•Prolog•

31 9 1
                                    

Hai hai hai! Selamat datang di cerita aku yang idenya dateng tiba-tiba ini. Selamat membaca dan semoga suka, yaa, ehee. Jangan lupa pencet tombol vote. Jangan lupa komen juga kalau ada yang pengen dikomen, dirasa janggal, atau apa pun.

#salamsemut


#####

"Kenapa lo terus-terusan ngikutin gue sih? Pergi sana lo!" kesal Karin pada lelaki di depannya.

"Siapa yang ngikutin lo? Gue cuma mau duduk di sini." Lelaki itu, Vano, menatapnya datar.

"Masih banyak tempat kosong!" Karin menunjuk meja-meja di sekelilingnya yang memang kosong.

"Mending lo diem, habisin dulu bakso lo," ujar Vano masih dengan wajah datarnya. "Kenapa marah-marah mulu sih? Wajah lo banyak kerutan tuh. Udah jelek makin jelek aja."

Karin mengerutkan alis. Tatapannya semakin garang. "Peduli amat lo! Gue aja gak peduli sama diri gue sendiri. Gue gak peduli sama siapapun di dunia ini!"

"Yakin? Terus kenapa lo selalu nolongin Damar waktu dia di-bully sama anak-anak?"

Melihat Karin yang hanya terdiam, Vano menggeleng. "Bukan cuma itu aja. Gue tau, lo juga sering nolongin anak-anak yang bahkan gak lo kenal."

"Gue gak suka liat orang lemah!" tukas gadis itu.

Karin berdiri, lalu menjauh dari kantin dengan langkah cepat. Meninggalkan baksonya yang masih sisa setengah.

JUST BEING ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang