Seorang psikopat berdarah dingin, kejam, dan sadis. Eric Vrans Aldergan, seorang cowok yang memiliki sisi gelap dan berjuta rahasia. Biasanya cinta dipertemukan dengan indah. Tapi, tidak dengan cowok itu.
Afra Aileen Inara, seorang gadis polos yang...
Alina menangis semakin menjadi-jadi. Matanya tidak pernah lepas dari anaknya. Penderitaan yang dialami oleh anaknya sudah cukup banyak, hingga dia rela membuat anaknya kesakitan demi melupakan masa lalu anaknya yang kelam. "Semuanya akan berakhir, sayang. Kamu akan bahagia."
Ailen menoleh ke arah Alina dengan bahagia. "Benarkah? Tapi-"
"Kenapa ini? Apakah pesawat rusak?!" seru salah satu penumpang lantang. Kebetulan sembilan puluh sembilan persen penumpang adalah orang Indonesia. Selebihnya orang Italia asli yang balik ke negara asalnya. Mungkin hanya satu atau dua orangan lebih.
"Kita, jatuh? Oh my God?!" teriak penumpang lain.
Detik itu juga, tubuh Ailen bergetar hebat. Wajah polos gadis itu berubah menjadi panik. Dia benar-benar ketakutan. Air bening jatuh dari sudut matanya begitu saja. "J-jatuh?"
Ailen menoleh ke arah Alina. "Jadi, kita akan mendarat sekarang, ma?" Ailen berubah pikiran. "Kenapa harus sekarang?"
Di sisi lain. Mesin pesawat benar-benar mati total. Pesawat mulai terbang tidak tentu arah, tanpa kemudi. Semakin lama, pesawat semkain turun dengan cepat. Pilot terlihat panik. Dia menoleh ke belakang -menatap seluruh pramugara dan pramugari.
"Cepat umumkan kepada seluruh penumpang kalau kita akan melakukan pendaratan darurat!" titah Pilot kepada pramugari.
Beberapa pramugari membuka pintu kecil di belakangnya dan meneruskan perintah dari Pilot. Pramugari itu menatap nanar ke arah penumpang yang terlihat panik. Seluruh penumpang berteriak histeris dan menangis tersedu-sedu. Alarm darurat berbunyi dan bergema di ruangan penumpang.
"Diharapkan, kepada seluruh penumpang untuk memasang sabuk pengamannya dengan erat dan mengenakan saluran oksigennya. Kita akan melakukan pendaratan darurat!" seru salah satu pramugari cantik itu bergetar.
Suara tangisan bayi terdengar bergema du ruangan itu. Teriakan-teriakan anak kecil menggema. Tangisan dan isakan saling bersahutan. Hanya ada air mata dan pasrah kepada Tuhan, apa yang akan terjadi ke depannya.
"A-apakah kita akan mendarat? Kapan kita akan sampai?" tanya Ailen polos kepada pramugari itu. Mata sendu gadis itu terlihat berkaca-kaca. Gadis yang notabenenya pendiam dan penurut itu terlihat gelisah. Dia terpisah dengan papanya yang berada di ujung ruangan.
Pramugari itu tersenyum kecil. "Penerbangan kita telah selesai. Kita akan mendarat di surga." Pramugari itu tersenyum manis sambil menangis. Air matanya luruh. "Tenanglah, kita akan baik-baik saja."
"S-surga?" ucap Ailen bergetar hebat.
Ailen menoleh ke arah Alina sayu. "Apakah aku akan bertemu Nathan, ma? Secepat, itu, kah?
Alina tersenyum sendu, air bening terus menetes di sudut matanya. "Iya, sayang. Kamu akan bertemu dengan orang yang kamu sayangi."
"Papa?" tanya Ailen. Gadis itu menoleh kebelakang, begitu juga dengan Alina. Mereka berdua mendapatkan seseorang pria tanggung tengah membentangkan senyuman tegar kepada istri dan anaknya. Pria itu benar-benar sedih harus terpisah dari Isti dan anaknya.
Ailen mencoba memeluk Alina erat. Tapi, sayang, tidak bisa. Karena seluruh penumpang telah sibuk dengan urusannya masing-masing. Alina telah memasang saluran oksigennya.
