1

17.5K 892 5
                                    

Gemerlap lampu kota membuat pemandangan didepan wanita itu menjadi lebih indah.

Wanita itu terlihat berjalan dengan sempoyongan, tangannya menggenggam botol bir besar. Sesaat kemudian dia tertawa keras, jalanan terlihat sepi karena ini memang sudah tengah malam.

Baru kali ini ia mabuk berat seperti ini, entahlah karena kecapekan makanya dia jadi lebih mudah mabuk..

"Hahaha.."

Namanya Kia Ernion, seorang wanita lajang berumur 30 tahun. Malam ini adalah kesekian kalinya semenjak beberapa tahun lalu dia pergi ke club malam. Bajunya serba hitam dan rambut wanita itu terlihat acak - acakan.

Sesaat sampai di depan pintu rumah, Kia langsung saja masuk dan ternyata sang paman sedang duduk di sofa ruang tamu.

"Kia! Om sudah menduga kamu masih belum berhenti ke tempat itu" Abron, pria paruh baya itu menghela nafas panjang, ia langsung membantu kia yang sedang mabuk untuk naik ke dalam kamar.

"Kia.. orang tuamu pasti sedih melihat keadaan kamu sekarang." Abron menyelimuti keponakannya, Abron pamannya sangat perhatian bahkan sudah menganggap kia sebagai putri kedua nya.

Ia tak tau masalah antara keponakan dan putrinya, Abron hanya merasakan Kia akan selalu menjauh dari anaknya. Entah apa alasannya.

"Kia.. om sudah tak tahan melihat kamu seperti ini, kamu sudah banyak menderita. Om harap pilihan om ini tepat untuk kamu."

***
Pagi menjelang, suara ribut - ribut terdengar dibawah sana. Kia yang terusik tidurnya langsung membuka mata. Apakah itu ulah pembantunya lagi? Ribut sekali!

"Heh!! Kecilin suara kalian!!" Suara ribut itu masih terus berlanjut. Kia langsung emosi dan berjalan keluar dari kamar.

"Siapa sih? ribut banget pagi - pagi!!" Kia langsung terdiam.

"Kia kamu terbangun? Kemari." pinta sang paman, Kia langsung melangkah mendekat, ia dapat melihat 2 orang pasangan suami istri dan seorang yang berdiri di belakang mereka, terlihat menyembunyikan dirinya.

"Siapa mereka?"

"Saya mohon tuan.. kami tidak dapat membayar hutang - hutang kami, bunga yang tuan berikan sangatlah banyak" wanita paruh baya itu tersedu - sedu, begitupun dengan pria paruh baya di sampingnya.

"Saya mohon.." Kia duduk di sofa dan menyaksikan dengan santai, wanita itu sudah sepenuhnya sadar dari rasa kantuk.

"Drama apalagi ini, om?" Abron menggeleng kecil.

"Mereka berhutang dan tak dapat membayarnya. Saya tentu tak bisa berdonasi sebanyak itu, saya juga perlu uang." Abron menatap mereka dengan santai.

"K-kami dengar keponakan anda belum menikah, saya mohon tuan. Anak kami akan kami nikahkan dengan keponakan anda." Abron tersenyum kecil. Berbeda dengan Kia yang terkejut, maksud mereka apa?

"Kalian menjual anak kalian?" Mereka menunduk.

"Saya mohon tuan, kami benar - benar miskin."

"Bu.. nikah itu apa?" Kia mematung ketika mendengar suara yang tak asing di telinganya. Suara itu terdengar lembut, sangat lembut.

"Bukankah Dion sudah pernah menikah bu?" Wanita paruh baya itu terlihat panik dan langsung berbalik badan juga menutup mulut anaknya.

"Maafkan saya tuan, anak saya.."

"Oh kamu mau menikahkan anak kamu yang duda kepada keponakan saya? Saya dengar dia juga sedang sakit" Abron mengatakan itu dengan dingin. Mereka terlihat panik.

Kenapa nama Dion ini terdengar tak asing? Tak mungkin Dion yang itu kan?

"Dion, putra kami memiliki wajah yang menawan tuan. Saya yakin nona pasti mau menerima anak kami, kami mohon.."

Dion's My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang