Absen dulu!
Ramaikan lapak ini!
Jangan lupa vote coment dan bagikan ke teman-temannya, ya.
Terbarkan komen sebanyak-banyaknya.
Jangan jadi sider!
Ntar, pisauku melayang kemana-mana.
Happy reading
***
Eric melangkah masuk ke dalam sebuah hotel yang hanya memiliki satu lantai. Hotel yang sangat besar dan luas. Cowok itu menyewa hotel itu khusus, penyewaan pribadi. Hanya ada dia sendiri. Hotel yang sedikit tersembunyi di Positano, Italia.
Ruangan hotel itu terlihat sangat indah. Di desain begitu menarik, seperti bangunan Eropa khas Italia. Memang ini adalah salah satu negara bagian dari benua Eropa. Bangunannya memang sangat kental akan aksen Eropa.
Eric berjalan tertatih-tatih ke ruangan tengah lalu duduk dan menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Cowok itu menghela nafas kasar. Tubuhnya sangat lemah. Kepalanya sakit. Dadanya terasa sesak. Cowok itu mencoba untuk menutup matanya erat, beberapa menit dia menutup mata. Dia merasakan ada seorang yang menusuk-nusuk pipinya sayang.
Matanya terbuka perlahan-lahan. Ternyata seorang gadis aneh yang dia temui tadi. Gadis yang terlempar ke tepi laut bersamanya. Gadis itu masih mengikutinya, Eric. Ailen duduk di sebelah Eric, dia tersenyum setelah menusuk-nusuk pipi cowok itu.
Eric mendorong tubuh gadis itu, hingga gadis itu terbaring di atas sofa. Gadis itu meringis kesakitan saat tubuhnya terhantam di atas sofa, tidak terlalu sakit, sih. Gadis itu terbaring di atas sofa.Eric mendekatkan wajahnya dengan gadis itu, nyaris membuat dahi mereka berdua bersentuhan.
"Berani menyentuhku, kamu akan mati!" ketus Eric tajam. Gadis itu memasang tampang polosnya. Dia benar-benar tidak perduli. Bagaimana tidak, hidupnya saja hanya sebatang kara, tanpa tahu tujuan dan arah hidup.
Eric merogoh pisau kecil dan tajam di dalam saku celananya. Tatapannya masih dingin kepada Ailen. Percayalah, cowok itu memiliki banyak pisau tajam untuk melukai korbannya. Dia sangat bahagia mendengarkan rintihan sakit dari korbannya. Seakan-akan semua masalahnya hilang.
Eric mengarahkan pisau kecil itu ke arah pipi Ailen. Ailen hanya terdiam, sedetik dia tersenyum lalu menutup matanya erat sambil menggigit bibir bawahnya. Eric mengumpulkan seluruh jiwanya untuk membuat sebuah torehan di wajah cantik gadis itu. Saat hendak menorehkan pisau itu ke wajah gadis itu, detik itu juga.
Plak.
Ailen menepis tangan Eric yang memegang pisau itu lalu mendorong kepala Eric dari belakang, hingga menyentuh dahinya. Ailen menghela nafas kasar berkali-kali. Eric merasakan hembusan nafas gadis itu. Hingga akhirnya gadis itu memeluknya.
Ailen menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Eric yang kosong. Eric yang hampir saja menindih tubuh gadis itu, sekarang malah menindih tubuh gadis itu karena perutnya kembali nyeri. Cowok itu merasakan detak jantung gadis itu yang berdetak kencang. Begitu juga dengan Eric, jantungnya berdetak cepat tanpa henti. Cowok itu hanya tetdiam.
"Bolehkah aku mencintaimu psikopat tampan?" lirih Ailen.
"Aku benar-benar mencintaimu. Walaupun, aku tidak mengerti apa sebenarnya itu cinta. Tapi, untuk saat ini aku hanya ingin mencintaimu. Karena aku tidak tahu harus mencintai siapa lagi," lanjut Ailen.
Eric hanya terdiam. Detak jantungnya semakin meresahkan. Ailen benar-benar membuat psikopat tampan itu diam tidak berkutik.
Eric melepaskan pelukan Ailen. Cowok itu menjauhkan tubuhnya dari gadis itu. Dia berdiri tepat di hadapan gadis yang tengah terbaring sambil menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Gadis itu menangis dari balik telapak tangannya. Entah apa yang membuat gadis itu menangis. Apakah dia sedang mencari simpati?
"Cintailah dirimu sendiri, baru kamu mencintai orang lain," ucap Eric datar tanpa nada. Sangat dingin.
Ailen menjauhkan tangannya dari wajahnya. Dia menatap nanar ke arah Eric. Gadis itu mencoba untuk bangkit dan duduk. "Aku tidak bisa. Bagiamana aku bisa mencintai diriku sendiri. Sedangkan aku tidak tahu siapa diriku."
"Berdiri!" titah Eric dingin. Eric memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
Ailen menurut, gadis itu benar-benar berdiri di hadapan Eric. Matanya berkaca-kaca menatap dalam Eric. Berharap kalau psikopat tampan itu mau menampungnya. Karena gadis itu benar-benar tidak punya arah dan tujuan untuk saat ini. Mati pun tidak bisa.
"Keluar!" titah Eric dingin sambil menunjuk ke arah pintu depan.
Deg.
Ailen terdiam kaku. Gadis itu tidak dapat berkutik sedikit pun. Raut wajahnya terlihat kalut. Gadis itu mendongak dan mencoba untuk membuka mulut -melontarkan suatu kalimat.
"Tapi, aku-"
"Keluar!" bentak Eric membuat Ailen menciut.
Ailen tertunduk sendu sambil meneteskan bulir aur bening yang menetes disudut matanya. "Bagaimana kalau aku benar-benar mencintaimu."
Ailen mendongak lalu menyodorkan bibirnya, mendekati telinga Eric. "I love you, aku akan menunggumu. Walaupun itu menyakitkan."
Sesulit inikah mencari cinta?
"Sekarang aku akan pergi karena aku hanya orang asing di matamu. Iya, sih aku memang orang asinh." lanjut Ailen lirih lalu beranjak pergi. Gadis itu berjalan gontai ke arah pintu depan.
Eric menoleh -menatap nanar punggung lemah gadis itu. Gadis itu benar-benar keluar dari hotel itu. Dia menghilang dari pandangan Eric saat dia menutup pintu depan hotel itu. Raut wajah yang tadinya dingin, kini terlihat sendu. Cowok itu memiliki perasaan yang aneh.
Eric mengacak frustasi rambutnya. "Kenapa aku harus peduli?!"
Eric beranjak dari ruang tanu menuju toilet. Cowok itu akan membersihkan dirinya.
"Dasar cewek aneh!"
____Batas Hidup____
Spam, next!
See you next part!!
Minggu, 1 Maret 2021

KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Psikopat
TienerfictieSeorang psikopat berdarah dingin, kejam, dan sadis. Eric Vrans Aldergan, seorang cowok yang memiliki sisi gelap dan berjuta rahasia. Biasanya cinta dipertemukan dengan indah. Tapi, tidak dengan cowok itu. Afra Aileen Inara, seorang gadis polos yang...