9

5.6K 544 36
                                    

Tubuh Dion menegang kaku saat jemari Kia kini sudah menelusup masuk ke dalam kaos oversize nya dan mengusap perut nya dengan lembut. Pria itu ingin menggeliat namun untuk bergerak sedikit saja ia sudah sangat takut.

"Tau gak.." Kia menggantung Kalimatnya, kini gadis itu berangsur semakin mendekatkan dirinya dengan Dion. Tubuh Dion bergetar saat mendapatkan respon dari helaan nafas hangat yang menerpa kulit nya.

".. Kita bakal nikah, gak lama lagi." Jemari Kia kini merambat keluar dari kaos oversize itu dan berpindah naik ke leher Dion.

"D-dion.." ucapan Dion tersedat saat tangan Kia kini sudah mengelus pelan leher nya.

"Kenapa Lo gak jawab pertanyaan gue, hah? Gue tanya.. Lo beneran amnesia?" Dion menutup matanya, leher nya kini sudah di cekik oleh tangan Kia, mulut pria itu terbuka dan berusaha sekuat mungkin untuk mengambil nafas. Air mata mengalir dari pelupuk mata pria itu.

"A.. yon.. enn... Haahh.. hah.." Dion menangis, tangan nya kini beralih memegang leher nya sendiri saat tangan Kia sudah terlepas.

"Hiks.. hiks.. sa-sakit.. huhuhuhu.." Kia berdecih.

"Lo lupa ya? Biar gue ingetin.. sini.." Kia menarik paksa tangan Dion, pria itu mencoba menolak. Tangisan masih terdengar namun Kia sama sekali tak menghiraukan tangisan pria itu.

"Hiks.. hiks.. ampun Kia.. j-jangan pukul Dion.. huhu.." Namun, tangisan Dion kian memilu saat Kia tanpa sadar mencengkram pergelangan tangan Dion dengan kuat.

"Hiks.. hiks.. maafkan Dion.. maafkan Dion, Kia.. hiks.. hiks.." Cengkraman Kia semakin mengendur, gadis itu kemudian menarik tangannya dan langsung berjalan agak menjauh.

Ia berdiri membelakangi Dion dengan tangan yang kini memegangi kepalanya sendiri.

"Kenapa? Kenapa Lo amnesia? Setelah perbuatan jahat Lo ke gue, kenapa Lo gak ingat sama sekali?!! Kenapa hah?!!" Tiba tiba Kia berbalik dan mencengkram pundak pria itu dan mengguncang nya dengan keras.

"Kenapa? Gue tanya kenapa?!" Dion terisak, pria itu menatap takut kearah Kia yang kini sudah memerah dan berkaca kaca. Hatinya berdenyut sakit.. Dion tak mengerti dengan apa yang terjadi dan apa yang kini terlihat ditahan oleh Kia. Ia hanya mencoba menahan isakan nya walau sangat sulit.

"Lo bahkan pergi tanpa maaf waktu itu, kenapa Lo gak ingat semua nya sementara gue harus menderita setiap kali lihat tampang Lo.." Kia menatap dalam ke arah iris Dion yang indah. Berbinar redup karena kini mata indah itu meneteskan air mata yang cukup banyak.

Kia tersenyum getir. Ia sudah terlanjur membeli pria ini, ia ingin membalas dendam pada awalnya kepada pria itu, tapi kenapa? Kenapa Dion malah benar benar amnesia?

Kia mengangkat wajahnya, ia menatap lurus ke arah Dion yang tengah menundukkan kepalanya. Kia menatap pria itu dengan datar.

Kia menghempaskan pria itu hingga Dion terhuyung, ia berjalan menjauh tanpa berkata kata lagi.

Tubuh Dion merosot ke arah lantai, tangan nya tergerak menutup wajahnya yang kini dibanjiri air mata.

***

Jam menunjukkan pukul 23.15 malam, Dion menatap kearah sebuah kertas yang tak sengaja ia temukan di laci kamar mandi beberapa waktu lalu.

Tangan Dion mengusap pelan kearah wajah yang amat dikenali nya.

"Kenapa ada Dion di sini?" Ucapnya tersedat karena tangisan nya sore tadi sebenarnya berlanjut sampai beberapa jam yang lalu. Dion mengusap sosok Kia yang terlihat tersenyum lebar di foto itu, lengan Kia terlihat melingkar di pinggang nya dengan cara yang agak aneh.

Dion tentu tak mengingat kapan hal ini. Menurut Dion ia baru bertemu beberapa Minggu yang lalu, tapi entah kenapa Dion merasa sudah mengenali Kia saat awal mereka bertemu. Dion tak dapat marah atau kesal sedikitpun saat Kia memarahi, mencemooh, maupun bermain tangan dengan nya.

Dion hanya merasa dadanya sakit, hatinya seperti teriris, namun Dion tak mengerti. Pria itu sangat takut dengan marahnya Kia.

"Dion mau pulang.. Dion mau sama ibu aja.." Dion mengusap air mata nya yang meleleh.

"Kenapa kia tidak pernah senyum ke Dion seperti di dalam sini?" Dion menatap ke dalam foto itu dengan berkaca kaca, walaupun tak mengingat kapan foto itu diambil namun melihat sosok yang sangat mirip dengan dirinya itu, Dion merasa ada sesuatu yang hilang. Tapi, apa?

Dion melihat kearah pintu besar yang terletak jauh darinya. Kia keluar dari rumah sejak sore tadi, hari pun sudah sangat larut, kemana ia pergi?

Dion mengangkat tangan nya dan menatap kearah pergelangan tangan nya yang masih sedikit menampakkan warna biru keunguan.

"Arghh!!"

Dion meringis, kertas foto itu terlepas dari tangannya. Tangan Dion kini beralih memegangi kepalanya yang berdenyut sakit.

"S-sakit.... Hiks.. hiks.." kedua mata pria itu terpejam kuat, Dion memukul mukul kepala nya yang terasa amat sakit.

Sekelebat memori bak di filter mozaik pun kini terlintas.

"Nak, kapan kamu memperkenalkan pacarmu pada kami?"

"Dion, Dion.. kalau kita nikah nanti, aku mau punya banyak bayi bayi yang lucu.."

"Hahaha.. menikah apa? Masi kecil tau, tunggu gede nanti, kita akan menikah."

"Sayang Dion.."
____

"Jadi, kapan kamu nikahi aku?"

"Brengs*k! Dasar munafik Lo!"

"Sayang, lihat anak kita. Dia sangat tampan.."

"Hikss! Jahat! Jangan bawa dia pergi dariku, hiks.. hiks.."

Tangan Dion melemas, semuanya nampak berputar dengan rasa sakit yang tak kunjung reda. Dion menangis semakin menjadi karena rasa sakit itu.

"S-sakit.. Dion sakit s-sekali.." kesadaran nya kian menipis hingga akhirnya tubuh pria itu kini jatuh terbaring dengan lemas diatas sofa.

Yang ia ingat terkahir kali, pintu besar di depan nya itu terbuka dan dengan samar ia melihat seseorang yang masuk dan berlari kecil menghampiri nya.

To be continued

Haii manteman, akhirnya red up hihi.

Kira² ada yang nungguin ga ya?

Maaf karena keterlambatan update nya ya, sekarang red udah update nih
(~ ̄³ ̄)~

Pastinya pada semangat buat tinggalkan jejak juga dong ya? Jangan lupa untuk tinggalkan jejak nya biar red makin semangatttt buat update.

Yang belum follow red jangan lupa untuk di follow juga ya. 😊

See you in the next chapt,

Ms.red 💋

Dion's My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang