29.

3K 252 21
                                    

Setelah sedikit beradu dengan pikirannya, Kia akhirnya memutuskan untuk mengetuk pintu.

"Dion, lo okey?" Kia tak mendapatkan jawaban apapun dari dalam sana. Yang ia dengar hanyalah tangisan yang terdengar mengganggu.

Kia tak tahu alasannya, namun ia merasa tak nyaman ketika mendengar Dion menangis seperti saat ini. Ah, ia benci situasi ini.

"Dion, gue masuk aja ya?" Ujar nya lagi. Setelah menunggu dan tak mendapatkan jawaban apapun, Kia akhirnya menekan gagang pintu yang sedari tadi ingin ia dobrak saja.

Tepat ketika Kia masuk, kedua matanya seketika terbelak saat melihat kondisi Dion yang meringkuk memeluk lututnya sendiri tanpa sehelai benang pun.

"Hei, lo kenapa?" Kia melangkah dengan langkah yang agak ragu. Entahlah, ia rasa sekarang bukan waktu yang tepat untuk membuat Dion merasa tersiksa lagi. Lagipula, dalam pikirannya tak pernah terbesit ia ingin menyakiti pria lemah itu lagi.

"K-kia... hiks.. hiks.."

Kia menengang! Bagaimana tidak? bukannya jawaban, Dion kini malah merangkak dan segera memeluk kakinya dengan erat. Pria itu terisak dalam keadaan telanjang! Shit! Apa ini? Ia melihat semuanya.

Ingat, dulu ia memang pernah memaksa masuk dan melihat Dion sedang telanjang, ia bahkan mencoba memperkosa pria itu dan menggodanya, tapi itu dari belakang! D-dan sekarang...

"Kia.. hiks.. hiks.. aku menyesal. Aku benar-benar menyesal karena pernah berkhianat padamu. A-aku bajingan! Aku bajingan gila! Hiks.. aku tau itu, tapi aku sungguh mencintaimu, maafkan aku.. aku mohon." Ujar Dion seraya mendongak.

Kia dapat melihat dengan jelas kedua mata, hidung, dan pipi tirus pria itu yang memerah karena menangis. Kia tentu saja keheranan karena ia bahkan tak membahas masalah itu lagi.

"Hei ada apa sebenarnya? Gue gaada ungkit soal ini lagi. Lo kenap-"

"Kamu boleh menyiksaku, kamu boleh melukai tubuhku seburuk apapun yang kamu mau, tapi aku mohon... jangan abaikan aku lagi.. hiks.. hiks... aku memohon satu hal itu saja padamu, Kia." Kia terenyuh. Dion terlihat sangat putus asa dan entah kenapa Kia merasa terluka melihat raut ketidak berdayaan itu.

Kia akhirnya menghela nafas kecil sebelum akhirnya berjongkok dan tentu saja tak melihat sedikitpun lagi area bawah pria itu. Kali ini, Kia benar-benar menghormati keinginan Dion dulu. Ia tak ingin melecehkan suaminya ini. Ia kalah dari pria ini.

"Apa lagi yang lo mau? Gue bisa menanggung biaya pendidikan anak lo sama wanita itu, Dion. Gue juga gak pernah bahas masalah ini lagi, gue bebasin lo keluar rumah, gue juga ga pernah nuntut lo lagi, apalagi mencoba buat perkosa lo lagi. Jadi, bagian mana maksud lo?" Ujar Kia dengan frustasi. Ia menghela nafas panjang, keputusan gila nya untuk balas dendam dulu ternyata berbalik menyusahkan hati dan pikirannya lagi.

Kia menutup wajahnya dengan gerakan yang sedikit kasar. Ia lelah dengan semua ini. Pernikahan mereka baru seumur jagung tapi disaat ia mulai melunak, Dion lah yang terkesan menyusahkan hatinya lagi.

Kenapa?! Kenapa harus pria ini yang masih bersemayan di bagian hatinya? Kia sudah mencoba untuk mengalihkan pikiran dan hatinya untuk Cloe selama ini. Namun, kenapa Dion selalu dapat dengan mudah merusak semua usahanya selama ini?!!

Jika seandainya Kia tahu hatinya akan selunak ini terhadap Dion, ia tak akan pernah berpikiran untuk balas dendam dengan jalan pernikahan!

"Aku hanya ingin kamu melihat keberadaanku, Kia. Hiks.. hiks.. aku tau aku lah yang egois dan serakah disini. Untuk sekali dan terakhir ini saja aku lancang memohon hal ini padamu... bisakah kamu memperhatikanku?" Dion melempar tubuhnya sendiri kedalam pelukan wanita itu. Dion benar-benar memeluk Kia dengan erat, ia benar-benar takut kehilangan wanita ini.

Jangan tanyakan kondisi Kia. Ia sedang syok sekarang. Tunggu! Ia masih ingat dengan jelas bagaimana dulu Dion pingsan saat ia hanya menyentuh dada bidang nya saja. Ada apa sekarang? Bahkan Dion sendiri yang melemparkan dirinya kedalam pelukan Kia dalam keadaan telanjang bulat!

"D-dion.. lo udah s-sembuh?" Lihat! Kia bahkan berucap dengan terbata-bata saking terkejutnya.

Dion tak menjawab. Kia hanya dapat merasakan hawa panas yang dibagi oleh suaminya itu. Selain itu, tubuh Dion juga masih bergetar karena menangis.

Dalam situasi ini, Kia seakan dapat mendengar detak jantungnya sendiri. Di dalam hatinya ia bertanya-tanya apakah Dion benar-benar telah sembuh dari trauma nya?

Ketika Kia asik berkutat dengan pikirannya. Dion ternyata telah melepaskan pelukan mereka dengan gerakan yang pelan. Dion menatap Kia dengan intens. Ini pertama kalinya Dion bisa melihat Kia sedekat dan sedetail ini.

Sungguh. Bagaimana mungkin ia dapat menyakiti hati wanita ini sebelumnya? Sampai-sampai Kia nya yang lugu dulu telah berubah begitu banyak. Air mata terus meluruh. Semakin lama ia menatap wajah terbengong Kia, semakin banyak pula ia dapat melihat keburukannya di masa lalu karena telah mengabaikan wanita ini.

Dengan gerakan yang lembut, Dion menarik tangan Kia, membiarkan tangan wanita itu menyentuh kulit bagian dada nya hingga seketika berhasil membuat wanita itu terkejut. Kia segera tersadar dengan apa yang terjadi. Pun dengan Dion yang seakan merasakan sesuatu seperti sengatan listrik tepat ketika tangan Kia menyentuh permukaan kulitnya.

Iris Dion kini beradu dengan iris hitam kelam Kia. Pria itu tersenyum sendu seraya mengangguk.

"Aku sudah sembuh," Ucapnya dengan nada pelan.

Kia kembali terkejut. Dion benar-benar sembuh? Sejak kapan? Bagaimana?

"K-kapan... lo!" Kia langsung menarik tangannya begitu Dion dengan tiba-tiba mengarahkan tangannya semakin turun kebawah. Tentu saja Dion langsung terkejut! Tatapannya menyendu, ia menyadari Kia sama sekali tak menatap dirinya.

Air mata kembali tumpah.

Kia mempermainkan dirinya! Sejauh mana lagi wanita itu ingin menyakiti hati, fisik, dan menjatuhkan harga dirinya? Ah tidak! Dion sama sekali tak menganggap dirinya memiliki harga diri lagi di harapan Kia. Namun, ini terlalu menyakitkan karena Kia mempermainkannya lagi.

"K-kenapa Kia? Selama ini kamu ingin menyentuhku kan? Lakukan padaku sekarang!! Hiks... hiks... sentuh aku sekarang Kia... hiks.. hiks.. kamu mempermainkan aku, aku sama sekali tak pernah berharga lagi dimatamu. Aku tahu itu, tapi kenapa semua ini masih terasa menyakitkan bagiku? K-kenapa tidak bunuh aku saja? Hiks... hiks... tidak ada gunanya lagi aku hidup..."

Kia terkesiap, ia menggeleng kecil. Ia tak pernah melihat Dion serapuh dan seputus asa ini, bahkan saat ia dulu menyakiti fisik Dion.

Dengan cepat, Kia segera meraih handuk berukuran besar yang menggantung tak jauh darinya kemudian membungkus Dion dengan handuk itu. Kia benar-benar kalah... ia memeluk tubuh ringkih Dion yang sedang terisak.

"Kamu tidak menginginkannya, Dion." Ucap Kia dengan sendu. Karena ia tahu, ingat, sedari mereka pacaran dulu, Dion selalu menolak sentuhan berlebihan dari dirinya. Lantas, alasan apa lagi yang memungkinkan selain karena Dion memang tidak pernah menginginkannya selama ini?

To be Continued

Dion's My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang