20

4.2K 384 18
                                    

Udah hampir 1 bulan libur ya aku? Enggak kerasa banget. Jadi, aku pengen publish cerita baru lagi ges. Ehehehe. Eh tapi yang laen aja belom tamat setelah sekian lama. 😭 Nah, jadilah aku berniat publish cerita barunya setelah Big Baby tamat. Semoga ya.

Aku salut and terharu sama kalian yang masih setia nunggu dan baca cerita aku ini. Aku pengen tau nih, kalian tau cerita aku darimana?
And.. kapan awal kalian mulai ikutin cerita ini?

Hehe, jawab di komen ya!

Yaudah yuk, banyak banget babibu nya, haha. Red enggak maksa dan enggak patokin like atau komen berapa ya, seikhlas kalian aja.

With luv,
Ms.Red 💋

****

"Sejak kapan? Sejak kapan ingatan lo kembali?" Kia bertanya dengan tubuh yang mulai bergetar. Gadis itu sama sekali tidak menduganya.

Dion menunduk dalam, ia menutupi wajah nya yang sembab dengan telapak tangannya sendiri. Sungguh! Dion menyesal atas perbuatannya dulu. Kini, ia tidak memiliki banyak waktu lagi untuk berangan angan dan mengulang waktu. Dion hanya bisa memohon dan terus memohon maaf dari gadis di depannya ini.

Semua ini salahnya. Namun, bolehkah ia egois sekali lagi? Karena jika tidak, Dion berpikir ia tidak dapat bertahan hidup lebih lama lagi jika bukan bersama Kia.

"D-dion baru mengingatnya hari ini... hiks.. hiks.. m-maafkan aku.. maafkan aku, Kia. Aku mohon." Tubuhnya yang ringkih bergetar dengan Hebat. Wajah pria itu dibanjiri banyak air mata. Dion hanya mengharapkan maaf dari gadis itu. Dion tidak perduli entah Kia gila atau masih waras.

Asal bisa hidup bersama, Dion akan menerima semua perlakuan gadis itu. Semua perlakuan kasar Kia terhadapnya, tidak ada apa apanya dibanding rasa sakit yang pernah Dion torehkan dulu.

Kia terdiam. Kedua mata gadis itu memerah, Kia menahan desakan air matanya dengan sekuat tenaga. Mencoba untuk menenangkan diri, Kia menarik dan menghembuskan nafasnya.

"Apa untungnya?" Mendengar gumaman dari Kia, Dion memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya. Namun, perbuatan Kia setelah itu berhasil membuat Dion syok. Kia menarik rambutnya dan menjambaknya. Sakit! Rasanya sakit sekali sampai Dion kembali mengeluarkan air mata tanpa suara.

"Apa untungnya bagi gue? Bukannya semua ini akan menguntungkan lo aja? Gak banyak yang bisa gue lakuin terhadap lo." Ujar Gadis itu dengan dingin. Dion menggeleng, suara isakannya mulai terdengar samar.

"Aku bisa menjadi pembantumu. D-dion akan melakukan semuanya untuk Kia. Dion mohon.." Mendengar ucapan yang keluar dari mulut si pria berwajah manis itu, Kia tertawa hambar.

"Benarkah? Apa lo bisa layanin gue? Bukannya lo benci sentuh tubuh gue yang menjijikkan ini dan lebih milih buat tidur sama orang lain sampe buntingin dia, hah?!" Kia menyentak pria itu dengan kasar. Sentakan yang kuat itu tanpa sengaja membuat kepala pria itu terpentok dengan kuat di kayu tepi ranjang.

Kia terkejut dengan apa yang baru saja ia lakukan. Gadis itu memalingkan wajahnya ketika Dion dengan isakannya menunduk sembari memegangi kepalanya. Pelipis Dion mulai mengeluarkan darah!

Kia melirik ke arah tangannya sendiri dengan takut. Tangannya gemetar. Ia mencelakai Dion lagi.

"Dion bersalah.. hiks.. hiks.. Dion yang salah, Kia.. huhuhu... sakiti Dion lagi, Dion pantas mendapatkannya."

Bugh! Bugh!

Dengan tiba tiba, Dion mulai membenturkan kepalanya sendiri ke tepi ranjang. Kedua mata gadis itu terbelak. Kia langsung menghampiri Dion dan mencoba menahan perbuatan gila pria itu. Dion gila! Dia menyakiti dirinya sendiri?!

"Berhenti!! Dion! Lo sakitin diri lo sendiri!!"

