13. Sebelas

137 54 238
                                    

Bab 11

📢 Attention please 📢

Harap bijak dalam membaca part ini. (15+)

Selamat membaca bagian ke sebelas dari Untitled:Iridescent. Jangan lupa vote sebelum membaca, silakan komen sesuai isi cerita. Terima kasihh.

●bantu temukan typo yang bertebaran●
***

"Dalam pementasan drama satu sama lain saling bergantung, atau mempunyai peran yang sama. Jika terdapat kesalahan pada satu bagian maka dapat menghambat proses produksi di bagian lain." Jemarinya telaten ia gunakan untuk menelusuri aksara di dalam buku yang saat ini ia baca, hingga tiba seorang gadis datang dan terkekeh kecil mendekatinya.

"Seserius itu bacanya?" Gadis itu memberikan satu cup hot chocolate, diterima oleh si lelaki.

"Menarik juga untuk dipelajari," ucapnya, lalu mengangkat cup hot chocholate yang baru saja ia dapatkan ke udara. "Terima kasih."

"Ansel emang nggak tiap hari ke sini?" Lelaki itu menaruh buku pada rak buku koleksi teater.

"Ya, dia ke sini kalau ada perlu doang," jawab Putri singkat, "Kenapa, Sa?" tanyanya kemudian.

Reksa menggelengkan kepala, ruang teater sedikit lenggang, hanya ada suara deru AC serta Reksa dan Putri.

"Kalau lo mau tanya-tanya soal teater bisa ke gue kok," ucapnya sembari bersender pada tembok, Reksa tersenyum tipis, "Ansel, itu orangnya gimana, sih?"

Putri menelan salivanya, matanya menatap Reksa selidik. Ada yang tidak beres yang mengganjal di hatinya, seperti rasa cemburu yang tiba-tiba menjalar.

"Hah, lo nanya apa?" ulang Putri pura-pura tidak mendengar, Reksa menghela napas.

"Ansel itu orangnya kayak gimana?"

Kalimat perulangan yang Reksa ucapkan benar-benar memborbardir hati Putri, ia cukup paham bahwa Reksa memang mempunyai ketertarikan dengan Ansel, dan kali ini hatinya benar-benar perih.

"Ya, dia baik, bertanggung jawab, terus apalagi ya?" Putri mengetuk dagu, bibirnya ia paksakan untuk tersenyum tipis kemudian. "Unique." Reksa menambahi, Putri semakin tercengang.

CEKLEK

Suara pintu terbuka membuat Reksa dan Putri menoleh, benar saja gadis yang sedang menjadi topik pembicaraan kini berdiri menghampiri mereka.

"Ada kalian rupanya." Ansel berdiri dihadapan Putri setelah membenarkan tote bag di bahu kirinya.

"Kita tadi nggak ngapa-ngapain kok Sel, kita bahas soal teater doang, iyakan Put?" ujar Reksa cepat, Putri menarik panjang napasnya. Tanpa membenarkan ujaran Reksa gadis itu segera pergi.

"Putri." teriak Ansel berusaha menyusul Putri, kedua alisnya mengerut temannya itu tiba-tiba saja pergi tanpa pamit. Raut putri menampakan wajah sangat tidak bersahabat, sungguh berbeda dengan biasanya.

"Putri cuma lagi buru-buru Sel, katanya ada urusan di rumah." Reksa sudah berdiri di belakang Ansel. "Lo nggak ngapa-ngapain dia, 'kan?" selidik Ansel.

"Nggak, Ansel," sangkal Reksa.

"Putri, lo kenapa sih?" ucap Ansel di dalam hati.

"Saya ada pemotretan hari ini, ikut yuk?" Reksa melebarkan senyumnya, Ansel menggeleng cepat.

"Gue, mau pulang."

"Sebentar aja, saya janjji setelah itu anter kamu pulang." Reksa kembali memohon, Ansel terlihat sangat malas menanggapi.

Untitled:Iridescent | SEKUEL | COMPLETE |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang