22

3.6K 301 16
                                    

Red up lagi!!
Aku tau kalo aku baru up nya itu sekarang, dan lama. Belakangan ini, aku lagi aktif di rl, jadi tuh kadang engga buka wp. Maapkan aku ✌️
Selain itu, aku lagi usaha buat nyiapin cerita baru. Iya, cerita dengan genre yang beda dari ini ya.

Mungkin, aku juga bakalan coba buat publish cerita dengan genre yang berbeda di wp, but tetap juga publish genre kek gini. ❤️

Segitu dulu ges ya, sekarang kita lanjut ke cerita ini yukk!

Happy Reading!
***

Dion yang baru saja keluar dari kamar mandi kini berjalan ke arah ranjang yang kosong dengan perasaan campur aduk. Kemana Kia pergi? Apa Kia meninggalkan dirinya sendirian di dalam kamar hotel yang mahal namun serasa kosong ini?

Dion menahan desakan air mata nya sendiri. Ia seketika menoleh begitu mendengar sebuah suara dari arah balkon kamar. Kedua matanya membulat lucu, dengan sudut bibir yang bergetar.

Kia tidak meninggalkannya, dia ada disana. Tapi apa itu yang ada di tangan nya? Dion menatap dengan tidak percaya. Sejak kapan Kia yang ia kenal mulai menggunakan benda haram itu? Kia yang duduk sendirian tanpa menatap sedikit pun ke arah nya, kini sedang memegang sepuntung rokok di sela jemarinya.

Perasaan bersalah kembali menguar. Kia berubah karena Dion, tapi Kia tetap mau menikahi dirinya.

Tubuh Dion bergetar, ia merasa teramat bersalah atas apa yang terjadi, atas semua perubahan Kia, dan juga terhadap malam pernikahan mereka yang dingin dan hampa.

Pernikahan yang baru saja terjadi bukan seperti pernikahan impian yang pernah Kia katakan dengan semangat padanya di masa lalu. Dion memilih untuk duduk di atas lantai daripada di atas ranjang, tempat itu adalah posisi seharusnya ia berada.

Dion mencuri pandang ke arah balkon. Dion bukan hanya trauma, ia juga berkecil hati ketika mengingat kalau dirinya bukan lah sosok suami impian yang Kia harapkan.

Tidak berguna! Entah sejak berapa lama ia mulai merutuki dirinya sendiri.

"Ngapain lo?" Dion terperajat kaget begitu mendengar suara Kia. Kia ternyata telah berdiri tak jauh dari Dion dan kini tengah menatap pria itu dengan tatapan yang tidak bersahabat.

Seharusnya, malam pertama impian Kia tidak seperti hari ini. Sial! Tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang. Si brengsek itu mungkin akan melayangkan penolakan nya lagi. Kia sedang tidak mood mendengar tangisan.

Kia mendengus panjang. Ia mencoba untuk mengabaikan Dion yang tak kunjung menanggapi ucapan nya. Namun, ketika ia hendak beranjak pergi, pergerakan nya seketika terhenti begitu merasakan pergelangan tangan nya yang di cekal dengan lembut.

"Kia, j-jangan pergi." Kia menoleh, ia menarik tangan nya yang di cekal oleh Dion hingga cekalan pria itu terlepas.

"Udah seharusnya lo merasa bersalah. Lo beruntung, gue masih beri lo
kebebasan buat gunain kartu ini. Anak lo aja udah cukup." Singkat Kia. Ia melempar sebuah kartu dengan limit besar di dalam nya, lantas berjalan keluar dari kamar itu tanpa memperdulikan Dion yang masih terpaku.

"Anak aku aja udah cukup?" Beo pria itu, Dion menatap ke arah pintu dengan sendu. Kia, kenapa kamu berkata seperti itu?

Akhirnya, Dion tetap berakhir sendirian di dalam kamar itu. Kemana Kia pergi? Dion memang pantas di berlakukan seperti itu, tapi tetap saja, Dion merasa amat sedih. Kia masih tetap sama, meski sudah jarang menyakitinya secara fisik, dengan ketidak perdulian itu, Kia semakin menyakiti psikis Dion.

Dion memupuk semua rasa bersalah di dalam kepalanya, Dion terlarut tanpa tahu apa yang harus ia lakukan untuk menebus perbuatan nya di masa lalu.

"D-dion bukan menikah karena harta.." Pria itu menutup wajahnya yang memerah karena menahan tangisan. Apakah Kia bermaksud membayar dirinya dan putra nya? Dion semakin kecil, apa Kia akan terus memperlakukan nya seperti ini?

Dion's My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang