14. Jeritan!

8.4K 515 8
                                        

Jangan jadi sider, ya!

Jangan lupa vote coment dan bagikan ke teman-temannya.

Siapkan mental kalian buat baca part ini. Bagi yg phobia dengan darah atau sejenisnya mendingan nggk usah baca part ini!

-happy reading-

***

Eric yang tengah berbaring di atas kasurnya, hanya mengenakan celana pendek berwarna krem dan kaos berwarna hitam. Cowok itu belum tidur. Dia tengah menatap layar ponselnya sambil tersenyum. Cowok itu tengah menatap foto Ailen yang kemarin malam berbaring di sampingnya.

Krekk...

Eric langsung menoleh ke arah pintu kamarnya saat mendengar pintu kamarnya terbuka. Dia mendapati seorang gadis yang berpakaian piyama sexy. Cowok itu mengira kalau itu adalah Ailen. Tapi, ternyata Carissa. Ngapain gadis itu ke dalam kamar Eric tengah malam begini? Apa yang akan dia lakukan?

Eric tahu maksud kedatangan gadis itu. Carissa menghampiri Eric yang tengah berbaring di atas kasur. Dia naik perlahan-lahan merangkak menghampiri Eric. Gadis itu melingkarkan tangannya di leher Eric. Sesekali dia mengelus hangat pipi cowok itu. Eric hanya terdiam sejenak.

"Apakah kamu mau bersenang-senang malam ini denganku, sayang?" ucap Carissa dengan sensualnya. Manis.

Eric tersenyum kecil. Dia bangkit dari atas kasur -mencoba untuk beranjak. Tapi, tangannya dicekal oleh Carissa. Eric menoleh ke belakang. Dia mendapati tatapan sensual gadis itu. Gadis itu benar-benar nekat dan bergairah. Dia tidak tahu sedang berurusan dengan siapa.

"Mau kemana sayang? Ayolah, buat aku menjerit-jerit malam ini. Aku ingin kamu melakukannya," ucap Carissa bergairah.

"Aku mau mengambil sesuatu dulu di dalam laci nakas," ucap Eric datar.

Carissa tersenyum. "Aku paham, aku tahu kamu mau mengambil apa. Apakah itu pengaman?"

Eric hanya tersenyum dingin tanpa menjawab pertanyaan Carissa lalu beranjak dari atas kasur. Dia berjalan ke arah nakas yang berada di samping lemari. Dia membuka laci nakas, terlihat banyak sekali koleksi mainan cowok itu. Dia mengambil salah satunya. Tentu saja yang paling tajam dan sangat mematikan. Mungkin sekali entakkan membuat jeritan yang begitu nikmat.

Eric menaikkan sudut bibirnya sambil menatap nanar pisau tajam yang ada di hadapannya. Dia membalikkan badannya lalu menyembunyikan pisau tajam itu di belakang tubuhnya. Dia berjalan mendekati kasur king size-nya sambil tersenyum manis.

"Senyummu sangat manis. Aku tambah suka. Aku ingin merasakan bibirmu yang manis itu," ujar Carissa manja -mencoba untuk menggoda Eric.

Eric naik ke atas kasur, tanpa berpikir panjang Carissa langsung mengalungkan tangannya di leher Eric lalu bersikap sangat manja.

"Arsen?" ucap Carissa bergairah. Yang Carissa tahu Eric itu adalah Arsen. Eric selalu menyembunyikan identitasnya, hanya orang-orang tertentu yang tahu.

"Hm?"

"Apakah kamu mau menikahiku? Biarpun aku menjadi yang kedua aku juga mau," lirih Carissa dengan tatapan sensualnya.

"Apakah kamu serius? Tapi, ada syaratnya," balas Eric datar.

"Apa itu?"

"Izinkan aku membuatmu menjerit begitu nikmat, hingga kamu benar-benar terhanyut dalam permainanku. Apakah kamu sanggup?" tanya Eric.

"Apa yang tidak untukmu, sayang. Aku janji tidak akan memberitahu calon istrimu, Ailen. Kita akan menikah diam-diam setelah kamu menikahi Ailen," jawab Carissa sambil mengelus pipi Eric mesra.

My Sweet PsikopatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang