27. Dua Puluh Lima

147 43 265
                                    

Untitled:Iridescent

Bab 25

Kita kembali Rabuan, guys. Alhamdulillah, ya, bisa rutin update sesuai jadwal. Btw, terima kasih ya yang udah baca sampe sejauh ini, kita mengapresiasi kalian sungguh, semoga betah baca cerita kita.

Untuk bab ini selamat membaca, jangan sungkan menyampaikan kritik dan saran, dan kita ga janjji bab ini gabikin kalian nggak galau, so bacanya pelan-pelan ya, hihi. Kita mau kalian ikut ngerasain apa yang kita rasain pas bab ini mau meluncur pokoknya.

***

"Ansel, gue telat, kenapa lo nggak bangunin gue, sih." Gema heboh sembari mengucek matanya cepat, ia segera berjalan tertatih mendekat pada jam dinding di atas televisi yang sudah menujukan pukul sebelas siang. Semalam mereka begadang hingga pukul empat pagi.

"Boro-boro gue bangunin lo, ini aja gue bangun karena suara halilitar lo," lirih Ansel dengan suara khas bangun tidur. Semalam mereka tidur di ruang keluarga, Gema menghabiskan tiga buah film kartun sementara Ansel yang sebenarnya anti dengan film pada dunia anak itu justru semalam ikut terhanyut, sungguh keadaan yang sangat jarang terjadi.

"Gue ada meeting jam setengah sebelas, gila." Gema mengacak rambutnya, melepaskan selimut yang masih melilit di tubuhnya, ia menaiki anak tangga menuju kamarnya dengan buru-buru. Sementara gawai Gema tidak berhenti berbunyi, panggilan dari sang bos besar di kantor terus bermunculan di layarnya, Ansel menggeleng, setelah ini Gema pasti kena ceramah.

"Kayaknya lanjut tidur enak nih," ucap Ansel pada dirinya sendiri, matanya perlahan terpejam.

"Ansel gue berangkat, kalau lo mau pergi hamster gue jangan lupa dikasih makan dulu," ujar Gema mengelus puncak kepala Ansel yang telah kembali ke alam mimpi.

"Ellen." Ansel berjengit sembari menarik selimut, tetangganya itu kini duduk di dekat televisi dengan merekahkan senyumnya lebar.

"Sejak kapan lo ke sini? Kok bisa masuk?" tanya Ansel, Ellen mengetuk dagunya. "Sejak sejam yang lalu dan minjem dapur lo buat masak, 'kan gue punya kunci rumah lo, Ansel."

"Bahan masakan di rumah gue abis, jadi gue pikir mau ngajak lo masak, tahunya lo masih tidur, yaudah gue masak sendiri aja. Gue masakin lo sup ayam lada hitam karena gue tadi yang pengen, lagian ini udah dhuhur Ansel, lo molor mulu." Ellen meraih toples berisi permen bola warna-warni setelahnya ia mengganti channel tv.

"Enak dong gue tinggal makan," ucap Ansel sembari bangkit dari tidurnya.

Ellen mengangguk. "Lo nggak ada kuliah?"

"Gue libur."

"Sama, dong."

"Gue mandi dulu, ya, Len, jagain rumah gue. Eh, sekalian minta tolong, dong." Ansel menyengir kuda.

Ellen menujukan wajah curiganya. "Apa?"

"Tolong hamster Gema dikasih makan, hehe." Ellen berdeham kecil.

"Jangan lupa," teriak Ansel berbarengan dengan dirinya berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Iya, Ansellll," balas Ellen tidak kalah nyaring.

***

"Loh, Airlangga?" Sang empunya nama segera beralih tatap pada sumber suara, Ellen menujuk Airlangga dan Ansel secara bergantian.

Untitled:Iridescent | SEKUEL | COMPLETE |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang