"Kia, lihat, aku memasak makanan kesukaan kamu hari ini." Kia yang baru saja turun dari lantai 2 dengan setelan rapi, seketika teralihkan oleh suara Dion yang menyapa telinganya. Kia menghentikan langkahnya, di depan sana, ia melihat Dion tengah tersenyum lebar sembari menunjukkan hasil karya buatannya. Hanya sekilas ia melihat keberadaan Dion, selanjutnya ia menghiraukan pria itu dan hendak melanjutkan langkahnya.
Senyuman Dion luntur, ia menatap hasil makanan buatannya dengan tatapan sedih. Ia sengaja bangun jauh lebih pagi untuk menyiapkan semua ini. Dion ingin memenangkan hati Kia, hal kecil ini mungkin tidak terlalu berarti lagi bagi wanita itu, namun Dion tetap akan berusaha dan berharap.
Langkah Kia terus berlanjut, sebelum akhirnya suara berbeda yang kini menyapa indra pendengarannya.
"Mommy! Ayo maam bareng Eno."
Benar saja, langkah Kia seketika terhenti. Jeno, anak itu akan ikut sedih ketika menyadari jika papanya juga merasa sedih. Selain itu, ia tidak mengerti problem apa yang kedua orang dewasa di depannya ini sedang hadapi.
Jeno hanya tahu, kalau papa nya sangat mencintai kakak cantik yang tak lain adalah Kia.
"M-mommy?" Kia membeo. Seketika, ia berbalik dan terdiam ketika baru menyadari kalau Dion tidak sendiri.
Jika Kia terkejut, Dion jauh lebih terkejut lagi. Jeno, putranya memanggil Kia dengan 'Mommy'?
Kini, Jeno yang membawa sebuah loyang di tangannya berlarian kecil menghampiri Kia yang masih membatu.
Dion banyak bicara hari ini, dan itu terbalik dengan Kia yang lebih banyak diam dan lebih terkesan tak menghiraukan pria itu. Dion bergerak cepat menghampiri kedua manusia yang sangat ia sayangi tersebut dengan raut terkejut yang sangat kentara.
"Mommy, coba maam ini sedikit saja ya? Papa bangun pagi sekali untuk menyiapkan kue buah ini." Jeno menyodorkan loyang berisikan beberapa potong kue buah tersebut dengan tatapan penuh harap.
Pemandangan langka apa ini? Kia tidak sedang bermimpi kalau dia sedang dipanggil "Mommy" kan?
"Kau baru saja memanggilku 'mommy'?" Kia berjongkok untuk menyamakan posisinya dengan Jeno. Bocah itu mengangguk imut dengan kedua pipi yang memerah, lengkap dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"A-apa tidak boleh?" Tanya nya dengan suara yang sedikit bergetar. Kia tanpa sadar menyentuh dadanya sendiri. Kenapa bocah itu bisa seimut ini?
Kia berdehem kecil, ia melirik sedikit ke arah Dion yang kini sudah berdiri di depan mereka.
"Kia, maafkan Jen-"
"Gak masalah, jangan menangis." Ujarnya dengan agak kaku. Kia mengusap ringan pipi tembam Jeno. Jeno langsung mendongak dan tersenyum lebar, terlebih ketika Kia akhirnya mengambil sepotong kue dari nampan yang ia bawa.
Dion tersenyum haru, Kia benar, ia tidak memperlakukan Jeno dengan buruk, justru Kia menerima putranya dengan baik. Hanya saja, Kia terlihat kaku dan bingung bagaimana harus bersikap di depan Jeno.
"Papa, papa!" Dion mengalihkan pandangan kearah putranya.
"Iya, nak?" Jeno tersenyum lebar, ia menyerahkan nampan itu kepada Dion. Dion pun menerimanya.
"Papa jangan sedih lagi, ya? Mommy pasti mencintai papa juga." Ujarnya, Jeno melirik sekilas ke arah Kia yang masih memakan potongan kue tersebut sembari mencuri-curi pandang ke arah mereka, sebelum akhirnya Jeno kembali berlarian kecil ke arah dapur.
Bocah itu ingin memberikan kedua orang dewasa tersebut waktu untuk berbicara.
"Dia pintar."
"Ya?" Dion tersentak kecil karena ucapan Kia yang terkesan tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dion's My Baby
RomanceDulu, Kia adalah gadis yang baik namun dikecewakan. Kia juga setia namun di sia siakan. Trauma dan ego berhasil merubah Kia menjadi sosok yang berbanding terbalik dengan dirinya di masa lalu. Saat orang yang menyebabkan trauma nya itu datang kembali...