Dion tidak menanggapi ucapan Kia dan masih terus membenturkan kepalanya. Kia benar benar kewalahan untuk menghentikan pria itu.

"Dion jahat! Dion monster! Hiks... hiks... Dion jahat, Kia.." suara pria itu melemah begitupun dengan pergerakannya. Kia langsung menarik pria itu kedalam bekapannya.

"Lo gila! Lo bisa mati, Dion!!" Marah gadis itu. Dion tersenyum dengan lemas. Pria itu menatap Kia dengan sayu.

"Dion, lo egois."

Dion mengeratkan pelukannya, pria itu terisak kuat di dalam pelukan Kia. Darah keluar semakin banyak dari pelipis pria itu, helaan nafas kasar pun terdengar.

Apa yang membuat Dion sampai seperti ini? Kia menawarkan kebebasan pada pria itu tanpa tuntutan pengembalian uang hutang atau apapun. Apa Dion berbuat seperti ini hanya karena Harta nya saja?

"Gue udah gak cinta sama lo." Ucapan gadis itu berhasil membuat Dion mendongak. Kia menunduk dan menatap Dion dengan wajah yang seperti tengah menahan amarah.

"G-gak cinta?" Pelukan Dion mengendur. Ia berusaha untuk duduk dengan sisa tenaga yang tersisa. Kia dapat menyadari kalau tubuh pria itu bergetar lebih kuat dari sebelumnya. Gadis itu hanya memalingkan wajah.

"L-lalu kenapa Kia menerima Dion lagi? Hiks... Dion sangat mencintai Kia. Dion akan melakukan apapun... jangan berhenti.. jangan buang Dion."

Kia berbohong. Dia sendiri tidak mengerti dan tidak menyadari perasaannya sendiri. Kia menjadi bimbang. Dion terlihat sangat tulus sekarang. Tapi, mereka seharusnya berhenti disini.

"D-dion akan melakukannya."

"Apa?" Kedua mata Kia membola.

Dion sedang mencoba untuk membuka pakaiannya sendiri dengan susah payah. Apa yang mau pria itu lakukan sekarang?! Tubuhnya lemah, terlebih ia mendapatkan luka karena terhantam pinggiran ranjang. Apa yang pria itu rencanakan?! Dasar gila!!

Dion benar benar membuka pakaiannya. Kia bahkan dapat melihat seberapa gemetarnya pria itu. Ia tahu kalau Dion sedang memaksa dirinya sendiri. Dion menangis. Pria itu bahkan menangis?!

Kia akhirnya menghentikan pria itu tepat ketika ia hendak membuka kainnya yang lain. Kia meraih baju pria itu dan melemparkannya.

"Apa yang mau lo lakuin dengan tubuh yang gemetar kayak gitu?!" Marah Kia. Dion terisak.

"Dion bisa melakukan apapun. Dion berguna, Kia.. hiks.. hiks.. Dion bisa melakukannya."

"Cukup! Okay, kita menikah," Dion otomatis langsung mendongak.

"Tapi lo harus ingat beberapa hal, Lo harus jelasin semua yang dulu terjadi. Hidup lo juga menjadi milik gue, Dion. Gue bukan Kia yang dulu lagi. Jadi apapun yang terjadi kedepannya, lo hanya harus menurut."

Dion mengangguk kuat, ia menangis penuh haru.

"Dion tidak keberatan. Dion menerima semuanya, semuanya asal jangan buang Dion lagi.. t-terima kasih, hiks.. hiks.." Kia menghela nafas. Ia mengusap darah di dahi pria itu yang sebagian besar hampir mengering.

"Mengenai Anak lo.." Dion menegang. Ia menatap Kia dengan takut. Apa Kia akan berubah pikiran lagi?

"D-dion.."

"Dia bisa tinggal disini. Hanya dua hari dalam seminggu." Dion terbelak. Ia mengangguk kuat.

"B-benarkah? T-terima kasih, Kia." Anggap saja Kia tengah memberikan pria itu kesempatan. Walau tidak semudah itu, karena Kia sendiri belum stabil. Dion... apa kamu sudah memikirkannya matang matang? Dia hanya akan terluka kalau kemarahan Kia tersulut lagi.

Pada akhirnya, mereka benar benar akan menikah besok. Apa itu adalah keputusan yang tepat? Terlebih, masih tersisa sesosok pria lain dalam hidup Kia. Dion... kenapa kamu memilih jalan yang sulit ketika Kia menawarkan kebebasan?!!

To be continued

Dion's My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang