Untitlde: Iridescent
Bab 20
Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan vote dan komentar. Terima kasih.
*bantu temukan typo*
***
Beberapa minggu ini terasa begitu berat untuk Ansel lewati. Hubungannya dengan Ellen masih sama seperti minggu-minggu kemarin, begitu pun dengan Dika dan Airlangga. Yang lebih parah adalah tidak ada satupun di antara Airlangga dan Dika yang mencoba kembali memperbaikinya. Mungkin ini memang sudah terlihat cukup jelas, namun tetap saja bagi Ansel ia seperti ditampar permainan hitam mereka.
Bagaimana bisa, Airlangga yang gencar kembali untuk mendekatinya tiba-tiba seperti memborbardir dirinya dengan menjalin hubungan dengan Ellen di belakangnya dan Dika yang entah mengapa tiba-tiba berada di rumah Ellen, suatu hal apa yang membuat mereka bisa menariknya ke dalam lubang seperti ini, apakah ini sebuah permainan hati yang lucu bagi mereka?
Setelah bertemu dengan Airlangga di kediamannya saat ia membantu Stella, Ansel sama sekali belum bertemu Airlangga lagi. Kabar bahwa Reksa akan pindah ke Montencarlo di Monaco bersama Stella terdengung di telinganya melalui anak-anak teater, berita itu tersebar begitu cepat kala Reksa resmi memberikan surat pengunduran diri di kampus. Syukur juga jika Reksa tidak kabur dari tanggung jawabnya, ia cukup berdoa untuk ke depannya semoga lelaki itu menjadi sosok yang jauh lebih baik meski jika memandang wajah Reksa terkesan sulit untuk mempercayainya lagi. Semoga saja Montercarlo bisa memberikan pelajaran yang baik bagi mereka berdua.
Rintik hujan yang mengetuk kaca pada coffe shop ini terlihat damai walau suasana yang terjadi adalah dingin luar biasa. Ansel kembali terjebak hujan dan tidak bisa kembali menuju rumah untuk sementara. Gema lagi-lagi tidak bisa dihubungi. Namun, setop! Ansel tidak akan meminta pada Tuhan untuk mengembalikan cerita lamanya, saat bertemu dengan Dika. Ia membereskan buku-buku yang baru saja ia pelajari, dimasukannya ke dalam tote bag lantas mengambil powerbank untuk mengisi daya baterai gawainya yang tersisa sepuluh persen.
"Satu hot chocholate untuk gadis yang terlihat kedinginan tapi tetap stay cool." Seseorang dengan mata sipit kini menduduki tempat duduk kosong di hadapan Ansel.
Ansel menaikan satu alisnya, sang lelaki menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kita pernah ketemu di depan tempat ini," ucapnya.
"Nama lo Ansel, 'kan? Mantan Dika?" Ansel kembali menaikan satu alisnya, lelaki itu menarik tangan Ansel. "Kenalin, gue Nakula, temen Dika pas SMA."
Ansel mengangguk paham kali ini. "Oh, temen Dika, kok tahu gue?"
"Siapa yang nggak tahu sama Ansel? Cewek yang selalu Dika banggain pas SMA, sampe bosen seluruh penjuru sekolah denger nama lo, Sel." Ansel tertawa simpul, pernyataan Nakula terdengar hiperbola untuknya.
"Nggak usah ngarang cerita deh," ucap Ansel tidak percaya. Nakula menaruh kedua tangannya di atas meja.
"Gue serius, lo harus tahu gimana bangganya Dika bisa dapetin lo," tutur Nakula.
"Lo tahu, bukan cuma komplotan Dika aja yang ditraktir pas dia jadian sama lo, tapi bener-bener satu kelas, Sel, ya, walaupun dia nggak bilang itu traktiran apa, tapi seenggaknya kita satu komplotannya tahu." Cerita Nakula dengan antusias.
"Dan sekarang gue malah nggak pernah ketemu dia, denger-denger dia satu kampus sama lo? Sejak kita lulus komplotan belum pernah kumpul lagi, terlebih Rafly sama Gana di Korea, terus Gravito juga pindah ke Aceh," ungkapnya lagi dengan lancar, Ansel menyenderkan punggungnya pada kursi, tidak menyangka lelaki yang terlihat irit bicara ini justru kebalikan dari apa yang terlihat. Bahkan, Ansel belum banyak mengatakan apa-apa, Nakula sudah memulai pembicaraan dari sabang hingga merauke.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled:Iridescent | SEKUEL | COMPLETE |
Teen FictionRank: #1 dalam Bebytsabina 19 Februari 2021 #1 dalam Mawareva 12 Maret 2021 [SEKUEL UNTITLED:GIVE TITLES AS YOUR WISH] [BACA CERITA YANG PERTAMA DULU KARENA SEKUELNYA BERHUBUNGAN] "Gue gagal nepatin janji gue, gue nggak bisa bohong lagi...