13. Nikah?

8.2K 496 29
                                    

Sider bisulan!

Absen dulu!

Kapan kalian baca part ini?

Kapan terkahir kalia kalian pacaran?

Berapa jumlah mantan kalian?

Yang tidak punya mantan, apakah kalian bahagia?

Jangan lupa vote coment dan bagikan ke teman-temannya dan sosmednya.

-Happy reading-

***

Sanjaya langsung menusukkan pedangnya ke arah punggung Ailen tanpa berpikir panjang. Gadis itu berteriak histeris saat pedang itu mengarah ke punggungnya sambil tertunduk dan menutup matanya erat.  "Aaaaa!"

Prang!

Pedang Sanjaya langsung terlempar jauh akibat tangkisan dari pedang seseorang. Sanjaya langsung menoleh ke arah pria yaybg berani-beraninya menghalangi aksinya untuk membunuh Ailen.

"Apa yang kamu lakukan!" ujar Baron dengan nada deras.

"Ini bukan urusanmu!" bentak Sanjaya.

Baron mengarahkan pedangnya ke leher Sanjaya. Sanjaya menelan susah salivanya. Raut wajahnya berubah menjadi panik. Dia tidak bisa berkutik sedikitpun. Kalau dia berkutik pasti pedang yang mengarah ke lehernya itu akan memotong lehernya begitu saja tanpa basa-basi.

"Pergi atau mati!" seru Baron.

Tanpa berpikir panjang, Sanjaya langsung saja beranjak -berlari dari hadapan Baron. Dia berlari menyusuri hutan pinus, secepat mungkin lalu benar-benar menghilang dari pandangan Baron.

Baron kembali menyimpan pedangnya di sampingnya lalu menoleh ke arah seorang wanita yabg tergeletak lemah di tanah. Pria itu menghampiri Ailen. Dia merangkul gadis itu lalu membantu gadis itu berdiri tapi Ailen tudak sanggup untuk memijakkan telapak kakinya ke atas tanah, hingga dia mengerang kesakitan. "Aaaa, sakit!"

"Maaf." ucap Baron. Tanpa berpikir panjang, dua langsung saja menggendong Ailen ala bridal style.

Baron membawa Ailen keluar dari dalam hutan pinus itu menuju rumahnya. Mata Baron menatap nanar kening Ailen yang mengeluarkan darah segar.

"Kamu terluka, aku akan mengobatimu," ucap Baron sambil tersenyum.

"Maaf, aku harus ngerepotin kamu. Sebaiknya kamu membiarkanku mati saja," lirih Ailen.

"Aku tidak mau!" sanggah Baron.

"Kenapa?" tanya Ailen.

"Karena aku mencintaimu."

Deg.

----oOo----

Cahaya matahari masuk menembus kaca jendela transparan kamar Eric. Cowok itu merasakan tubuh seseorang yang sedang menggeliat di atas dada bidangnya. Perlahan-lahan Eric membuka matanya lalu mengusapnya sedikit. Dia meregangkan seluruh otot-ototnya.

Mata Eric menatap sayu gadis yang masih tertidur di atas dada bidangnya sambil memeluknya. Ailen benar-benar memeluk Eric erat seakan-akan tidak ingin melepaskan cowok itu dari pelukannya.

Eric menyelipkan rambut gadis itu ditelinga gadis itu, hingga memperlihatkan wajah cantik gadis itu. Wajah yang terlihat adem dan manis jika dipandang sepanjang hari.

Eric mendekatkan bibirnya ke arah telinga gadis itu. "Aku ingin menikahimu besok," bisik Eric lirih.

Eric mengangkat kepala Ailen lalu merubah posisi kepala gadis itu di atas bantal. Dia bangkit dari atas kasurnya lalu beranjak keluar dari dalam kamarnya. Dari belakang, Ailen terlihat membuka matanya perlahan-lahan sambil menatap Eric yang benar-benar menghilang dari kamar itu.

"Menikah? Aku takut. Aku pernah trauma dengan pernikahan. Tapi, dia mirip seperti cinta masa laluku, bukan mantan suamiku yang kejam," gumam Ailen. Tiba-tiba saja Ailen melihat sebuah buku berbentuk diary di atas nakas, di samping kasur. Buku yang berwarna kecoklatan.

Ailen bangkit lalu mengambil buku itu. Dia bersandar di headbord lalu membuka buku itu. Di dalam buku sudah terlihat sebuah pulpen. Dia mengambil pulpen itu lalu menuliskan harapannya.

Aku ingin menikah dengannya agar aku bisa menemukan cinta sejatiku. Aku belum yakin kalau dia benar-benar mencintaiku. Aku berharap dia bisa tulus mencintaiku dan menikahiku tanpa harus menyakitiku.

Ailen menghela nafas kasar lalu menyimpan buku itu di dalam laci nakas. Tiba-tiba saja kabut hitam muncul di hadapan gadis itu, hingga menunjukkan sosok seorang berjubah seperti malaikat maut. Ya, itu adalah Liam. Ailen menatap nanar Liam.

"Apakah cinta sejatiku sudah terlihat?" tanya Ailen.

"Sudah, dia benar-benar mencintaimu dan sekarang kamu hanya memiliki tugas untuk membuat dia bertemu dengan ibunya dan membuat dia agar tidak menjadi seorang psikopat. Setelah itu semua selesai, pada malam harinya kamu akan mati dan menghilang dari dunia ini oleh tangan cinta sejatimu sendiri. Dia yang akan membunuhmu. Aku berharap kamu tidak mencintainya karena itu bisa membuatnya mati hatinya mati!" tekan Liam lalu pergi begitu saja bak asap hitam, dari hadapan Ailen.

----oOo----


Ailen tidak melihat batang hidung Eric sejak tadi pagi. Gadis itu tidak tahu kemana cowok itu pergi. Dia hanya menghabiskan waktunya menonton televisi, main ponsel, dan makan di ruangan tengah.

Senja sudah terlihat di luar, hingga masuk menembus jendela transparan. Hari ini terasa membosankan, tidak ada yang bisa dikerjakan oleh Ailen kecuali duduk di atas sofa sambil rebahan beberapa kali. Hidup itu pasti dilengkapi oleh rebahan. Kaum rebahan buka suara.

Krekk...

Ailen menoleh ke arah pintu masuk dan mendapati Eric dengan seorang gadis cantik yang mengenakan dress berwarna krem. Tubuh gadis itu mirip dengan Ailen, hanya wajahnya saja yang berbeda. Siapakah  gadis itu? Apakah pacar Eric?

Gadis itu tersenyum ke arah Eric. Eric berjalan menghampiri Ailen yang tengah duduk di atas sofa. "Aku ingin menikahimu dan kamu harus mau! Kalau tidak aku tidak segan-segan mengulitimu!" ancam Eric.

Ailen menelan susah salivanya. Tubuhnya sedikit bergetar. Eric begitu mengerikan. Pandangannya teralihkan kepada seorang gadis yang tengah memegang pundaknya. Sedangkan Eric langsung melenggang ke dalam kamarnya.

"Kamu tenang saja, dia baik kok. Aku juga sudah membantu Arsen untuk mempersiapkan semuanya," ucap gadis asli Italia itu. Gadis itu bernama Carissa, dia adalah salah satu translator yang ada di Italia. Biasanya dia bekerja untuk pemandu turis.

"Arsen?" tanya Ailen heran. -Dia kan Eric.

"Iya, dia baik. Dan dia juga tampan. Aku sudah mengincarnya dari lama. Tapi, dia susah untuk didekati. Entah kenapa dia bisa mencintaimu, hingga mau menikahi orang asing sepertimu."

Carissa menghela nafas kasar lalu duduk di samping Ailen. "Aku benar-benar cemburu denganmu."

Ailen hanya terdiam sambil menatap sayu Carissa. "B-bagaimana aku bisa menikahinya?"

Carissa tersenyum. "Tenang, semuanya sudah beres. Baju, tempat, dan lain-lainnya sudah aku persiapkan dengan Arsen. Besok kamu hanya perlu tampil cantik atau mungkin aku? Ah, tidak aku hanya bercanda." Carissa terkekeh geli.

"Btw, aku akan menginap di sini untuk malam ini. Apakah kamu keberatan?" tanya Carissa.

Ailen tersenyum kecil. "Aku tidak keberatan."

----oOo----

Spam, next!

Spam, love!

See you next part!!





My Sweet PsikopatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang