25. Dua Puluh Tiga

121 43 241
                                    


Untitled:Iridescent.

Bab 23

Hulla, welcome back. Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen.

*Bantu temukan typo guis, hihi*

Enjoy!

***


"Ellen kita bukan mau ngelayat!" Ellen terus berjalan tanpa mempedulikan omelan pria di sebelahnya, lagi pula apa salahnya dengan dress hitam toh ia nyaman.

"'Kan gue udah bilang pake dress putih biar serasi sama gue yang udah kaya Prince Maten," ucapnya sembari mengancing jas yang ia kenakan, bukan berhenti dan mendengarnya, Ellen justru semakin mempercepat langkahnya, gadis itu bahkan tak mempedulikan seramai apa suasana gedung ini.

"Dia pikir ini acara siapa?"

Dika mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan Ellen dengan frustrasi. Dentum musik semakin keras menghantam telinganya, lampu yang semula menyala terang perlahan-lahan meredup berganti kemerlap lampu disko. Dika menepi ke area kolam, berharap Ellen ada di sana atau paling tidak ia menemukan sinyal keberadaan gadis itu.

"Dika!" panggil Gravito, mereka berdua langsung berhigh five. "Kenalin, Clara sepupu gue, Aceh punya." Dika mengukir senyum seperlunya.

"Nakula udah dateng?"

"Gue belom liat, eh, lo sendiri? Udah siap kena hukuman nih kayaknya," ledek Gravito, bahkan demi untuk menghindari hukuman ia sendiri harus bersusah payah membujuk sepupunya agar mau ikut dengannya.

"Enggak atuh. Lagian siapa yang ngasih ide kalau nggak bawa gandengan harus dihukum? Mana yang masih di Indo wajib dateng!" protes Dika.

"Daki!" pekik Ellen yang langsung membuat Gravito mengunci rapat mulutnya sebelum menjawab pertanyaan Dika. "Pulang aja ayo," bisiknya.

"Jangan berulah bentar aja bisa, Len?" Di saat yang bersamaan ponsel Ellen berdering, ia berlalu menuju tempat yang lebih sepi, alias toilet.

"Len," sapanya dari seberang, Ellen bisa melihat pria itu sedang berada di dalam ruang ganti. "Bagus yang mana?" tunjuknya pada dua jas yang sebelumnya ia pilih.

Ellen mengerjap-ngerjap kan matanya. "Emang apa bedanya?"

"Beda, yang ini tuh..."

"Agh, sama, udah yang mana aja gue yakin kalo lo yang make selalu keren," ucap Ellen alibi. "Udah dulu, ya, gue masih di acara reoni SMA-nya Daki."

"Belom, lo pilih salah satu dulu."

"Air, lo itu mau wisuda bukan mau nikah, jadi jangan ribet. Yang lo suka bayar, kelar deh." Ellen mematikan sambungan video call dari Airlangga, malas saja tadi sore Airlangga sudah menganggu waktunya berjam-jam hanya untuk menanyakan sepatu mana yang terbaik dari yang terbaik. Padahal Airlangga bisa dengan mudah menanyakan hal itu pada Diva ataupun Maurin.

***

"Dik, lo jangan gila, masa lo ngegandeng mantan dari sahabat lo sendiri!" sungut Gravito, Clara menarik telinga Gravito agar sepupunya menjauhkan wajahnya dari Dika.

"Ellen gue gandeng sebagai sahabat gue, jangan mikir aneh-aneh deh," eles Dika, lagi pula siapa lagi yang bisa Dika ajak ke sini selain Ellen? Tidak mungkin ia sembarangan mengajak orang lain atau malah mengajak adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar.

Untitled:Iridescent | SEKUEL | COMPLETE |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang