15. Tiga Belas

117 50 220
                                    

BAB 13

📢 Attention please 📢

Harap bijak dalam membaca part ini. (15+)

Yippie, akhirnya Unitled:Iridescent tembus 2K readers. Thank you very much for reading this story, hopefully, you will never get bored with the plot, and are happy to follow this story to the end.

Part ini agak berat, ya, guys. Jadi, bacanya pelan-pelan aja, jangan buru-buru, biar gak miss. hehe.

***

"Bang, bikinin gue sandwich, dong?" Ansel memasuki kamar Gema setelah lelaki itu membukakan pintu, Gema terlihat sibuk dengan maketnya. Banyak sekali gulungan kertas dan kayu-kayu kecil yang berserakan di lantai kamar, tak lupa alat tulis di sisi-sisinya.

"Lo galiat gue lagi sibuk gini?" Tangan Gema menujuk maketnya, membuat Ansel menghempaskan napasnya lalu membaringkan diri di ranjang.

"Ya, itung-itung lo istirahat gitu. Ini udah jam delapan pagi Bang, dari semalem lo belum tidur juga, loh," bujuk Ansel, Gema melirik sekilas adiknya, kantung mata Gema terlihat sangat memperihatinkan, warna cokelat tua sedikit ungu yang persis dengan lebam menghiasinya.

"Sok tau, gue tidur tadi subuh, dan ini bangun gara-gara denger lo ngetok pintu," elak Gema

Melihat Gema yang kembali sibuk dengan maketnya membuat Ansel segera bangkit dan duduk di samping Gema, tak habis akal ia memijit lengan kekar Gema.

"Nggak usah sok mijitin deh, lo kalau gini cuma ada maunya." Gema menyingkirkan tangan Ansel dari lengannya, membuat Ansel mengerucutkan bibir kecilnya.

"Kalau gue bisa bikin sendiri, gue nggak akan nyuruh lo, Abang." Melihat adiknya menyendukan wajahnya membuat Gema tak enak hati, bagaimanapun itu sudah tugas Gema, menjadi seorang kakak yang baik.

"Yaudah, mau sandwich apa?" Gema mengalah sembari menaikan satu alisnya, terlihat Ansel membulatkan matanya senang.

Ansel mengetuk-ketukan jemarinya di dagu, tiba-tiba saja ia  seketika lupa nama dan jenis-jenis sandwich.

"Club sandwich atau closed tea sandwich?" timang dan tanya Gema setelah tidak ada jawaban yang cukup lama dari sang adik. Sembari menunggu lagi jawaban Ansel, kedua kakak beradik ini menuruni anak tangga menuju dapur.

"Gue bingung, kalau lo lebih suka yang mana?" Demi Tuhan Gema harus menambah stock sabarnya pagi ini. Tidak hanya pekerjaanya yang membuat ia sedikit naik darah tapi adiknya juga. "Yang mau makan, 'kan, lo, kenapa malah tanya gue."

"Club candwich aja, deh." Pilih Ansel sedikit tidak yakin, tangan Gema mulai mengeluarkan bahan makanan dari dalam kulkas.

Tiga buah roti tawar sudah Gema letakkan di atas meja makan. Setelah itu ia memutuskan untuk memasak daging ayam tanpa lemak, sambil menunggu sedikit matang ia dengan cekatan mempersiapkan bacon, tomat dan mayonaise.

Tangan Gema memang lihai sekali dalam urusan dapur. Diam-diam Ansel sering merasa minder, walaupun Gema adalah sosok abang yang absurd baginya, tapi Gema mempunyai sejuta bakat yang tak dimiliki Ansel. Lelaki itu jauh lebih unggul darinya dalam urusan apapun bahkan memasak. Sejak memasuki taman kanak-kanak Gema sering mengikuti Ayla ke dapur, entah sekedar menanyakan bumbu-bumbu dapur atau membantu membuat dapur berantakan. Namun, ulahnya membuat dapur berantakan tidak sia-sia. Setelah dewasa Gema benar-benar pintar memasak, segala jenis masakan sepertinya sudah coba ia buat, mulai dari Indonesian food sampai makanan western.

Untitled:Iridescent | SEKUEL | COMPLETE |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang