Happy ReadingSiang hari setelah adzan zuhur, Mira baru saja pulang main layangan dan sepeda bersama sahabatnya, Ara, sepulang sekolah. Mereka masih memakai seragam putih biru. Ia mendapati rumah besar di sebelah rumahnya ada yang menempati. Sebuah truk besar terparkir di depan rumah bercat putih dan beberapa orang sibuk mengeluarkan barang - barang.
"Ada tetangga baru, Mir?" tanya Ara, matanya mengintip ke arah dalam rumah besar itu.
"Keknya gitu. Semoga aja kaga reseh orangnya," tukas Mira, ikutan melongok ke dalam. Hanya orang tua yang menyuruh - nyuruh para pekerja membawa barang.
"Yah, basecamp kita ilang dah. Kaga bisa ngumpet lagi di sana, Mir," keluh Ara, menyandar di tembok.
"Berarti reseh ya tuh orang. Ngerebut basecamp kita," tutur Mira yang mendapat toyoran Ara.
"Mari Opung, kita rebut kembali!" seru Ara bersemangat.
"Palalu mledug! Itu kan rumah mereka!" Mira balas menoyor. Tak terima.
"Ah, gampang atuh caranya," Ara mendapatkan ide. Menjetikkan jarinya.
"Kumaha, Araso?" tanya Mira.
"Kan tetangga lu, jadiin aja temen. Tar kita bisa main di rumahnya." Ara antusias.
"Kalo cowok mah gue ogah nemenin, Ra!" Mira menggeleng.
"Ya semoga aja ganteng, Mir! Bisa kita pacarin!" Ara menggosok - gosok tangannya. Harap - harap cemas.
"Kalo jelek?" tanya Mira lagi.
"Lo tampol aja mukanya!" Ara ngakak.
"Bodi sheming lu, Ra. Kaga boleh."
"Dah lah, gue balik dulu, Mir." Ara pamit. Menepuk bahu Mira.
"Sholat dulu lah di rumah gue," ajak Mira sebagai sahabat yang baik.
"Ya udah, lo apa gue yang jadi imam?" Ara membuat opsi. Mereka selalu begini dan mengakhiri perdebatan dengan suit. Ara menang.
"Ah, reseh..." Mira kesal sekali. Rayuan Ara pasti keluar.
"Udah gue bilang, gue pantes jadi imam rumah tangga buat lo, Mir! Hahaha..."
"Ora sudi!"
°°°
"Papa sama Mama mau ke mana?" tanya Mira saat dia asyik sedang menonton yutub di ruang tamu. Ia meletakkan ponselnya, sedang mengajak orang tuanya berbicara.
"Tetangga baru kita ngajakin mabar, Mir. Sekalian silaturahmi, kenalan. Kamu ikut yah?" ajak Papanya mengusap rambut Mira.
"Mabar? Baru kenal ngajak mabar?"
"Makan bareng, Mir!" sergah Mama Aya menggelengkan kepala. "Game terus isi otak kamu!"
"Ah elah, kirain maen game bareng." Mata Mira me-roll dan berdecak.
"Kamu ini ada - aja..." timpal Mama Aya.
"Sana ganti baju. Papa tunggu," perintah Papanya.
Lima belas menit kemudian Mira dan kedua orang tuanya mendatangi rumah tetangga sebelah. Rumahnya hampir sama bentuknya seperti rumah di cluster itu. Di sana sudah ramai beberapa tetangga lain yang diundang acara syukuran menempati rumah baru di hari pertama mereka pindah. Ada sebuah meja besar di mana terhidang makanan siap santap untuk para tamu.
Kedua orang tua Mira langsung berbaur dengan para orang dewasa lain di sana. Saling berbincang. Jarang - jarang mereka bertemu dalam suatu kesempatan seperti ini. Mira kebingungan mencari teman bicara. Kebanyakan anak yang tinggal di sini bocah kecil atau anak SMA yang usianya berbeda jauh dari Mira.
KAMU SEDANG MEMBACA
MirasanChika [ChiMi] [END]
Hayran KurguDengan mata coklatku ini, apakah kamu akan berpaling dariku? Hai namaku Ica si meresahkan. Cerita tentang Chika, Mira, Vivi, Ara semasa SMP.