Untitled:Iridescent
EXTRA PART SATU
Akhirnya setelah seminggu berlalu, kita bisa back untuk menghadirkan extra part. Nah, sebelum membaca bagian extra part, kita ada rules main bacanya, loh. Tolong, diperhatikan, ya:
1. Niat dan berdoa sesuai kepercayaan masing-masing.
2. Pastikan baca di tempat yang sepi dan hening tanpa ada gangguan apapun.
3. Fokus dan jangan memikirkan hal-hal di luar Untitled:Iridescent.
4. Pastikan kantong perutmu penuh, alias jangan membaca dalam keadaan lapar.
5. Jangan lupa kirim doa buat Dika.
6. Selamat membaca.Jangan lupa, vote, komen, dan share. Thank, you.
***
Seorang pria membereskan beberapa lembar kertas yang sebelumnya ia baca. Simpul sabit yang menggembang sempurna semakin mempertegas aura ketampanan pria itu. Ia bangkit dari duduknya, mempersilakan teman sebayanya yang baru datang untuk duduk di bangku yang sebelumnya ia duduki, mereka berdua sama-sama menatap pria yang kini masih tertidur pulas di atas ranjang rumah sakit
"Oke, ganteng, sampai mana dokter Airlangga mendongeng?" tanya pria yang tengah duduk itu, ia mengeluarkan buku cacatan kecil dari saku celanannya. Namun, tidak ada tanda-tanda yang ditanya mau menjawab.
"Dia capek, lo ngedongengnya nanti aja," lirih Airlangga, temannya mendongak menatap Airlangga dengan raut kecewa.
Airlangga tertawa kecil, ia menyandarkan tangan kirinya di bahu temannya.
"Ini part epic, Air." Ia menyodorkan buku cacatannya pada Airlangga. "Nyambung 'kan sama punya lo dan i..." Belum selesai berujar suara seorang gadis lebih dulu menyerobot sembari memasuki ruangan.
"Kalian ngarang cerita apa lagi buat adek gue?" Gadis itu menggelengkan kepala setelah mendapat cengiran dari kedua pria di hadapannya. "Baca dong."
"Katanya nggak pernah minat sama yang beginian," kekeh Airlangga, si gadis memproutkan bibirnya. "Jelek lo manyun gitu."
"Kalo kata Yanuar di cer..."
"Syuut, awas aja lo sampe ngomongin kalimat yang gue udah hafal banget di luar kepala. Bosen tahu!" Si gadis menarik telunjuknya dari bibir temannya yang tengah duduk, Airlangga kembali tertawa kecil. Mereka berdua selalu saja meributkan hal-hal kecil.
"Untung Kakak lo cantik," bisiknya pada pria yang masih tertidur pulas, ia bangkit dari duduknya. "Sini duduk, geulis."
Tanpa menolak si gadis duduk, digenggamnya tangan adiknya dengan erat. "Lo nggak mau ngobrol langsung aja sama gue? Marahnya jangan lama-lama dong, maafin gue, ya." Airlangga mengelus pundak si gadis. "Teteh lo kangen banget sama lo." Suaranya sedikit bergetar saat mengucapkan kalimat terakhirnya.
"Permisi, dokter," panggil salah seorang perawat rumah sakit.
Mereka bertiga menoleh ke ambang pintu, kompak memberikan tatapan tanya. "Saya mau menyampaikan pesan profesor kalau beliau akan visit sekitar lima belas menit lagi." Ketiganya mengangguk. "Kalau begitu saya permisi dulu, dokter-dokter."
"Terima kasih, suster," lirih si gadis, ia berdiri membenarkan jas putih dan ID cardnya.
Pria di sebelah Airlangga ikut menelisik jasnya. "Jas gue kayaknya udah harus pensiun." Airlangga dan si gadis sama-sama tertawa.
Jangan cuma jas lo yang diganti, status kejombloan lo juga dong, Gana," seru si gadis, pria yang di panggil Gana itu menabok lembut lengan si gadis dengan buku catatannya. "Gana ish, eh lo juga loh, Air," tawa Airlangga mereda tergantikan dengan tawa Gana yang kini meledak memenuhi ruangan. Pria yang tertidur di ranjangnya seakan tidak terganggu sama sekali, ia masih asik menyulam mimpinya tanpa berniat kembali ke alam sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled:Iridescent | SEKUEL | COMPLETE |
Teen FictionRank: #1 dalam Bebytsabina 19 Februari 2021 #1 dalam Mawareva 12 Maret 2021 [SEKUEL UNTITLED:GIVE TITLES AS YOUR WISH] [BACA CERITA YANG PERTAMA DULU KARENA SEKUELNYA BERHUBUNGAN] "Gue gagal nepatin janji gue, gue nggak bisa bohong lagi...