"Aku akan menemuimu, Nathan. Tunggu aku, aku akan menjemputmu di surga. Kita akan pulang bersama-sama." Ailen tersenyum kecil sebelum salah satu pramugari membantunya memasang saluran oksigen. Gadis itu mengambil kasar nafasnya dibalik saluran oksigen itu.
Seluruh pramugari membantu penumpang untuk memasang saluran oksigen sebelum pendaratan terjadi. Pesawat itu akan mengambil pendaratan darurat di laut karena tidak ada pilihan lain. Oleh karena itu, mereka semua memasang saluran oksigen.
Ailen dan seluruh penumpang menutup matanya erat. Berdoa, kalau mereka semua akan selamat. Sebelum kejadian, terlihat seluruh penumpang sangat bahagia. Canda tawa di mana-mana, hingga akhirnya berubah menjadi tangisan dan ketakutan. Semua terlihat gelap dan mengerikan. Teriakan dan tangisan menggema di mana-mana. Takdir Tuhan adalah yang terbaik.
Ujung pesawat mulai menukik cepat ke bawah, secepat anak panah yang lepas dari busurnya. Sekarang, ketinggian pesawat hanya seribu meter dari atas permukaan air laut. Selang beberapa waktu.
Duarrr!!
Hidung pesawat menukik -menghantam hebat lautan lepas. Seluruh penumpang berteriak histeris, hingga akhirnya, teriakan itu tidak terdengar lagi, seakan-akan mati detik itu juga. Ledakan besar terdengar jelas dari dasar laut.
Apa kabar penumpang yang ada di dalam pesawat itu? Kemana suara canda dan tawa? Kemana tangisan bayi? Kenapa semua terasa hampa?
Badan pesawat patah dua, beberapa tubuh manusia berceceran dimana-mana. Laut yang biru telah tercampur dengan darah segar. Beberapa manusia telah mengakhiri kehidupannya, hingga nafasnya tidak bisa lagi dihembuskan detik itu juga. Selamat tinggal dunia.
Asap mengepul dibagian mesin pesawat, hingga membuat ikan di sekitar pesawat mati. Oli pesawat mulai bocor dan berceceran di mana-mana. Pesawat yang sempat menyemburkan api, kita telah padam akibat air laut. Seluruh penumpang yang mengerang tadi telah sirna, hingga akhirnya mereka terdiam. Seakan-akan mulut mereka bungkam, tersumbat oleh genangan air laut yang asin. Mati tanpa asa.
Entah bagaimana. Apakah ini yang dinamakan dengan miracle?
Ailen, tubuhnya masih utuh. Hanya, saja, pelipisnya yang mengeluarkan darah segar. Gadis itu tersisih sendiri dari korban yang lainnya. Mungkin berjarak dua puluh meter. Titik jatuhnya berbeda, karena gadis itu mencoba untuk nekat -meloncat dari atas pesawat lewat jendela, hingga kepala dan tubuhnya menghantam kaca jendela pesawat. Sebelum pesawat itu jatuh menghantam laut lepas.
Gadis itu terbenam di dalam lautan. Matanya masih terbuka, pandangannya kabur. Kepalanya terasa sakit, begitu juga tubuhnya akibat hantaman keras saat dia meloncat ke laut. Tangan gadis itu mengalun-alun mengikuti arus laut. Mulutnya seakan-akan bungkam karena air laut yang menyumbat mulutnya.
Selamat tinggal dunia. Selamat tinggal takdir. Aku akan menemuimu, Nathan. Tunggu aku.
Perlahan-lahan matanya tertutup erar, hingga akhirnya dia tidak melakukan pergerakan, kecuali terbawa arus laut entah kemana.
____Batas Hidup____
Hai, kembali lagi bersamaku.
Bagaimana, part-nya? Kasih pendapat dong? Bagus atau tidak?
Ini baru pemeran tokoh utama wanitanya. Part selanjutnya pemeran tokoh utama cowoknya.
See you next part!
Spam, next!!
Spam kalian adalah kebahagiaan dan penyemangat bagi aku:)
Afra Aileen Inara
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.