Dengan sedikit kesulitan, Dion menuntun Kia yang sudah mabuk berat. Tak jarang mereka hampir saja terjatuh karena Kia yang berjalan sempoyongan.
"Kia... Maafkan Dion tak bisa menjaga kia.." lirih Dion. Dua jam pesta itu berlangsung Dion dikerumuni dan bahkan ia dilecehkan. Kemanapun dia lewat tak jarang para wanita dengan pakaian terbuka dan lipstik merah menyala menyolek tubuhnya.
Setelah pesta selesai Dion masih harus mencari Kia yang sudah tepar. Kini mobil sudah di depan mereka, dengan cepat Dion membuka kursi samping kemudi dan menuntun Kia untuk masuk dan duduk di dalam.
Dion pun berjalan menuju kursi samping, saat pintu tertutup pria itu kebingungan. Bagaimana mereka pulang?
Dion menggigiti kuku jarinya dan menatap Kia yang bersandar pada jok mobil dengan mata berkaca-kaca.
Kia menggeliat pelan dan mencoba menutupi tubuhnya, mengira Kia kedinginan Dion pun melepaskan sweeter nya dan menutupi tubuh kia.
Tengah malam udara sangat dingin, terlebih disekeliling mereka selain rumah ini sisanya adalah hutan. Pria itu melihat kearah luar, saat pesta tadi Kia meminta agar Cloe memindahkan mobilnya di luar mansion saja, entah apa yang ada di pikiran wanita itu. Dion melihat kegelapan di depan sana dengan gemetar, dia juga kedinginan.
"Hiks.. hiks.. Dion takut.."
Tak bisa menahan nya Dion pun akhirnya terisak pelan dengan tangannya yang berpindah menutupi wajahnya.
"Enghh.." Wanita itu terusik karena suara isakan Dion, perlahan matanya kembali terbuka dan Kia menoleh ke arah samping tepatnya kearah Dion.
Kia memegangi kepalanya yang terasa sedikit pusing, biasanya dia sangat kuat terhadap toleransi alkohol namun entah kenapa kali ini dia cepat mabuk padahal baru minum beberapa botol. Tangan gadis itu kemudian mencengram lengan Dion.
Dion langsung tersentak, tubuhnya secara refleks berubah kaku, suara tangisan nya tadi kini berubah menjadi sesegukan kecil.
"K-kia.. m maafkan Dion.." tubuh pria itu bergetar takut. Kia yang melihat nya hanya terkekeh kecil, tak bisa dengan jelas gadis itu lihat bagaimana raut ketakutan Dion saat ini.
"Kenapa?" Kia mulai merancau tak jelas. Dion memberanikan diri untuk menoleh kearah Kia.
"Kenapa Lo khianatin gue? Gue tanya kenapa?!! Hah!! Jawab brengsek!!" Dion menggeleng gelengkan kepala nya kuat. Cengkraman tangan Kia pada lengan nya menguat, kuku panjang wanita itu bahkan hampir menembus kulit Dion jika ditekan lebih keras lagi.
"K-kia.. hiks.. hiks.." Dion hanya bisa menangis, dia tak mengerti apa yang kia katakan, Dion tak tahu perbuatan salah apa yang dia lakukan.
Tangan kiri Kia yang tadinya menganggur kini ikut menjulur, kedua tangan nya berpindah ke pundak pria itu, Kia mulai mengguncang tubuh Dion yang lemah dengan keras.
"Kenapa Lo diam aja?!! Jawab! Gue bilang jawab!!"
"Maaf.. maaf.. hiks hiks.." Kia menyentak tubuh pria itu sampai tubuh Dion membentur kaca mobil, gadis itu kini mulai meremas rambutnya sendiri, gadis itu bahkan mulai menarik nariknya dengan keras.
"Kia.. j-jangan.. jangan.." walaupun benar benar takut, Dion tetap memberanikan diri untuk menahan pergerakan gadis itu yang ingin menyakiti dirinya sendiri.
"Kenapa? Kenapa gak ada penjelasan satupun?" Air mata gadis itu meluruh.
"Kejadian itu hampir aja udah gue lupain, tapi kenapa Lo balik lagi? Gue pikir... Gue pikir Lo orang yang baik, gue pikir Lo orang yang setia dan cukup dengan gue seorang. Gue rela habisin waktu berharga gue, gue terima Lo apa adanya, tapi Lo hancurin harga diri gue, Lo hancurin kepercayaan gue gitu aja. Kenapa? Kenapa hah?!!" Kilatan marah terpancar dari mata gadis itu, Kia melepaskan cengkraman pada rambutnya. Gadis itu pun mulai tertawa kecil beradu dengan tangis ketakutan Dion.
Kia kelepasan, dia di luar kendali.
Secara tiba tiba Kia menoleh kearah Dion lagi, tangannya terulur mencengkram dagu pria itu. Kekuatan Dion kalah besar.
"Padahal gue udah baikin Lo, padahal gue udah sayangin Lo bak harta berharga gue. Munafik! keluar ga lo!!" Kia mulai membuka pintu mobil dan mendorong dorong tubuh lemah Dion dengan paksa.
"Jangan Kia... Hiks hiks... Dion takut, Dion mohon, ampun.. maafkan Dion.. Kia!"
"Gue bilang keluar!!!"
Bugh!
Tubuh Dion terlempar keluar dari mobil, Kia pun menarik pintu nya dan mengunci pintu mobil itu.
"Kia.. Dion takut.. Dion takut sekali..." Tangisan pilu mulai terdengar, dengan sisa sisa kekuatan Dion mencoba berdiri dan mengetok ngetok kaca mobil.
"Bukakan pintu nya Kia.. hiks.. hiks.. ampuni Dion, Dion salah.. Dion tak akan mengulangi nya lagi."
Kia tak menghiraukan ucapan Dion, kedua tangan gadis itu sibuk menutupi kedua telinga nya. Pengaruh alkohol sangat kuat, gadis itu merasakan kepalanya pusing dan mulai berputar, dengan perlahan mata Kia pun terpejam.
Dion menangis putus asa, tenggorokan nya benar benar sakit karena menangis meraung raung memohon agar Kia membuka pintu mobil nya.
Pria itu mulai menyender pada mobil, memeluk lutut nya dan tubuhnya bergetar hebat. Selain merasakan ketakutan yang besar, pria itu harus menahan dingin nya cuaca malam yang menusuk tulang.
Hanya pepohonan yang lebat dan tinggi menjulang di depannya, pria itu bahkan tak berani untuk sekedar mengangkat kepala.
"Dion nakal, Dion yang udah buat Kia marah. Ibuk, pak, Dion ingin pulang. Dion sangat takut.. hiks.. hiks.."
***
"Dion, kia iri melihat mereka." Sepasang kekasih yang tengah dimabuk cinta itu kini untuk keempat kalinya menghabiskan kencan mereka di sebuah taman kota.
Sudah satu tahun mereka menjalin asmara, tatapan pria itu kini mulai bergetar, kedua pipinya bahkan memanas. Terdapat jarak diantara posisi duduk mereka.
Beberapa kali gadis bernama kia diam diam mendekatkan jarak mereka satu sama lain. Sampai ke percobaan ke sekian kalinya sang pria akhirnya menarik pinggang kekasihnya untuk mendekat.
"Kia iri sama siapa?" Tanya Dion lembut. Gadis itu pun beralih menuju kearah sepasang kekasih yang lumayan jauh jaraknya dari mereka berdua.
Mereka terlihat begitu dekat dan romantis, dan itu tak luput dari perhatian Kia.
Dion menghela nafas kecil, dia pun mulai terkekeh. Tangannya berpindah mengacak rambut pacarnya dengan gemas.
"Ohh jadi pacarnya aku yang cantik ini ingin di gituin juga?" Kia mengalihkan pandangan nya. Dion tersenyum kecil, pria itu pun mulai menarik tangan Kia, mendekatkan nya ke bibir tipis nya dan mengecup nya pelan. Hal itu membuat si gadis refleks menoleh dan wajahnya memerah, sang pria tak kalah merah nya.
"Hayo masih kecil loh~" Kia langsung membelak.
"Yak! Kita udah besar, Dion." Mereka akhirnya tertawa bersama. Pria itu menautkan jari jari mereka satu sama lain.
Mereka sudah kuliah saat itu, yang Kia tahu Dion adalah pacarnya yang sopan dan menghormati wanita. Kia mengerti bahwa Dion tak ingin melakukan sesuatu yang terlewat padanya, karena Dion mencintai dirinya.
Jika kia dimasa depan tahu, dia akan tertawa keras menertawai kepolosan dan kepercayaan dirinya!!
***
Yeheyy akhirnya ya ini cerita up juga, kemarin red sempat umumin kalau cerita ini memang ada satu draft nya, tapi belum red publish kenapa? Karena red merasa ada yang kurang dari draft itu dan terkesan kayak buru buru.
Akhirnya red putusin buat yang baru lagi dan jadilah ini. Yuhuu!
Nantikan chapt selanjutnya ya, jangan lupa buat tinggalin jejak nya, see you~
Ms.red 💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Dion's My Baby
RomanceDulu, Kia adalah gadis yang baik namun dikecewakan. Kia juga setia namun di sia siakan. Trauma dan ego berhasil merubah Kia menjadi sosok yang berbanding terbalik dengan dirinya di masa lalu. Saat orang yang menyebabkan trauma nya itu datang kembali...