23

3.4K 291 13
                                    

Kia melirik sekilas, Cloe terlihat anteng memandangi dirinya yang tengah meminum jus mangga buatannya.

"Kenap- hmph!" Kedua mata Kia membulat ketika Cloe dengan tiba tiba menjilati sudut bibir nya, sebelum akhirnya menghadiahi kecupan singkat di akhir. Cloe terkekeh pelan, sepertinya Kia sangat terkejut dengan tindakannya barusan yang terkesan mendadak.

"Kia, aku mau kamu menjanjikan sesuatu padaku." Suara Cloe terdengar melembut. Dengan jarak sedekat ini, ia bisa melihat seberapa sempurna nya Kia. Kia agaknya tersadar, ia meletakkan gelas di atas meja, kemudian beralih mengusap surai Cloe dengan pelan.

"Ada apa, hm? Kamu terlihat aneh hari ini." Cloe menggeleng kecil, tatapannya merambat naik ke bibir mungil Kia, kemudian membuang muka.

"Jangan tinggalkan aku ya? Aku tidak masalah jadi yang kedua untuk mu, asal kita selalu bersama seperti ini selamanya." Mendengar permintaan pria itu, berhasil membuat Kia melembut. Ia menangkup kedua pipi Cloe kemudian menekannya, hingga membuat bibir pria itu maju beberapa senti. Imutnyaa.

"Aku gak bisa menjanjikan itu untukmu. Tapi, aku akan berusaha agar kita tetap bersama. Seperti yang kamu tahu, aku membenci pengkhianatan, Cloe. Aku harap kamu gak akan coba-coba. Maka selama itu pula, aku bisa yakin hubungan ini akan baik-baik aja." Cloe menunduk pelan, ia menyeka kedua matanya yang mulai berair.

"Lalu bagaimana dengan 'dia'?" Kia mengernyit pelan, sebelum akhirnya mengerti siapa yang Cloe maksud.

Kia meremas jemari-jemari nya, dia pun agak kebingungan dengan apa yang harus ia katakan sekarang. Benar, dia sudah menikah sekarang. Kia kembali menarik pria itu, hingga kini mereka kembali bertatapan. Kia mengusap pipi Cloe dan mulai menghela nafas.

"Aku bahkan datang kesini di malam pertamaku, aku juga tidak akan mengekang mu, Cloe. Kalaupun suatu hari kamu menemukan orang lain yang kamu sukai, kamu bisa mengatakannya padaku. Kita bisa menghentikan hubungan ini. Aku tidak akan merasa keberatan selama itu bukan perselingkuhan." Cloe memukul dada Kia dengan ringan, ia merasa kesal dengan apa yang baru saja Kia katakan.

"Kamu terus-terusan membahas selingkuh. Apa kamu meragukanku, Kia? Aku hanya mencintaimu, aku mencintaimu lebih dari apa yang kamu tahu." Kia terkekeh, ia menarik Cloe ke atas pangkuan nya. Kemudian, mulai meraup bibir Cloe yang penuh, hingga secara otomatis membuat pria itu terdiam. Tak lama, Cloe mulai membalasnya dengan lumatan. Cloe membuat Kia merasa gemas tiap kali ia melihat bibir penuh pria itu yang selalu bergerak dengan seksi ketika ia berbicara.

Sejauh ini, Kia tidak curiga kepada Cloe. Ia merasa kalau Cloe seharusnya sudah tahu mengenai konsekuensi jika pria itu berselingkuh darinya. Jadi, Kia tidak terlalu khawatir tentang itu. Setidaknya untuk saat ini. Jadi, ia hanya bisa membungkam pria itu dengan cara ini, agar Cloe tidak memarahinya lagi karena merasa kesal.

Kia yang merasa kepalanya mulai berdenyut, akhirnya menghentikan lumatan panas mereka hingga yang tersisa hanyalah suara deru nafas yang cukup keras. Kia menatap wajah Cloe yang memerah, ah ini salahnya. Ia lupa kalau libido Cloe itu tinggi, ia merasa bersalah tiap kali menghentikan kegiatan mereka sampai sini.

Kini giliran Cloe yang mendekatkan wajahnya, kemudian menempelkan kening mereka. Ia ingin Kia tahu seberapa panas nya yang ia rasakan saat ini.

"Kamu selalu berhenti... hiks.. kamu selalu berhenti disini, Kia." Cloe mulai menangis, ia merasa tersiksa. Ia selalu ingin Kia menyentuh tubuhnya, ia selalu ingin lebih dari sekedar ciuman atau lumatan semata, ia ingin memberikan tubuhnya kepada Kia, ia juga ingin menyentuh tiap jengkal dari tubuh wanita itu. Tapi ia tidak bisa.

Tiap kali Kia memulai dengan mendadak seperti barusan, wanita itu juga lah yang menghentikan nya di tengah-tengah Cloe yang mulai merasa panas.

