18. Enam Belas

132 53 211
                                    

Untitled:Iridescent.

BAB 16

📢 Attention please 📢

Harap bijak dalam membaca part ini. (15+)

Guis, harap perhatiannya sebentar. Bacanya pelan-pelan aja, karena part ini nano-nano, dimohon supaya tidak terburu-buru sekaligus wajib pisan fokus, hehe. Trimaaci readers baik hati.

Enjoy!

Vote komen jangan lupa!

***

Gana duduk di sofa apartemennya, sibuk memetik gitar dan menyenandungkan lagu-lagu favoritnya. Dia sudah kembali ke Korea, tapi tetap saja pikiranya seakan-akan tertinggal di Bandung. Gana merebahkan badannya, sekuat tenaga menepis nama Ellen dari benaknya.

Flashback on

Gana berlari ke arah Ellen, tepat setelah kepala gadis itu dibenturkan oleh si pria sinting. Dengan cepat Gana menangkap tubuh Ellen.

"Ellen, bangun."

Darah di kepala Ellen semakin mengucur deras, Gana segera menggendong Ellen, berniat membawanya ke rumah sakit, di saat yang sama pria jangkung yang sempat Gana lihat entah di mana muncul, memanggil nama Ellen.

"Kamu siapa?" tanya Gana.

"Gue pacarnya." Sepersekian detik berikutnya pria yang mengaku menjadi pacar Ellen itu melesat pergi meninggalkan kerumunan.

"Cepet sembuh, Len. Jangan sampai pacar lo ngrasain yang gue rasain, kehilangan lo." Batin Gana menyeruak, dibarengi langit Bandung yang mendadak mendung.

Flashback off

"Akang gendang, ngelamun wae," ujar Rafly yang dengan kurang ajarnya langsung menendang paha Gana.

"Maneh bener-bener, ya," sengit Gana, ia memilih duduk, menengguk soju.

Rafly melipat tangannya di depan dada, "Udah gede, ya, sekarang! Doyan banget minum gituan." Gana hanya melirik.

"Anyoung haseyo?!" teriak gadis cantik bermata biru, ia sempat melepas sepatunya sebelum duduk di antara Gana dan Rafly.

"Gana Oppa," panggil Rain sumringah.

"Ini emak kos akhir bulan kenapa ke sini sih?" dengus Gana, Rafly tertawa, sahabatnya memang anti sekali dengan Rain, lihat saja, betapa sinisnya Gana.

"Anyoung haseyo?" ulang Rain, ia menatap Gana seksama.

Gana memalingkan wajahnya. "Buruk." Sengaja ia menggunakan bahasa Indonesia, supaya Rain tidak mengerti apa yang Gana katakan.

"Kenapa?" Tentu saja suara itu bukan datang dari Rafly, melainkan Rain. Gana beralih menatap Rain. "Kenapa buruk?"

"Sejak kapan dia bisa bahasa Indonesia?" Rafly yang merasa ditanya menggedikan bahunya.

"Liburan semester ini, saya belanja bahasa Indonesia," jelas Rain tanpa diminta, ia memamerkan deretan gigi putihnya. "Supaya saya tahu yang kalian bicarakan, saya curiga sama kalian," imbuhnya

"Terserah, lagian yang bener bukan belanja tapi belajar." Rain manggut-manggut mendengar kalimat Gana.

"Si gelieus meni hebat, langsung lancar," puji Rafly, ia meraih remot tv, mencari siaran olahraga. Sementara Rain masih sibuk mencari kosa kata di dalam otaknya, beberapa kalimat Rafly tidak bisa dicerna.

Untitled:Iridescent | SEKUEL | COMPLETE |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang