10

6.5K 571 31
                                    

Kedua matanya yang terlihat masih bengkak perlahan terbuka, Dion mengedarkan pandangannya ke segala arah. Tatapan nya lantas terjatuh pada dirinya sendiri yang saat ini tengah terbaring diatas ranjang dengan selimut tebal yang membungkus tubuh nya.

Rasa sakit di kepala nya masih ada, namun tak separah yang ia rasakan sebelum nya. Apa yang terjadi? Dan.. bagaimana ia bisa terbaring di sini?Dion terlihat terkejut, ia sangat ingin turun dari ranjang itu di saat sudut matanya juga menangkap sesuatu yang sangat sangat mengejutkan. Di sebelah nya, gadis itu... Kia terlelap menghadap kearah nya. Terlihat sangat damai.. Dion yang awalnya ketakutan perlahan merileks. Tubuhnya terbaring dengan kaku, ia takut bergerak barang sedikit karena tak ingin jika kia sampai terbangun karena nya.

Tidur Kia sesekali terusik, tentu saja.. saat ini lampu di dalam kamar menyala, tidak seperti biasanya. Padahal gadis itu sangat tak suka jika lampu di hidupkan, namun entah kenapa hari ini ia membiarkan lampu nya menyala.. sedangkan Dion, ia malah terbiasa dengan lampu yang dinyalakan. Dion takut gelap.

Dengan kepala yang dimiringkan, kini pria itu dapat melihat dengan jelas bagaimana sosok Kia di depan nya ini. Cantik sekali... Apa Dion boleh memeluk nya? Dion sangat ingin.. namun ia menekan keras keinginan nya itu, Kia pasti marah jika gadis itu tau, Dion tak bisa walau sangat ingin.

"Kia cantik sekali.. Dion ingin melihat senyum Kia seperti di dalam foto itu.." lirih nya dengan suara yang amat kecil, Kia tentu tak dapat mendengar nya, gadis itu tengah asik dengan dunia mimpi nya.

"Maaf Kia, lagi lagi Dion nyusahin Kia." Bibirnya melengkung turun, tak ada siapa siapa lagi selain mereka berdua di rumah ini, apa kia mengangkat nya kesini sendirian? Tentu saja, siapa lagi kalau bukan dia.

Walaupun merasa bersalah, di dalam hatinya Dion merasa sangat senang, entah debaran apa yang kini tengah ribut di dalam sana, rasanya jantungnya seolah-olah ingin melompat keluar.

Dion kembali berpaling dan menatap kearah jam dinding. Jarum jam menunjuk pada pukul 5 pagi, Dion mengucek ucek matanya sebentar.

Ternyata sudah pagi, walaupun hanya tidur sekitar 5 jam dan matanya sedikit berat. Dion pada akhirnya harus bangun, ia harus memasak untuk Kia, sarapan harus siap saat pukul 7 pagi tepat disaat jam biasanya Kia terbangun. Dion bahkan secara otomatis hafal dengan kebiasaan Kia.

Kadang dalam mengerjakan pekerjaan rumah Dion masih kesulitan, dia bahkan beberapa kali memecahkan piring secara tak sengaja sehingga berakhir membuat luka pada kulit nya. Untung saja kia tak terlalu mengetahui hal itu karena sangat jarang berada di rumah, entah apa yang akan terjadi pada Dion jika kia sampai tahu kalau pria itu sering memecahkan barang mahal termasuk piring di rumah nya.

Dion bergerak membuka selimut dengan gerakan yang sepelan mungkin, saat sudah berhasil berdiri tegap di samping ranjang, Dion lantas membungkuk sedikit dan menarik selimut itu.. bermaksud membenahi letak nya.

Namun secara tiba tiba sebuah tangan menarik lengan Dion hingga membuat pria itu terjatuh kembali kearah ranjang, tapi untung saja lengan nya dengan refleks langsung menahan berat tubuh nya sendiri agar tak menimpa tubuh Kia yang terkungkung di bawahnya.

Gadis itu.. Kia menarik nya! Dion seketika memucat saat menyadari kalau gadis itu sudah terbangun, walaupun kelopak matanya belum terbuka sama sekali.

"K-kia.. Dion tak bermaksud membangunkan k--"

"Sssttt... Berisik." Kesal nya, Dion langsung terbungkam. Dari jarak sedekat ini, Dion dapat mencium bau yang membuatnya merasa sangat tak nyaman. Kemarin malam gadis itu meminum berbotol botol alkohol, dalam keadaan setengah mabuk, Kia benar benar khawatir saat melihat Dion yang terjatuh di sofa dan berakhir ikut serta membopong Dion dengan kesulitan karena ia sendiri berjalan dengan sempoyongan. Tapi untung saja, mereka berdua tak jatuh terguling saat menaiki tangga lantai dua.

Dion tak berani berkutik saat tangan gadis itu kini merambat dan berlalu menarik pinggang nya. Kedua mata Dion mengerjap lucu, wajahnya bersemu merah saat kini tubuh nya dalam keadaan dipeluk sepenuh nya.

Rasanya hangat.. Dion merasa jantungnya berpacu lebih cepat dan dia malah menjadi takut.

"J-jantung Dion mau keluar.." gumam nya dengan nada yang bergetar, matanya kini sudah berkaca kaca. Dion benar benar takut kalau jantungnya sampai melompat keluar, karena detaknya cepat sekali!

Mendengar kata yang pria itu gumam kan, secara perlahan kedua mata Kia terbuka. Dion belum menyadari hal itu karena tengah sibuk menahan tangisan ketakutan nya.

Tanpa berniat bersuara sedikitpun, Kia melonggarkan bekapan nya dan secara otomatis membuat Dion menarik tubuhnya dan memberikan sedikit jarak ditengah tengah mereka. Kedua Indra penglihatan gadis itu kini tengah sibuk memandangi sosok di atas nya.

Tangan nya kini beralih terangkat kembali dan mengusap pipi tirus Dion, pria itu langsung menegang dan membatu. Pupil nya bergetar sesekali saat melirik ke arah Kia.

"Saat amnesia pun Lo tetap gak suka gue ya. Apa gue sejelek itu sampai Lo gamau banget natap gue?" Dion masih terdiam kaku, Kia menghela nafas kasar lalu mendorong tubuh Dion.

Dion langsung berdiri kembali di samping ranjang dengan kepala yang menunduk.

"Kia.. maafin Dion." Ujarnya, Kia mengibas-ngibaskan  tangan nya.

"Percuma juga hah. Yaudah, Lo masak sana." Ucapnya dengan nada yang mengusir. Dion mengangguk patuh, sebelum keluar dari kamar itu, Dion sempat melihat kembali kearah Kia yang saat itu sudah berganti posisi menjadi memunggungi nya. Entah kenapa debaran di dada nya berubah menjadi rasa yang sangat tidak enak.

Pupil matanya bergetar dan menatap kearah Kia dengan sedih, sampai akhirnya Dion berjalan keluar dan menutup pintu bercat putih itu dengan rapat.

Pria itu melangkah menuruni tangga dengan pelan, takut takut kalau ia sampai salah menginjak anak tangga.

Apa yang harus ia masak untuk hari ini? Dion seringkali merasa sedih saat mengingat bagaimana kia pernah menatap hasil masakannya dengan tatapan yang jijik.

Itu adalah pertama kalinya Kia memakan masakan nya, setelah hari itu.. Kia lebih banyak memakan makanan di luar. Namun Dion tetap memasak walaupun Kia kadang tak memakan masakan yang ia buat.

Sebenarnya, makanan yang Dion buat rasanya tidak terlalu buruk, justru bisa dikatakan enak. Entah bagaimana Dion bisa menguasai keahlian memasak, yah walaupun tidak seahli itu. Setidaknya, ia bisa memasak.

"Apa hari ini kia mau memakan masakan Dion?" Pria itu menunduk menatap kearah sebilah pisau tajam yang ia genggam di tangan kanan nya.

To be continued


Makan sirsak ditambah manggis,
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya manis.

Eakk bisa aja pantun nya 🤣

Dion's My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang