3

9.6K 754 27
                                    

Kia memandangi Dion yang tengah memakan sarapan dengan nikmat. Sesekali pria itu meliriknya dan kemudian menunduk lagi takut - takut.. pria itu kenapa sih?

Kia memutar bola matanya saat sekali lagi Dion meliriknya.

"Lo kenapa? Liat liat mulu perasaan" Dion menggeleng kuat lalu memakan lagi sarapannya. Kia yang sarapannya sudah habis lantas berdiri dan menyerahkan masing - masing satu amplop kearah dua orang mantan pelayan rumahnya yang tengah menarik koper. Ya kia memberhentikan mereka, karena mulai saat ini dia tak memerlukan pelayan lagi.

"Terimakasih non" Kia mengangguk, wanita itu lantas memeluk mereka secara bergantian.

"Mobil sudah didepan ya mbak, sesekali kalau luang saya mampir ke kampung mbak" mereka kompak mengangguk dan lantas tak berapa lama kemudian menghilang dibalik pintu rumah.

Kia menyadari Dion diam - diam meliriknya lagi, Kia tersenyum kecil.

"Sekarang rumah Lo yang urus" ucap kia enteng, ia kembali duduk namun kali ini di sebelah Dion, Dion mengangguk kecil bahkan tak sedikitpun pria itu mendongakkan kepalanya.

Kia mengangguk senang wanita itu lantas mengacak rambut Dion.

"Bagus, sekarang hanya gue dan Lo di rumah ini, jangan berani macem - macem apalagi sampe bawa cewek kesini, Lo calon suami gue, ngerti?" Dion masih terdiam dan bahkan kini bergetar takut mendengar Kia yang berucap dengan dingin.

"Ngerti gak, hah? Jawab dong kalau ditanya!" Bentak Kia. Dion dengan cepat mengangguk, pria itu mulai menangis dan tubuhnya bergetar.

Kia juga sebenarnya tau kalau melihat dari kondisi Dion yang seperti terganggu mental dan ingatannya, pria itu tak akan membawa cewek ke rumahnya.

"D-dion n-ngerti.."

"Bagus, bersihin itu" Ucap Kia lagi lantas ia berdiri dan melangkah menuju ruang tamu.

Dion menghapus air matanya dan membawa semua piring beserta gelas kotor ke dapur, pria itu langsung membersihkan nya dengan hati - hati, Dion benar - benar takut jika kia akan marah lagi padanya.

Setelah selesai mencuci piring, Kia lagi - lagi memanggilnya. Dion menghapus lagi jejak sisa airmatanya dan berlari kecil menghampiri kia yang berada di dalam kamar. Pria itu dari pagi sama sekali belum mandi, bahkan baju yang ia gunakan saja masih baju yang sama yaitu baju pemberian kia kemarin.

"I-iya Dion d-datang.."

"Masuk sini, jauh amat Lo" Kia terlihat kembali kesal, Dion langsung mendekat kearah kia, kepalanya ia tundukkan dan Dion menggigit bibir nya resah.

"Angkat wajah Lo" Dion menggeleng kecil

"Gue bilang angkat!" Airmata mengucur lagi, Dion mengangkat wajahnya. Kia tersenyum..

"Nangis mulu, nangis terus dong biar Lo ngerasain juga gue dulu gimana" tangan wanita itu terulur menyentuh kulit wajah Dion, wajahnya cukup mulus dan putih, bahkan Dion jauh lebih mulus dari yang dulu.

"Lo ditinggal ya sama cewek itu? Cantikan mana gue atau dia?" Dion tak lupa bagaimana sosok wajah istri nya dulu. Tanpa ragu Dion membalas pertanyaan Kia dengan tersedat - sedat karena Dion masih menahan isakannya.

"K-kia.." mendengar ucapan Dion membuat kia terkekeh.

"Iyakah?" Dion mengangguk. Kia menampar wajah Dion hingga pria itu terhuyung ke belakang, Dion memegangi pipi nya dan isakan kesakitan mulai terdengar. Kia tertawa puas.

"H-hiks.. s-sakit Kia.."

"Lo udah gue beli, ngerti? Gue bebas memperlakukan lo!" Kia menarik lagi dirinya, tangan wanita itu membelai kulit wajah mulus Dion dan mengusap bagian pipi nya yang berwarna merah karena tamparannya.

Dion's My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang