20. Secarik Kertas

4.9K 343 18
                                    

Absen dulu!

Intinya, jangan lupa vote coment dan bagikan ke teman-temannya.

-Happy Reading-

***


Flashback on.

Baron berlari dari kejaran para bawahannya. Akhir-akhir ini, dia merasa terasingkan dalam pemerintahannya. Dia benar-benar tidak menyangka kalau salah satu tangan kanannya mengkhianatinya. Pria itu berlari-larian di hutan pinus, menghindari kejaran beberapa prajurit di belakangnya.

Bruk!

Baron terjatuh lalu tersungkur. Pria itu terkepung oleh beberapa prajurit yang mengkhianatinya. Pria itu mengeluarkan pedangnya yang ada di samping badannya lalu menancapkannya ke tanah. Dia mendongak, menatap beberapa para prajurit itu. "Kalian telah mengkhianatiku!"

"Ck, kami tidak peduli! Kami akan menangkap kamu dan memasukkan kamu ke dalam penjara bawah tanah, agar kamu membusuk di sana, selamanya!" ujar salah satu prajurit.

Baron bangkit lalu menarik pedangnya dan mengarahkannya kepada prajurit-prajurit itu. Mereka semua saling bertengkar satu sama lain. Baron yang tidak mau kalah, terus berusaha untuk melindungi dirinya, hingga bahunya tidak sengaja terluka akibat goresan salah satu pedang prajurit itu.

Plak!

Salah satu prajurit itu menendang pedang Baron saat Baron mengarahkan pedangnya ke arah prajurit itu, hingga pedang pria itu melenting jauh dan tertancap di tanah. Pria itu menghela nafasnya kasar beberapa kali sambil memegang bahunya yang mengeluarkan darah segar. Beberapa prajurit itu telah tumbang, alias pingsan, hanya tersisa empat prajurit lagi. Sedangkan, kondisi Baron terlihat lemah saat ini.

Salah satu prajurit itu menusukkan pedangnya ke arah Baron, detik itu juga!

Prang!

Seorang gadis yang mengenakan baju serba putih itu melempar pedang prajurit itu dengan pedangnya. Ailen langsung mengarahkan pedangnya ke arah keempat prajurit itu. Dia menghabisi satu persatu prajurit itu, tanpa rasa bersalah. Gadis itu menyimpan pedangnya disampingnya.

Baron menoleh ke arah Ailen. "Kenapa kamu membunuh mereka? Mereka semua tidak bersalah. Kamu tidak seharusnya membunuh mereka. Kamu telah membuat dosa besar!"

Ailen menoleh ke arah Baron lalu berjalan menghampiri pria itu. "Mereka telah menyakitimu. Aku hanya ingin menolongmu. Apakah kamu baik-baik saja?"

Baron tersenyum kecil. "Aku baik-baik saja. Tapi, aku tidak suka caramu. Aku tidak suka melihat seseorang menjadi pembunuh."

Ailen tertunduk sendu. "Maaf, aku hanya ingin menolongmu. Aku takut kalau mereka membunuhmu."

Baron memeluk Ailen erat. "Aku tidak akan pergi. Kamu jangan takut."

Baron melepaskan pelukannya. Dia menatap Ailen dalam. "Aku harus merebut kekuasaanku kembali dari tangan Panglima Dan."

Ayah? Batin Ailen.

"Apakah kamu mau membantuku?" tanya Baron kepada Ailen.

Ailen terlihat berpikir sejenak. Walaupun, dia membenci ayahnya. Tapi, dia juga tidak ingin ayahnya kenapa-kenapa. Rasa sakit dan penderitaan yang Dan berikan kepada Ailen benar-benar membuat gadis itu kehilangan pribadinya. Meskipun demikian, Dan tetap Ayah Ailen dan Ailen menyayanginya. 

"Aku akan membantumu." Ailen tersenyum kecil.

Flashback off.

____Batas Hidup____

Pagi hari, Ailen keluar dari dalam apartemennya. Wanita itu mengambil kantong plastik yang di dalamnya ada beberapa botol susu yang tergeletak di depan pintu apartemennya. Ya, setiap hari, selalu ada pengantar susu yang berkeliling setiap pagi di daerah itu. Ailen membalikkan badannya. Saat wanita membuka kantong plastik itu. Dia mendapati secarik kertas kecil.

Ailen mengambil kertas itu. Dia menatap nanar kertas itu. Sontak, matanya mendelik saat membaca surat itu. Dia benar-benar terkejut dan ketakutan.

'Aku akan membunuhmu!'

Ailen langsung meremas kertas itu, hingga tidak berbentuk. Dia membuang kertas itu ke sembarang arah. Dengan mendadak, seorang malaikat maut berdiri di belakang Ailen.

Ailen yang menyadari itu langsung membalikkan badannya. Dia menatap nanar malaikat maut itu. Raut wajahnya terlihat heran, kenapa Malaikat maut itu mendadak datang?

"Kamu harus bisa menyelamatkan Eric. Seseorang tengah mengincarnya. Waktumu juga semakin berkurang. Aku mendapatkan perintah, kalau waktumu hanya tinggal sepuluh hari lagi. Kamu harus bisa menyelesaikan semuanya, sebelum kamu benar-benar pergi," ucap Liam.

"Tapi, dia sangat mencintaiku. Aku benar-benar tidak ingin meninggalkannya. Apakah ada cara agar aku bisa selalu bersamanya?" tanya Ailen sendu.

"Tidak ada. Kamu harus memilih bertahan dengan dosa atau mati. Aku berharap kamu tidak jatuh cinta dengannya, karena itu membuatmu semakin menderita. Cukup, dia yang mencintaimu dengan tulus dan sekarang kamu telah mendapatkan itu. Sebagai balasannya, kamu harus bisa menyelamatkannya dari maut. Atau kamu ingin melihatnya mati," jelas Liam.

"Oke, baiklah," lirih Ailen sendu.

"Siapa sayang?" tanya seseorang dari belakang Ailen, detik itu juga Liam langsung menghilang dari hadapan Ailen.

Ailen membalikkan badannya lau menatap ke arah Eric. Raut wajahnya terlihat panik. "Tidak, tidak ada apa-apa. Hanya orang pengantar susu."

"Serius? Apakah ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku?" tanya Eric heran dengan tingkah Ailen.

"Tidak ada. Ayo masuk! Aku akan menyiapkan sarapan untukmu."

____Batas Hidup____

Kembali lagi, nih. Maafkan author yang jarang update cerita ini:)

Jangan lupa vote coment dan bagikan ke teman-temannya dan sosmednya.

See you next part!

Spam next!!



Selasa, 20 April 2021




My Sweet PsikopatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang