30.

3.1K 216 26
                                    

Tepat ketika baju oversize berwarna biru muda itu tepasang, Dion menatap pantulan dirinya di depan cermin. Ia masih berlarut dalam kesedihan karena Kia ternyata benar-benar menolaknya, Kia bahkan tidak melihatnya barang sekali. Wanita itu hanya mengantarnya keluar dari kamar mandi dan selanjutnya... yah seperti dugaan, Kia melakukan kesibukan yang lain tanpa mengungkit tingkah dion sebelumnya.

"Apa karena Dion gak setampan dulu?" Setidaknya hanya itu yang ia pikirkan, Dion menganggap bahwa dirinya lah yang kurang menarik saat ini.

Ah benar, seorang duda, pengkhianat, dan jelek seperti dirinya, bagaimana mungkin Kia bersedia bersama dengannya kan? Tindakan Kia dulu pasti sudah jelas karena ingin balas dendam saja.

Padahal sebaliknya, jika saja Dion tidak berubah menjadi semakin tampan dan matang, bagaimana mungkin pria itu bisa memporak-porandakan hati dingin wanita itu seperti sekarang?! Hanya Dion saja yang tidak tahu, saat ini Kia bahkan sedang terbengong di dalam ruangan kerja nya, masih terbayang akan tindakan gila pria itu barusan. Kia bergidik ngeri, berpikir bahwa Dion yang baru saja sembuh dari trauma nya ini malah berubah gila?

"Apa maksudnya? Aku selalu menginginkannya selama ini, baik dulu ataupun sekarang. A-aku hanya tidak ingin merusaknya." Dion masih mengingat lirihan terakhir sebelum mereka keluar. Kenapa Kia berpikir bahwa Dion sama sekali tak menginginkannya?

Dion merasa tidak ada yang aneh, sebelum akhirnya ia sadar akan perbuatannya.

"Dion bodoh! Apa benar-benar tidak ada kesempatan lagi? Kia terlihat sangat membenci Dion. Menjijikkan." Dia menyadari kesalahannya. Dulu, dia memang terkesan sangat menghindari sentuhan Kia. Gaya pacaran mereka sangat kaku dan terkesan monoton. Lalu tiba-tiba ia menghamili wanita lain hanya karena miskomunikasi?

Dion tersenyum getir menatap ke arah cermin, dimana tubuh kurus dengan balutan kaos kebesaran nya terpampang.

"T-tidak, pasti ada kesempatan." Dion menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya. Kali ini saja, Dion akan berusaha lagi. Dion tidak akan menyerah sebelum Kia benar-benar... mengusirnya.

Dion merasa yakin, Kia pasti dapat menerimanya, kan?

Dengan langkah panjang dan sedikit ragu, Dion akhirnya bertekad untuk melakukan pendekatan... lagi.

Pria tampan itu benar-benar berdoa, semoga Kia bisa memaafkan dirinya. Dengan sedikit dorongan semangat, Dion berjalan menuju dapur dan mencoba memasakkan sesuatu.

"J-jika kali ini Kia menolak memakannya..." Dion menatap bahan-bahan masakan yang sudah terjejer rapi didepannya dengan sedikit ragu.

Saking terganggunya pikiran Dion sekarang karena rasa bersalah serta penolakan yang baru saja Kia berikan, Dion bahkan hampir saja memikirkan cara gila. Untung saja pria itu berhasil menepisnya.

"Tidak, aku berharap Kia mau memakan masakanku meski kali ini saja."

***
Sementara itu, hari semakin sore dan tanpa sadar langit mulai menggelap.

Setelah sekitar 2 jam berlalu, Kia yang tanpa sadar telah tertidur di atas meja kerja nya kini akhirnya terbangun. Wanita itu menghela nafas karena ternyata sebuah panggilan masuk, kali ini sekretarisnya itu akan menambahkan laporan apa lagi?

"Ya?" Ucap Kia dengan ketus. Namun ternyata, bukannya mendengar suara Mark yang menyebalkan itu, Kia ternyata mendapati suara lembut milik Cloe. Seketika itu kedua matanya yang masih setengah terpejam kini langsung terbuka sempurna.

"Sayang~" Kia tersenyum geli.

"Oh my, aku bahkan lupa kapan terakhir kali kamu memanggilku dengan panggilan itu? Baru ingat meneleponku sekarang?" Di seberang telepon, Cloe terlihat mengerucutkan bibirnya dengan kesal.

Dion's My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang