14. Dua Belas

133 55 224
                                    

Untitled:Iridescent.

BAB 12


Selamat membaca. jangan, lupa vote dan salurkan komen sesuai dengan cerita. Thank you.

Sumpah penasaran pgn nanya, kesan kalian baca cerita ini gimana, si?

***

Sebagai asisten rumah tangga yang telah mengabdi bertahun-tahun, sudah sewajarnya ia menjamin keselamatan adik majikannya selama sang majikkan masih di negeri orang. Seperti pagi ini, Warti memutuskan bersembunyi di balik gorden, bersiap untuk memergoki pengirim bunga misterius yang telah berani meresahkan adik majikkanya beberapa hari terakhir. Hasil rekaman CCTV sama sekali tidak membantunya, si pengirim bunga cukup cerdik, ia datang dengan pakaian serba hitam, lengkap dengan masker yang menutupi hampir setengah wajahnya, mirip sekali dengan maling. Tiga puluh menit berdiri, kakinya bahkan dua kali kesemutan, si pengirim belum juga menampakkan batang hidungnya.

"Mana itu orang? Apa dia tau lagi diintai Lisa Blackpink? Tapi mana mungkin mimikri urang teh gagal!" oceh Warti, sesekali mengintip keluar jendela.

"Bi," panggil Ellen, yang dipanggil tersentak, "Bibi, lagi ngapain?"

Warti memandangi Ellen dari ujung kaki hingga ujung kepala, gadis itu masih mengenakan hot pants dan kaos oblongnya. Fix, Ellen tidak ada kelas pagi, jadi ia tidak perlu buru-buru memasak dan acara mengintainya bisa dilaksanakan lebih lama.

Dahi Ellen berkerut. "Bibi teh kumaha? Ditanya diem aja."

"Bibi teh lagi mengintai si pengirim bunga misterius, kalo ketangkep, bibi ikat dia di pohon mangga belakang, biar dikeroyok krangkrang," ujar Warti, Ellen tertawa mendengarnya.

Tak lama terdengar suara pintu gerbang rumah tertutup. Benar saja, si pengirim bunga sedang berusaha menutup pintu gerbang yang memang seret. Sial, Warti kecolongan.

Ellen yang tak kalah penasaran buru-buru membuka pintu rumah, ia melompati buket bunga mawar merahnya begitu saja. Asisten rumah tangganya tidak mengekor, mungkin kakinya kembali kesemutan. Ellen mengatur nafasnya sembari menimang-nimang arah mana yang akan ia pilih, menyebalkan, ia harus kehilangan jejak dipersimpangan. Padahal sedikit lagi identitas si pengirim bunga misterius akan terbongkar. Ellen memutuskan kembali ke rumah, kalau Ezra tau dirinya kelayapan dengan setelan seperti ini, bisa krisis saldo ATM-nya.

"Nyari siapa?" Suara bariton itu berasal dari balik punggung Ellen.

Ellen membalikkan badannya, matanya membulat sempurna, pria dengan pakaian serba hitam serta maskernya sudah berdiri dengan jarak kurang dari seratus meter. Ellen masih terdiam, kalau diingat-ingat suaranya tidak asing, ia sering mendengarnya, tapi di mana? Otak Ellen sibuk mencari data-data si pemilik suara. Kurang dari satu menit, satu nama muncul lengkap dengan sketsa wajahnya.

"Air?!" Yang dipanggil menurunkan maskernya, lebam di beberapa titik wajah masih terlihat jelas, baru semalam pria itu dipukuli Dizon, bagaimana bisa ia sudah bertengger di halaman rumahnya sepagi ini?

Airlangga berjalan tertatih, perutnya tambah nyeri, "Jangan ngelamun nanti kesambet."

"Lo ngapain di sini?" selidik Ellen.

"Gue kabur dari rumah sakit." Airlangga sedikit tersenyum, "Lo nggak punya cita-cita nungguin gue di rumah sakit setelah gue di pukulin cowok stres itu?"

Kabur dari rumah sakit katanya, rasanya tindakan Airlangga tidak pantas dilakukan oleh seorang calon dokter. Dan tidak mungkin juga Ellen menungu dia dirumah sakit sementara Ansel di sana, itu namanya cari mati jalur akselerasi.

Untitled:Iridescent | SEKUEL | COMPLETE |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang