kecil, terlihat seperti gang. Tapi, di desain sangat bagus dengan warna-warni. Langkah kaki cowok itu terhenti di tangga ke sepuluh. Dia merasakan kalau ada seseorang yang tengah mengikutinya dari belakang.
Eric menoleh ke belakang. Dia tidak melihat siapa-siapa. Cowok itu kembali melangkah -menaiki anak tangga. Tangan kanannya masih memegang perutnya yang terasa nyeri. Saat berada di tangga ke tiga belas, cowok itu menghilang, entah kemana.
Seseorang gadis remaja dengan pakaian lusuh yang mengikutinya sedari tadi, kehilangan jejak cowok itu. Gadis itu melirik- kesana-kemari. Dia tidak menemukan cowok yang diikutinya itu. Saat dia berbalik badan, sontak gadis itu terkejut sambil mendelik. Dia mendapatkan seseorang cowok bermata tajam dan dingin tengah menatapnya lekat. Ya, itu adalah Eric, seorang psikopat. Tampan, sih, sayang, dia seorang psikopat.
"Kenapa kamu mengikutiku?" tanya Eric dingin.
To be continued...
Jangan lupa vote, coment dan bagikan ke teman-temannya.
See you next part!!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Psikopat
Genç KurguSeorang psikopat berdarah dingin, kejam, dan sadis. Eric Vrans Aldergan, seorang cowok yang memiliki sisi gelap dan berjuta rahasia. Biasanya cinta dipertemukan dengan indah. Tapi, tidak dengan cowok itu. Afra Aileen Inara, seorang gadis polos yang...