Kia semakin merasa bersalah kala merasakan sesuatu yang keras menyentuh perutnya. Pria dengan nafsu tinggi seperti Cloe, Kia seharusnya dapat menahan dirinya untuk tidak membuat kontak fisik seperti tadi.

"T-tidak bisakah kamu membantuku menuntaskan ini? Hiks... hiks.. asal kamu tahu.. ini sakit.." Cloe mulai ribut, tangan nya tak henti mengusap air matanya sendiri seperti seorang anak kecil.

Kia hanya bisa menenangkan Cloe dengan memberikan usapan ringan di surai nya.

"Maafkan aku.." Ujar nya. Mendengar itu, Cloe merasa kecewa... lagi. Ia sudah menebak nya. Ia hendak beranjak bangun dari pangkuan wanita itu, namun gerakannya terhenti ketika sebuah usapan lembut ia dapatkan di pergelangan tangannya.

"Ini salahku." Cloe tersenyum kecil di sela isakannya, ia menggeleng pelan seraya mengecup singkat bibir Kia.

"Aku yang terlalu bernafsu, maafkan aku. Hiks.. aku tidak bisa menahannya." Ujar Cloe dengan suara serak yang terdengar lucu, Kia melirik sekilas dan seketika meringis kecil. Cloe pasti merasa tersiksa, melihat miliknya yang mengembul dan hampir tercetak dengan jelas. Seberapa besar nafsu pria itu sebenarnya? Bahkan dengan sedikit lumatan saja sudah seperti ini?

"Kamu pulanglah dulu, Kia. Aku akan mengatasinya." Kia mengangguk pelan. Ia meraih tas nya kemudian mengacak surai Cloe sebentar, sebelum akhirnya benar benar pergi dari sana.

Cloe menghela nafas panjang, ia mengusap air matanya yang tersisa seraya melirik ke miliknya yang mengeras.

Ia melangkah masuk ke dalam kamar mandi, melucuti pakaian nya sendiri, sebelum akhirnya menangis ketika melihat pantulan dirinya di depan cermin. Melihat tubuh nya sendiri yang di hiasi banyak tanda kemerahan yang beberapa mulai memudar.

"Aku benci diriku sendiri."

***

Klik!

Cahaya lampu kini mulai menerangi seisi kamar yang tadinya gelap gulita. Kia agak terkejut ketika mendapati Dion yang meringkuk di atas lantai beralaskan karpet.

Timbul rasa kasihan ketika ia melihat Dion yang nampaknya mulai kedinginan. Kia melangkah dengan pelan, ia tidak ingin pria itu terbangun. Dion pasti merasa kecewa, Kia seharusnya tidak pergi meninggalkan pria itu sendirian di malam pertama mereka.

Kia membuka jaket nya dan melemparkannya dengan asal. Dengan langkah yang agak gontai, ia mendekati Dion, kemudian mengangkat pria itu dengan sekuat tenaga dan merebahkannya di atas ranjang.

"Maaf, kamu pasti menangis lagi karena aku." Ia mengusap mata Dion yang terpejam, sedikit merasa bersalah ketika melihat kedua mata pria itu yang bengkak.

Kia ikut naik ke atas ranjang dan merebahkan dirinya di samping Dion. Ia mengecup singkat bibir tebal pria itu. Tanpa sadar, perbuatan itu ternyata mengundang air matanya untuk keluar.

Dion, kenapa pria itu tetap tinggal? Setelah mengingat semuanya, pria itu pasti berkali lipat lebih tahu diri. Lebih tepatnya, berkali lipat lebih merasa bersalah.

Apa pria yang sekarang sedang terbaring di sampingnya ini masih Dion yang sama? Baik sekarang atau di masa lalu, Dion selalu menghindari kontak fisik berlebih dengan dirinya. Kia juga memiliki nafsu, lantas.. bagaimana pernikahan mereka bisa bertahan? Kia selalu menjaga dirinya dan memberikan batasan untuk dirinya sendiri. Ia berpikir, ia ingin mencoba segala keliarannya setelah menikah.

Setelah kini ia menikah, ia bahkan masih harus menahan diri. Ia akan semakin merasa bersalah kalau seandainya ia memaksa Dion... lagi. Kia tidak ingin di cap sedang berusaha untuk memperkosa suaminya sendiri. Walaupun, dia memang sudah beberapa kali melakukannya.

Kia menatap Dion yang sedang tidur dengan nyenyak. Wajah tampan nya yang terlihat polos, juga deru nafas nya yang teratur. Di masa lalu, ia pernah berimajinasi tentang hal ini. Tentang betapa manisnya mereka setelah menikah.

Tapi, ini bahkan jauh di luar apa yang dulu pernah ia impikan. Pria dengan wajah super tampan dan terlihat lugu ini... Kia masih memiliki sisa kebencian untuknya.

To Be Continued

Dion's My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang