4

8.6K 612 52
                                    

"K-kia mau kemana?" Dion memberanikan diri untuk bertanya, pasalnya gadis itu terlihat hendak keluar menggunakan pakaian yang aneh, dan lagi pendek sekali Dion bahkan tak berani menatap nya.

"Apasih kepo aja Lo, serah gue dong mau kemana!" Dion menunduk, ia kembali pada kegiatan awalnya yaitu memasak, mendengar Kia yang membentaknya tangan Dion bahkan gemetar.

Kia beralih menatap Dion dari atas ke bawah, eh! Sebuah ide tiba - tiba muncul. Kia menghampiri Dion dan menepuk pundak pria itu sampai Dion terperanjat kaget.

"I-iya k Kia, d-dion salah. Maafkan Dion." Kia mengeryit bahkan ia tak melakukan apapun, ia pun ber smirk. Baguslah jika si sok alim ini takut padanya.

"Apa Lo liat liat? Ikut gue ke atas, sekarang!" Dion mengangguk patuh, sebelumnya ia mematikan kompor baru mengikuti langkah kia menuju kamar.

Setelah mereka masuk Kia menutup pintu dan memutar kunci nya, diambil nya kunci itu dan dimasukkan ke dalam tas berukuran kecil yang ia bawa.

"Emm.. gapapa deh ya gue terlambat dikit, gimana kalau kita buat sebuah karya dulu hm? mau kan Dion?" Dion terdiam takut, apalagi yang akan kia buat untuknya? Apakah ia akan ditampar lagi? Mengingat rasa sakit dari tamparan Kia membuat tubuh pria itu semakin gemetar takut.

Jemari halus Kia membelai pipi Dion, pria itu sudah memejamkan matanya.

"Buka mata Lo" Dion menggeleng kuat, jari jemarinya saling meremas dari tadi. Ia takut.. takut sekali.

"Gue bilang, buka!!" Terperanjat kaget, pria itu akhirnya membuka matanya dan menatap kearah bawah, pupil matanya gemetar.

"Apa gue seburuk itu sampai Lo gamau natap gue, hah?!!" Bentak Kia.

"Maaf.. maafkan Dion.. hiks.. hiks.." Kia tertawa, ia lantas duduk diatas ranjang dan menatap Dion dengan angkuh.

"5 menit, ganti baju Lo. Ambil baju dalam lemari, paling kiri." Dion mengangguk, pria itu membuka lemari dan mengambil baju yang diberitahukan oleh Kia.

"K-kia ini." Kia mengangkat sebelah alisnya.

"Kenapa? Ayo pakai, atau gue yang pakaikan?" Pria itu menggeleng dengan cepat, ia melangkah masuk ke dalam kamar mandi sambil sesekali menghapus air matanya yang mengalir.

Tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka, Dion melangkah keluar matanya juga berbinar binar sangat beda dengan tadi.

"Cih gatau aja Lo bakal gue buat malu." Kia berdiri dan menatap Dion dari atas sampai bawah dengan pandangan geli.

Oh lihat baju Mickey mouse berwarna pink itu, dan juga celana ketat berwarna putih yang Dion kenakan. Ia menatap pria itu dengan puas.

"K Kia baju ini untuk Dion?" Tanya Dion, Kia menahan tawanya dengan kuat ia kemudian menjawab Dion dengan lembut.

"Iya, bagaimana? Bagus tidak?" Dion menganggukkan kepalanya, tangan Kia terulur dan dengan refleks Dion memejamkan matanya. Kia ternyata menghapus sisa - sisa air matanya pria itu.

Ia mendekatkan wajah mereka dan perlahan Kia mengendus aroma Dion.
Wangi. Ya biarkan begini saja.

Dion membuka matanya perlahan dan langsung membatu. Wajah Kia terlalu dekat, ia hendak memejamkan lagi matanya karena takut tapi Kia terlebih dulu menahan pria itu.

"Karna Lo udah ngerjain pekerjaan  rumah dengan baik, baju ini hadiah buat lo. Seneng gak?"

"I iya Kia, Dion s senang~"

"Bagus, kalo gitu ikut gue sekarang." Tanpa aba aba Kia menarik tangan Dion dan membawanya masuk menuju mobil.

Walau kebingungan pria itu tak berani bertanya lagi hendak kemana kia mengajaknya. Ia takut jika mood kia kembali buruk dan berakhir memukul atau menamparnya.

Kia mulai menyalakan mesin dan mobil sport hitam itu melaju membelah jalan raya yang lumayan sepi.

Di perjalanan itu sesekali Kia melirik ke arah Dion yang menatap kearah baju pemberian nya dengan senang, dari tadi pandangan pria itu tak sedikitpun teralihkan dari baju Mickey mouse pink yang ia kenakan.

Haha dasar!

Dion yakin jika ia patuh kepada kia wanita itu mungkin akan memperlakukan Dion dengan baik, baju ini buktinya, baju ini sangat bagus jauh lebih bagus dari baju baju lusuh nya.

"Walau k-kia sering marah sama Dion, Kia pasti marah karna Dion nakal, Dion harus jadi anak yang baik." Gumam Dion.

Tak lama mobil Kia memasuki sebuah rumah besar yang terlihat sangat asing menurut Dion. Mobil itu terparkir, kia lantas turun diikuti dengan Dion.

"K-kia, ini dimana?" Tanya Dion, ia merasa cemas saat melihat banyak kerumunan di depan sana. Entah kenapa Dion merasakan takut.

Dion langsung berdiri di belakang Kia seperti bersembunyi dari orang - orang yang terlihat penasaran padanya.

"Eh lihat, ms. Kia bawa siapa?"

"Wah imut nya. Dia siapa ya?" Banyak bisik bisik terdengar saat Kia melangkah kesana.

Sesekali ia menoleh ke belakang dan memperingatkan Dion.

"Awas Lo kalau berani pegang gue." Ancam Kia. Dion menunduk menyembunyikan wajahnya dari orang orang yang melihat ke arahnya.

"Kia" Sapa seorang pria yang menghampiri nya. Kia memeluk pria itu dan kemudian dibalas oleh Cloe.

Kia berbisik pelan.

"Lo makin ganteng aja." Cloe memerah. Kia lantas melepaskan pelukan mereka. Ditunjuk nya Dion yang berdiri dibelakang dengan kepala tertunduk. Cloe menatap Dion dengan pandangan tak suka.

"Tambahan pembantu buat malam ini." Mendengar perkataan Kia Cloe lantas tertawa, ia melihat Dion dari atas ke bawah. Pria itu mendekat dan bertanya dengan nada pelan.

"Dia siapa? Aneh sekali itu kostum badut terbaru ya?" Kia menepuk Cloe dan mereka tertawa.

"Ya begitulah, tenang saja kamu jauh lebih baik dari si badut itu, haha." Ucap kia tak berperasaan. Cloe mencium pipi kia dengan singkat, semuanya tak luput dari pandangan Dion. Entah kenapa pria itu menjadi berkaca - kaca dan menahan dengan kuat tangisan nya.

"Baiklah guys karna sudah lengkap, kita mulai saja pesta ini! Mari bersulang!"

To be continued

Dion's My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang